Chapter 1
SETENGAH
Aku berlari, “lari nya
lebih cepat lagi, ci!“ Situasi sangat menegangkan yang aku rasakan karena saat
itu dialah yang terkenal paling galak dikampung kami yang tak lain adalah
anjing milik satpam penjaga sekolah saya dan yosi atau panggilan dekatnya ici.
Kami selalu mencari
kesenangan saat sepulang sekolah dan itulah kesenangan kami. Menggoda anjing
pak satpam, “tak biasanya dia segalak hari ini, kan?“
“ baru siap diputusin
kali “ ici menjawab dengan nafas pendeknya.
Aku menjawab dengan
tawa pendek padahal itu tidak lucu, dan aku tau ici tau itu tawa paksaan.
Ici adalah anak yang
suka membuat kelucuan walaupun sebenarnya dia tak lucu sama sekali. Aku adalah
orang satu-satunya yang dipaksa mengakui kelucuannya dan karna itulah kami
selalu dekat. Entah apa yang membuat aku terus mau melakukan apa yang dia
perintahkan dan bahkan aku sudah dianggap pengawal dan pelayannya, mungkin
karna kami sudah teman sejak lama dan juga kami tinggal didaerah yang sama. Ibu
dia dan ibu aku juga sudah mengenal sejak lama juga termasuk faktor aku jadi
pelayan dia mungkin. Satu hal yang aneh dari ici sesaat dia adalah anak yang
sangat cantik, anggun, mempesona seperti Barbie tapi dia juga suka manjat pohon
hingga sifat barbienya hilang seketika.
Suatu hari sepulang
sekolah dengan baju putih abu-abu “ woi ngerjain apa kita lagi ? “
“ lewat depan rumah
satpam gimana ?”
“ gak bosan apa
sepanjang kamu hidup sama aku lakuin itu terus ?”
“ kok kamu ngomong gitu
? kayak nyalahin aku aja “
“ emang iya salah kamu,
tiap hari yang kamu lakuin cuma itu aja, gak ada yang menarik dari kamu “
“…………… lantas kenapa
kamu mau pulang bareng sama aku ? mau temenan sama aku ? mau lari bareng aku ?
kenapa ? karna kamu iba aku gak punya teman ? “
“ nah tu kamu tau, mau
ngoceh apa lagi ? udah cukupkan ? oke, aku pulang duluan. “
Itu adalah kata yang
kasar pertama kalinya aku dapatkan dari yosi dan aku sangat marah padanya. Tapi
kalau aku tak memulai kemarahan mungkin dia juga gak bakal marah. Setelah
kejadian itu aku pulang sendirian, lari sendirian dikejar anjing pak satpam dan
nyampe rumah sendirian. Aku punya teman kok tapi aku tak bias berteman dengan
baik. Entah kenapa aku merasa tak cocok ataupun nyaman dengan mereka, berbeda
dengan ici. “ ngapain ingat anak yang bermulut kasar tomboy itu “ aku bicara
sendiri didalam kamar.
Yosi si ici Barbie
tomboy itu adalah orang yang saya suka walaupun dia berbicara seperti itu dan
walapun saya jadi pelayan juga pengawalnya.
Sudah beberapa waktu
berlalu kami tak saling sapa, walaupun kadang ada dikelas yang sama hingga pada
hari sabtu hari khusus eksull disekolah dia datang lalu
ngomong dengan lantang seperti gaya nya yang biasa “ kamu cepetan sini bantuin
“ sambil menyeret aku .
“ngapain mendadak ni ?
“
“udah ikut aja, kamu
harus bantu aku dan gak boleh nolak “ seperti biasa ini adalah gayanya dia yang
suka memkasa dan gak boleh ditolak apapun itu.
Dia membawa aku kedepan
toilet anak cewek dan berkata “ kamu tungguin sini kalau ada cewek anak kelas X
rambut pendek trus dia pake celana training biru masuk kedalam kamu batuk ya”
tergesa-gesa.
“ini kamu ngapain ? “
beneran aku gak tau apa-apa tentang apa yang mau dia lakuin kali ini.
“udah kamu lakuin aja,
kalau kamu lakuin ini aku maafin kesalahan kamu waktu kita pulang bareng
terakhir “. Tanpa menjawab dan sudah pasti aku bakal nurutin katanya dia.
