-->

Chapter 1 Cerbung "Setengah" Karya M Nazwar Ali S



Chapter 1
Cerbung Karya : M Nazwar Ali S

Cerbung Setengah


SETENGAH



Aku berlari, “lari nya lebih cepat lagi, ci!“ Situasi sangat menegangkan yang aku rasakan karena saat itu dialah yang terkenal paling galak dikampung kami yang tak lain adalah anjing milik satpam penjaga sekolah saya dan yosi atau panggilan dekatnya ici.

Kami selalu mencari kesenangan saat sepulang sekolah dan itulah kesenangan kami. Menggoda anjing pak satpam, “tak biasanya dia segalak hari ini, kan?“

“ baru siap diputusin kali “ ici menjawab dengan nafas pendeknya.

Aku menjawab dengan tawa pendek padahal itu tidak lucu, dan aku tau ici tau itu tawa paksaan.

Ici adalah anak yang suka membuat kelucuan walaupun sebenarnya dia tak lucu sama sekali. Aku adalah orang satu-satunya yang dipaksa mengakui kelucuannya dan karna itulah kami selalu dekat. Entah apa yang membuat aku terus mau melakukan apa yang dia perintahkan dan bahkan aku sudah dianggap pengawal dan pelayannya, mungkin karna kami sudah teman sejak lama dan juga kami tinggal didaerah yang sama. Ibu dia dan ibu aku juga sudah mengenal sejak lama juga termasuk faktor aku jadi pelayan dia mungkin. Satu hal yang aneh dari ici sesaat dia adalah anak yang sangat cantik, anggun, mempesona seperti Barbie tapi dia juga suka manjat pohon hingga sifat barbienya hilang seketika.

Suatu hari sepulang sekolah dengan baju putih abu-abu “ woi ngerjain apa kita lagi ? “

“ lewat depan rumah satpam gimana ?”

“ gak bosan apa sepanjang kamu hidup sama aku lakuin itu terus ?”

“ kok kamu ngomong gitu ? kayak nyalahin aku aja “

“ emang iya salah kamu, tiap hari yang kamu lakuin cuma itu aja, gak ada yang menarik dari kamu “

“…………… lantas kenapa kamu mau pulang bareng sama aku ? mau temenan sama aku ? mau lari bareng aku ? kenapa ? karna kamu iba aku gak punya teman ? “

“ nah tu kamu tau, mau ngoceh apa lagi ? udah cukupkan ? oke, aku pulang duluan. “

Itu adalah kata yang kasar pertama kalinya aku dapatkan dari yosi dan aku sangat marah padanya. Tapi kalau aku tak memulai kemarahan mungkin dia juga gak bakal marah. Setelah kejadian itu aku pulang sendirian, lari sendirian dikejar anjing pak satpam dan nyampe rumah sendirian. Aku punya teman kok tapi aku tak bias berteman dengan baik. Entah kenapa aku merasa tak cocok ataupun nyaman dengan mereka, berbeda dengan ici. “ ngapain ingat anak yang bermulut kasar tomboy itu “ aku bicara sendiri didalam kamar.

Yosi si ici Barbie tomboy itu adalah orang yang saya suka walaupun dia berbicara seperti itu dan walapun saya jadi pelayan juga pengawalnya.

Sudah beberapa waktu berlalu kami tak saling sapa, walaupun kadang ada dikelas yang sama hingga pada hari sabtu  hari  khusus eksull disekolah dia datang lalu ngomong dengan lantang seperti gaya nya yang biasa “ kamu cepetan sini bantuin “ sambil menyeret aku .

“ngapain mendadak ni ? “

“udah ikut aja, kamu harus bantu aku dan gak boleh nolak “ seperti biasa ini adalah gayanya dia yang suka memkasa dan gak boleh ditolak apapun itu.

Dia membawa aku kedepan toilet anak cewek dan berkata “ kamu tungguin sini kalau ada cewek anak kelas X rambut pendek trus dia pake celana training biru masuk kedalam kamu batuk ya” tergesa-gesa.

“ini kamu ngapain ? “ beneran aku gak tau apa-apa tentang apa yang mau dia lakuin kali ini.

