Tulisan Indah
dalam SkenarioMu
oleh: Lilis Suryani
oleh: Lilis Suryani
“Dimana ya ? aku tadi letakkan di sini.!!! Tapi kemana dia pergi ?
berjalan sendiri ? ngak mungkin.” Ucap alya dalam hatinya.
Di ruangan kecil,
ukuran 4x3, dinding yang dipenuhi dengan bunga dan sticker paris, air mata Alya jatuh membasahi pipinya yang
lembut. Kamar kecil, bersih dan rapi tak terlihat lagi. Semua diombrak-ambrik.
Isi lemari dihempaskan ke lantai saking takut benda kesayangannya pergi. Bibir
merah bertahilalat di kiri atas terus saja bergerak tanpa ada jeda.
Aku menelusuri di
sepanjang perjalanan otakku apa yang telah terjadi, dari otak kiri ke kanan,
kanan ke tengah dan kembali lagi ke kiri. Sekitar lima menit yang lalu, ada
perempuan dewasa yang datang bertanya, apakah ada kamar kosong yang bisa
ditempati. Sebut saja namanya Rita, Sementara ibu kos membawanya jalan-jalan di
sekitar lingkungan kos hingga akhirnya menuju kamarku. Dengan maksud Rita akan
satu kamar denganku. “Monggo, silahkan dilihat, barangkali cocok” kata buk kos
“Aku Rita,
mahasiswa Lencang Kuning sedang melanjutkan kuliah semester 3 di Fakultas
Hukum. Kelihatannya di sini cukup aman dan nyaman. Sebelumnya aku tinggal
bersama saudaraku tidak jauh dari sini. Tetapi beberapa hari lagi ia akan pergi
merantau. Jadi, aku tak ada pilihan lain, karena takut sendiri, aku ingin ganti
suasana baru” Ucap Rita kepada kami semua.
Tak lama kendati
berbincang-bincang terkait perkenalan antara kami. Aku diajak keluar bersama
temanku membeli makanan untuk makan malam nanti sehingga meninggalkannya
sendirian sambil berpesan :
“Dek, kakak tinggal bentar
ya! tunggu di sini dan jangan lupa kunci pintu !!! nanti ada yang masuk.”
Biasanya aku masak sore hari, tapi karna hari ini sifat malasku
menghampiri. Tugas pun begitu banyak. Besok aku juga tampil presentasi. Untung
semua sudah selesai. Jadi, tinggal penguasaan materi. Aku pun sedikit lega. Beginilah
untungnya kalo tidak menumpuk-numpukan pekerjaan lama-lama ngak jadi bukit. Hufft …
Semua tak sesuai
dengan harapan. Usai pulang dari warung terdekat, aku berencana melanjutkan
tugasku yang lain. Laptop yang sebelumnya berada di atas kasur empuk, kecil,
yang hanya muat untuk satu orang itu tak lagi tampak wujudnya, Aku terkejut,
dadaku nyesek, asmaku kambuh lagi sebab benda yang berharga menghilang diambil
oleh perempuan itu.
Benda itu adalah
hasil dari tabunganku selama tiga tahun ketika belajar di SMA, aku menyisihkan
sebagian uang jajanku Rp2.000 setiap harinya.
“Din, Nti, Ratna,
lihat laptop kakak ngak dek ?” tanya Alya tergesa-gesa
“Ngak tau kak ? kami dari tadi di kamar aja nonton bareng kak.
Kenapa tu kak ?” jawab Dina.
“Rita tadi. . . kemana dek ?”
tanya Alya selanjutnya.
“Oh cewek tadi, yang mau jadi penghuni baru di sini ya !! Katanya pergi ke ATM kak !!! soalnya dia nanya tadi
ATM dekat sini ada dimana? Dari sini lurus, nanti ada persimpangan,
trus belok kiri, ada pohon beringin besar. Nah beberapa langkah lagi akan
kelihatan tulisan ATM BRI. Katanya sih cuma bentar kak, tapi sampai sekarang
belum kelihatan tuh batang hidungnya.” Jawab Ratna santai.