Belum berapa lama aku
berdiri diluar lewat anak cewek kelas X dengan ciri-ciri seperti yang ici
sampaikan. Akupun batuk sejadi-jadinya seperti batuk itu adalah nafas
terakhirku. Anak cewek itu pun sampai ketawa lembut melihat kelakuan ku, akupun
berlari agak menjauh dan dia masuk kedalam toilet.
Sebentar aku mengambil
nafas terdengar teriakan cewek didalam tolitet, ici berlari datang kearah ku.
Dia terlihat pucat dan gugup aku bertanya “ kamu ngapain, itu siapa yang teriak didalam ?”
“itu isa itu isa dia
isa anak cewek yang aku ceritain tadi” ici makin gugup
“jadi dia Annisa itu
emang dia ngapain teriak ?”. dia tak menjawab dan membawa aku kedalam toilet
cewek tentu saja aku menolak tapi malah ici menangis dan aku tak bisa
menolaknya lagi. Aku masuk kedalam toilet anak cewek dan didalam Annisa
tergeletak dengan tangan berdarah. Aku terkejut dan mau berlari keluar tapi ici
menahan tangan ku.
“ aku yang melakukan
itu “ ici mengatakan sambil menangis.
“ lakuin apa ? kamu
melakukan percobaan pembunuhan, kamu sobek nadinya dia ?”
“bukan luka itu bukan
aku yang buat, itu bukan nadinya juga . aku cuman kagetin dia pake kecoa tadi
aku gak tau bakal kayak gini aku juga gak tau luka itu datang darimana “ dia
menangis dan berkata aku bakal dikeluarin berulang-ulang kali ditempat dia
berdiri. Aku tak tau apa yang harus dilakukan, akupun merasa takut tapi kalau
dia dikeluarkan lalu aku orang yang menyukai dia tak melakukan apapun. Batin
ini pun memberontak aku menjadi gugup juga. Aku bergegas “ udah kamu keluar
cepat lapor sama guru” sambil menutupi luka ditangannya Annisa dengan tisu
toilet dan mengikatnya dengan tali sepatu.
“lalu kamu gimana ?”
dia masih menangis.
“ini aku yang
lakuinnya, aku yang buat dia kaget dan aku juga yang buat dia terluka. Ini
bukan karna kamu ini akan jadi salah aku. Orang tidak akan tau ini perbuatan
kamu dan kamu tidak akan dikeluarkan dari sekolah. Cepat keluar “ aku berteriak
dengan nada cepat.
“kamu jangan sok
pahlawan, ngapain kamu mau juga kayak gitu ?”
Aku berdiri lalu
menjentik keningnya “ aku adalah orang yang diam-diam menyukai kamu jadi
pergilah keluar dan laporkan ini pada guru “ aku memohon pada ici dan
membuatnya melakukan apa yang aku suruh. Baru kali ini dia mendengarkan
perkataanku. Ici pun melaporkan kejadian ini pada guru , aku melihatnya berlari
dan menangis tapi aku tak tau apa yang ada dipikirannya dan apa yang dia
rasakan. Akankah dengan apa yang aku lakukan ini dia juga akan suka padaku, hal
ini akupun tak tau. Aku memeriksa toilet tersebut apakah ada orang lain yang
mengetahui hal ini dan setelah aku periksa tak ada orang lain didalam toilet.
Guru datang berombongan
mendatangi toilet, itu sangat jelas dari hentakan kaki mereka yang berlari
bergerombolan. Mereka masuk kedalam toilet dan melihat Annisa yang tergeletak
dan aku yang sedang memegang luka Annisa. Dibelakang guru ada Ici yang
mengikuti, dia tidak menangis lagi tapi tangisannya telah pindah menjadi
ketakutan bagiku. Aku melihat wajah guru yang sangat geram melihatku di toilet
perempuan dan seorang perempuan yang tergeletak karena ulahku pikir mereka.
Seorang guru menarik
tanganku dengan kuat hingga aku terhentak kedepan, ini adalah kemrahan seorang
guru dalam hatiku. Guru yang lain membantu membawa Annisa ke UKS sekolah. Tak
ada yang lain pada diriku dan hanyalah ketakutan, batinku berontak mengapa aku
melakukan ini padahal aku tau apa akibatnya. Aku sampai dikantor majelis guru,
semua mata tertuju padaku hingga guru yang menyeretpun mendorongku terduduk.