“udah kamu lakuin aja, kalau kamu lakuin ini aku maafin kesalahan kamu waktu kita pulang bareng terakhir “. Tanpa menjawab dan sudah pasti aku bakal nurutin katanya dia.

Belum berapa lama aku berdiri diluar lewat anak cewek kelas X dengan ciri-ciri seperti yang ici sampaikan. Akupun batuk sejadi-jadinya seperti batuk itu adalah nafas terakhirku. Anak cewek itu pun sampai ketawa lembut melihat kelakuan ku, akupun berlari agak menjauh dan dia masuk kedalam toilet.

Sebentar aku mengambil nafas terdengar teriakan cewek didalam tolitet, ici berlari datang kearah ku. Dia terlihat pucat dan gugup aku bertanya “ kamu ngapain, itu siapa yang  teriak didalam ?”

“itu isa itu isa dia isa anak cewek yang aku ceritain tadi” ici makin gugup

“jadi dia Annisa itu emang dia ngapain teriak ?”. dia tak menjawab dan membawa aku kedalam toilet cewek tentu saja aku menolak tapi malah ici menangis dan aku tak bisa menolaknya lagi. Aku masuk kedalam toilet anak cewek dan didalam Annisa tergeletak dengan tangan berdarah. Aku terkejut dan mau berlari keluar tapi ici menahan tangan ku.

“ aku yang melakukan itu “ ici mengatakan sambil menangis.

“ lakuin apa ? kamu melakukan percobaan pembunuhan, kamu sobek nadinya dia ?”

“bukan luka itu bukan aku yang buat, itu bukan nadinya juga . aku cuman kagetin dia pake kecoa tadi aku gak tau bakal kayak gini aku juga gak tau luka itu datang darimana “ dia menangis dan berkata aku bakal dikeluarin berulang-ulang kali ditempat dia berdiri. Aku tak tau apa yang harus dilakukan, akupun merasa takut tapi kalau dia dikeluarkan lalu aku orang yang menyukai dia tak melakukan apapun. Batin ini pun memberontak aku menjadi gugup juga. Aku bergegas “ udah kamu keluar cepat lapor sama guru” sambil menutupi luka ditangannya Annisa dengan tisu toilet dan mengikatnya dengan tali sepatu.

“lalu kamu gimana ?” dia masih menangis.

“ini aku yang lakuinnya, aku yang buat dia kaget dan aku juga yang buat dia terluka. Ini bukan karna kamu ini akan jadi salah aku. Orang tidak akan tau ini perbuatan kamu dan kamu tidak akan dikeluarkan dari sekolah. Cepat keluar “ aku berteriak dengan nada cepat.

“kamu jangan sok pahlawan, ngapain kamu mau juga kayak gitu ?”

Aku berdiri lalu menjentik keningnya “ aku adalah orang yang diam-diam menyukai kamu jadi pergilah keluar dan laporkan ini pada guru “ aku memohon pada ici dan membuatnya melakukan apa yang aku suruh. Baru kali ini dia mendengarkan perkataanku. Ici pun melaporkan kejadian ini pada guru , aku melihatnya berlari dan menangis tapi aku tak tau apa yang ada dipikirannya dan apa yang dia rasakan. Akankah dengan apa yang aku lakukan ini dia juga akan suka padaku, hal ini akupun tak tau. Aku memeriksa toilet tersebut apakah ada orang lain yang mengetahui hal ini dan setelah aku periksa tak ada orang lain didalam toilet.

Guru datang berombongan mendatangi toilet, itu sangat jelas dari hentakan kaki mereka yang berlari bergerombolan. Mereka masuk kedalam toilet dan melihat Annisa yang tergeletak dan aku yang sedang memegang luka Annisa. Dibelakang guru ada Ici yang mengikuti, dia tidak menangis lagi tapi tangisannya telah pindah menjadi ketakutan bagiku. Aku melihat wajah guru yang sangat geram melihatku di toilet perempuan dan seorang perempuan yang tergeletak karena ulahku pikir mereka.

Seorang guru menarik tanganku dengan kuat hingga aku terhentak kedepan, ini adalah kemrahan seorang guru dalam hatiku. Guru yang lain membantu membawa Annisa ke UKS sekolah. Tak ada yang lain pada diriku dan hanyalah ketakutan, batinku berontak mengapa aku melakukan ini padahal aku tau apa akibatnya. Aku sampai dikantor majelis guru, semua mata tertuju padaku hingga guru yang menyeretpun mendorongku terduduk.

Banyak pertanyan dari banyak orang yang aku dengarkan untuk kejelasan apa yang telah aku lakukan di toilet cewek. Aku gemetaran, ini sungguh membuatku takut. “maafkan aku pak, maafkan aku buk. Aku salah Aku salah”. Aku mengulangi perkataan itu setiap mereka bertanya kepadaku.

“kami akan memanggil orang tuamu besok dan kamu jangan datang kesekolah untuk sementara”. Salah seorang guru berkata seperti itu kepadaku dan kepala sekolah ada didepanku.

“maafkan aku pak, maafkan aku buk. Aku salah “

“sekarang kamu pulang, bapak udah kirim SMS ke ibu kamu” kepala sekolah bicara dengan tenang. Tapi aku terus mengulangi perkataanku hingga guru yang geram menyeretku keluar kantor.

Diluar siswa yang lain melihatku dengan pandangan aneh sambil berbisik, aku tau apa yang mereka maksud tapi aku tidak tau apa yang mereka pikirkan. “jangan percaya dengan apa yang kalian lihat, belum tentu semua yang kalian lihat adalah kebenaran” aku mengatakan itu sambil menundukkan kepala.

Mereka mengikuti aku ke kelas, aku berlari mengambil tas dan melihat sekeliling “ dimana Ici ?” dalam hati.

Aku tak melihatnya dimanapun dan aku kembali menunduk. Aku berlari keluar dari sekolah dari dunia yang membenciku. Tak ada seorang teman, seorang guru dan seorang yang aku sukai untuk menghibur. Aku sendiri, dan dunia membenciku. “apa aku menyesal ?”

Aku berlari pulang, hanya menunduk dan tak melihat kedepan aku terus berlari. Menangis mengingat kelakuanku yang tak ku perbuat akan membuat ibu terluka, akan membuat ibu sedih. Aku terus berlari, tak mau aku melihatkan wajahku pada orang lain karena aku tau mereka akan membenciku juga.

Aku sampai didepan rumah, kaki terhenti didepan pintu karena tak sanggup masuk karena iu sudah dirumah. Aku menunduk dan masuk kerumah, “ assalamualaikum “ gemeteran suaraku. Ibupun menjawab salam dan menghampiri.

“ ibu tidak menyangka kamu senakal ini  nak, ibu tak tau mau mengatakan apalagi. Bagaimana ibu harus menasehati kamu bagaimana ibu menuntun kamu. Ini kali terakhir ibu menasehati kamu ini terakhir kalinya “ ibu menangis kepadaku atas apa yang bukan perbuatanku. Aku menanggung kebencian aku menanggung kesalahan yang bukan berasal dari diri ini.

“ kenapa ibu menyalahkan ku kenapa ibu malah berkata seperti itu ? aku benci ibu “. Aku marah kepada ibu, aku merasa aku membenci semuanya. Setelah mengatakan itu aku menyesal , sangat menyesal tapi mulutku sangat terkunci untuk minta maaf kepada ibu.

Ibu diam dan terus menangis, aku berlari menuju kamar melompati tempat tidur dan berteriak. Ini semua salahku, kenapa aku mau melakukan itu. Aku tak meneteskan air mata aku hanya menyesal karna telah mengatakn itu pada ibu.

Seharian Ici takada memberi kabar bahkan menghiburku tapi aku tetap memilik rasa suka padanya. Aku tertidur tanpa makan sedikitpun hingga pagi aku terbangun dan keluar dari kamar. Dimeja makan ada ayah “ ibumu pergi kesekolah karena di SMS kepala sekolah kemaren “

Aku tak menjawab lalu mengambil piring dan memakan roti yang sudah terletak dimeja. Ayah pergi bekerja dan nampaknya ayah  juga marak padaku. Aku makan perlahan hingga habis dan kembali kekamar, begitu waktu berlalu hari itu hingga ibu pulang sambil menangis memasuki rumah. Ibu tak berkata apa-apa, hati ibu sudah kulukai dan entah kenapa aku tak sanggup minta maaf kepada ibuku sendiri.