Banyak pertanyan dari
banyak orang yang aku dengarkan untuk kejelasan apa yang telah aku lakukan di
toilet cewek. Aku gemetaran, ini sungguh membuatku takut. “maafkan aku pak,
maafkan aku buk. Aku salah Aku salah”. Aku mengulangi perkataan itu setiap
mereka bertanya kepadaku.
“kami akan memanggil
orang tuamu besok dan kamu jangan datang kesekolah untuk sementara”. Salah
seorang guru berkata seperti itu kepadaku dan kepala sekolah ada didepanku.
“maafkan aku pak,
maafkan aku buk. Aku salah “
“sekarang kamu pulang,
bapak udah kirim SMS ke ibu kamu” kepala sekolah bicara dengan tenang. Tapi aku
terus mengulangi perkataanku hingga guru yang geram menyeretku keluar kantor.
Diluar siswa yang lain
melihatku dengan pandangan aneh sambil berbisik, aku tau apa yang mereka maksud
tapi aku tidak tau apa yang mereka pikirkan. “jangan percaya dengan apa yang
kalian lihat, belum tentu semua yang kalian lihat adalah kebenaran” aku
mengatakan itu sambil menundukkan kepala.
Mereka mengikuti aku ke
kelas, aku berlari mengambil tas dan melihat sekeliling “ dimana Ici ?” dalam
hati.
Aku tak melihatnya
dimanapun dan aku kembali menunduk. Aku berlari keluar dari sekolah dari dunia
yang membenciku. Tak ada seorang teman, seorang guru dan seorang yang aku sukai
untuk menghibur. Aku sendiri, dan dunia membenciku. “apa aku menyesal ?”
Aku berlari pulang,
hanya menunduk dan tak melihat kedepan aku terus berlari. Menangis mengingat
kelakuanku yang tak ku perbuat akan membuat ibu terluka, akan membuat ibu
sedih. Aku terus berlari, tak mau aku melihatkan wajahku pada orang lain karena
aku tau mereka akan membenciku juga.
Aku sampai didepan
rumah, kaki terhenti didepan pintu karena tak sanggup masuk karena iu sudah
dirumah. Aku menunduk dan masuk kerumah, “ assalamualaikum “ gemeteran suaraku.
Ibupun menjawab salam dan menghampiri.
“ ibu tidak menyangka
kamu senakal ini nak, ibu tak tau mau
mengatakan apalagi. Bagaimana ibu harus menasehati kamu bagaimana ibu menuntun
kamu. Ini kali terakhir ibu menasehati kamu ini terakhir kalinya “ ibu menangis
kepadaku atas apa yang bukan perbuatanku. Aku menanggung kebencian aku
menanggung kesalahan yang bukan berasal dari diri ini.
“ kenapa ibu
menyalahkan ku kenapa ibu malah berkata seperti itu ? aku benci ibu “. Aku
marah kepada ibu, aku merasa aku membenci semuanya. Setelah mengatakan itu aku
menyesal , sangat menyesal tapi mulutku sangat terkunci untuk minta maaf kepada
ibu.
Ibu diam dan terus
menangis, aku berlari menuju kamar melompati tempat tidur dan berteriak. Ini
semua salahku, kenapa aku mau melakukan itu. Aku tak meneteskan air mata aku
hanya menyesal karna telah mengatakn itu pada ibu.
Seharian Ici takada
memberi kabar bahkan menghiburku tapi aku tetap memilik rasa suka padanya. Aku
tertidur tanpa makan sedikitpun hingga pagi aku terbangun dan keluar dari
kamar. Dimeja makan ada ayah “ ibumu pergi kesekolah karena di SMS kepala
sekolah kemaren “
Aku tak menjawab lalu
mengambil piring dan memakan roti yang sudah terletak dimeja. Ayah pergi
bekerja dan nampaknya ayah juga marak
padaku. Aku makan perlahan hingga habis dan kembali kekamar, begitu waktu
berlalu hari itu hingga ibu pulang sambil menangis memasuki rumah. Ibu tak
berkata apa-apa, hati ibu sudah kulukai dan entah kenapa aku tak sanggup minta
maaf kepada ibuku sendiri.
Malam hari ayah
mendatangiku kekamar “ nazwar kamu harus pindah sekolah, kepala sekolah
mengeluarkan kamu dari sekolah. Jadi besok kamu pergi kesekolah untuk
menandatangani surat pengeluaran ya ! ibu meminta ayah menyampaikan ini. Annisa
dirawat dirumah sakit dekat sekolah dan kamu juga harus melihatnya besok serta
minta maaf, ayah meninggalkan kunci motor diatas kulkas. Pakailah besok dan satu
lagi minta maaflah pada ibu” ayah berkata lembut.
Aku hanya berkurung
diri dikamar dengan tidak adanya kabar dari Ici ,tak tau kenapa dia tidak
mengabari aku. Entah apa yang Ici pikirkan saat ini, atau dia malu berteman
denganku tapi aku melakukan itu demi dirinya. Semua itu berlalu .
Aku pergi kesekolah
sesuai permintaan ayah, disekolah aku bertemu teman sebangku Ici dia mengatakan
padaku Ici tak pernah masuk sekolah setelah hari Itu. Aku heran dan
bertanya-tanya pada diri sendiri. Aku melanjutkan perjalan kerumah sakit dekat
sekolah dan menghampiri Annisa diruangannya yang telah kepala sekolah beri tau.
“assalamualiakum buk “
aku masuk kedalam ruangan Annisa. Ibu Annisa menjawab dengan ramah tanpa ada
keliahatan marah kepadaku.
“buk saya Nazwar, Nazwar
minta maaf ya buk atas apa yang terjadi pada Annisa”.
“iya nak, ibuk ngerti
kok. Kalian masih muda itulah zaman kalian nakal, ibuk udah maafin lagian
Annisa baik-baik aja sekarang. Silahkan ngobrol sama Annisa nya Nazwar!”. Suara
ibu Annisa sangat lembut dan ramah, sepertinya mereka keluarga yang baik dan
kenapa Ici melakukan ini padanya.?
Aku menghampiri Annisa
dan meminta maaf kepadanya seakan-akan akulah pelakunya.
“ Nazwar kamu ngapain
minta maaf ? yang salah itu bukan kamu kan. Aku tau bukan kamu yang lakuin ini,
aku juga kamu yang ngobatin luka aku waktu ditolilet.” Jawab Annisa sayu.
“ kamu tau ? bagaimana
kamu bisa tau ?”
“ waktu aku jatuh di
toilet aku masih sadar sebenarnya, aku dengerin kalian berdebat ditoilet bahkan
aku tau kamu yang balut luka aku. Luka ini aku pecahan marmer lantai toilet
itu, ketika terjatuh tangan yang ini tergores makanya dia berdarah. Aku
sebenarnya harus berterima kasih kepadamu Nazwar.”
“jadi sebenarnya kamu
belum pingsan ? tapi kenapa kamu diam waktu ditoilet ? “
“aku emang gak pingsan
Nazwar tapi aku juga gak sadar, entah kenapa susah untuk membuka mata. Maaf
atas dikeluarkan kamu dari sekolah, aku tak bisa berkata apa-apa dan membantu
mu Nazwar karna aku tau kamu melakukan itu karena Yosi dan tak mungkin aku merusak
sesuatu yang telah kamu lindungi.” Annisa sungguh berpikiran dewasa kataku
dalam hati.
“kamu gak usah minta
maaf lagian ini kemauan aku sendiri kok. Tapi ada satu hal yang membuatku
penasaran, apakah aku boleh menanyakan hal ini Isa ?”. Aku memanggilnya dengan
panggilan Isa karena terlalu ribet memanggilnya Annisa dan juga aku ingin
bertanya serius.
“apa yang membuat kamu
penasaran Nazwar silahkan tanyakan.”
“kamu tau kenapa Ici
melakukan hal semacam itu kepada mu ? kamu tau alasannya ?”. aku bicara sangat
serius bahkan mataku tajam kepada Isa.
“……………………… Ya, aku
tau.” Isa menjawab pendek
Bersambung...
Nantikan Chapter ke-2 segera!
Download klik link dibawah ini
Tag :
Cerbung "Setengah"
1 Comments for "Chapter 1 Cerbung "Setengah" Karya M Nazwar Ali S"
hmmm, ampe bolos sekolah gitu? sepertinya karakter ici ini penuh dengan misteri.