Malam hari ayah mendatangiku kekamar “ nazwar kamu harus pindah sekolah, kepala sekolah mengeluarkan kamu dari sekolah. Jadi besok kamu pergi kesekolah untuk menandatangani surat pengeluaran ya ! ibu meminta ayah menyampaikan ini. Annisa dirawat dirumah sakit dekat sekolah dan kamu juga harus melihatnya besok serta minta maaf, ayah meninggalkan kunci motor diatas kulkas. Pakailah besok dan satu lagi minta maaflah pada ibu” ayah berkata lembut.

Aku hanya berkurung diri dikamar dengan tidak adanya kabar dari Ici ,tak tau kenapa dia tidak mengabari aku. Entah apa yang Ici pikirkan saat ini, atau dia malu berteman denganku tapi aku melakukan itu demi dirinya. Semua itu berlalu .

Aku pergi kesekolah sesuai permintaan ayah, disekolah aku bertemu teman sebangku Ici dia mengatakan padaku Ici tak pernah masuk sekolah setelah hari Itu. Aku heran dan bertanya-tanya pada diri sendiri. Aku melanjutkan perjalan kerumah sakit dekat sekolah dan menghampiri Annisa diruangannya yang telah kepala sekolah beri tau.

“assalamualiakum buk “ aku masuk kedalam ruangan Annisa. Ibu Annisa menjawab dengan ramah tanpa ada keliahatan marah kepadaku.

“buk saya Nazwar, Nazwar minta maaf ya buk atas apa yang terjadi pada Annisa”.

“iya nak, ibuk ngerti kok. Kalian masih muda itulah zaman kalian nakal, ibuk udah maafin lagian Annisa baik-baik aja sekarang. Silahkan ngobrol sama Annisa nya Nazwar!”. Suara ibu Annisa sangat lembut dan ramah, sepertinya mereka keluarga yang baik dan kenapa Ici melakukan ini padanya.?

Aku menghampiri Annisa dan meminta maaf kepadanya seakan-akan akulah pelakunya.

“ Nazwar kamu ngapain minta maaf ? yang salah itu bukan kamu kan. Aku tau bukan kamu yang lakuin ini, aku juga kamu yang ngobatin luka aku waktu ditolilet.” Jawab Annisa sayu.

“ kamu tau ? bagaimana kamu bisa tau ?”

“ waktu aku jatuh di toilet aku masih sadar sebenarnya, aku dengerin kalian berdebat ditoilet bahkan aku tau kamu yang balut luka aku. Luka ini aku pecahan marmer lantai toilet itu, ketika terjatuh tangan yang ini tergores makanya dia berdarah. Aku sebenarnya harus berterima kasih kepadamu Nazwar.”

“jadi sebenarnya kamu belum pingsan ? tapi kenapa kamu diam waktu ditoilet ? “

“aku emang gak pingsan Nazwar tapi aku juga gak sadar, entah kenapa susah untuk membuka mata. Maaf atas dikeluarkan kamu dari sekolah, aku tak bisa berkata apa-apa dan membantu mu Nazwar karna aku tau kamu melakukan itu karena Yosi dan tak mungkin aku merusak sesuatu yang telah kamu lindungi.” Annisa sungguh berpikiran dewasa kataku dalam hati.

“kamu gak usah minta maaf lagian ini kemauan aku sendiri kok. Tapi ada satu hal yang membuatku penasaran, apakah aku boleh menanyakan hal ini Isa ?”. Aku memanggilnya dengan panggilan Isa karena terlalu ribet memanggilnya Annisa dan juga aku ingin bertanya serius.

“apa yang membuat kamu penasaran Nazwar silahkan tanyakan.”

“kamu tau kenapa Ici melakukan hal semacam itu kepada mu ? kamu tau alasannya ?”. aku bicara sangat serius bahkan mataku tajam kepada Isa.

“……………………… Ya, aku tau.” Isa menjawab pendek


Bersambung...

Nantikan Chapter ke-2 segera!



Download klik link dibawah ini

download

1 Comments for "Chapter 1 Cerbung "Setengah" Karya M Nazwar Ali S"

hmmm, ampe bolos sekolah gitu? sepertinya karakter ici ini penuh dengan misteri.

Back To Top