Ternyata benda itu sudah dilarikan. Bagaimana aku harus memberitahu
keluargaku ? aku takut dan tak sanggup. Dengan suara serak-serak basah, air
hidung naik turun sejak tadi, aku berbicara dengan abangku melalui telephone.
“Kamu kenapa dek? kok suaranya lain gitu? “Jawab abangku di
seberang. “Bang Laptopku hilang” ucapku takut. “Kok bisa dek? dimana kamu
letakkan? kenapa bisa hilang? Yaudah. Kamu sabar aja dek. Ikhlaskan saja,
serahkan semua sama-Nya, semoga dibukakan pintu hatinya untuk mengembalikan
benda itu. Sekarang kamu sholat hajat gih, minta sama Allah SWT agar semua
dimudahkan.” Jawab abangku dengan percaya diri.
Bergegas aku sholat hajat dan minta ampun pada Allah SWT agar
diberikan jalan yang terbaik. Aku tak tau apa ini ujian dari Allah SWT atau
kecerobohanku sendiri. Aku merasa paling bodoh karena begitu mudah pecaya pada
orang lain. Padahal aku baru kenal beberapa menit. Waktu tak bisa diputar
kembali. Andai saja lima menit itu aku gak pergi keluar mungkin semua ini tidak
akan terjadi.
Kenapa aku tidak menuruti saran abangku dan kedua orang tuaku, beberapa
hari yang lalu menyuruhku pindah kuliah, sebab tempat ini tak aman. Baru-baru
ini ada kejadian yang menimpa tetangga kosku. Dia kena copet ketika pulang
kuliah, tasnya diambil oleh dua orang preman hingga tangannya patah karna
berusaha melawan kedua preman itu. Tempatnya memang sepi dan jauh dari kota. Di
sepanjang jalan banyak sawit-sawit. Jadi, kalo jalan sendiri sangat berbahaya.
Karena sifat keras kepalaku, aku nggk jadi pindah dan mecoba untuk
menjalani satu semester ini, semoga Allah SWT memberi jalan yang terbaik.
Tetapi hal yang tidak disangka terjadi, setelah banyak telingaku mendengar
kabar tentang kejahatan, tiga hari selanjutnya laptopku hilang dicuri perempuan itu.
Dua hari berlalu, aku melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi,
tapi tak ada respon baik dari pihak kepolisian. Setiap hari di kampus hanya untuk
melihat apakah dia ada berkeliaran di sana. Salah satu temanku mengatakan, dia
masih di sekitar sini dan belum pergi. “Tapi aku takut leptopku berpindah ke
tangan orang lain, bagaimana kalo dia menjualnya karena dia butuh uang.”
Pikirku.
10 panggilan tak terjawab dari etek Ani. Aku terkejut melihat hp
ku. Tumben etek Ani nelvon sampai 10x. ngak biasanya, hatiku risau, jantungku
berdegup semakin kencang. Sepertinya ada yang tidak beres. Aku menghubungi
kembali.
“Hallo, assalamualaiqum tek, ada apa tek? maaf tek tadi aku di
kampus, hp aku ngak di getarkan, jadi ngak tau kalo etek memanggil.” Ucapku.
“Nak ,,, adekmu si bungsu kecelakaan ketika mau menuju rumah etek.
Dia ditabrak bus A.L.S Alya. Kedua kakinya patah dan harus diamputasi. Sekarang
dia masih di UGD, dia koma dan harus dirawat di Rumah Sakit M. Jamil Padang. Kedua
orang tuamu sedang menuju ke sini” Jawab etek Ani.
“Kenapa bisa ya Allah? beberapa hari yang lalu aku baru saja
berbicara dengan si bungsu. Tapi sekarang Engkau masih tetap memberi cobaan
seberat ini. Apa salah hamba ya Allah? kenapa ini terjadi kepada hamba? kenapa
harus hamba? sembuhkan adek hamba, bangunkan dia dari komanya ya Allah. Aku tau
semua tak ada yang kebetulan, semua telah Engkau rencanakan, Engkau tak akan
memberi ujian kepada hambamu melebihi batas kemampuannya, pasti aku sanggup
menjalani cobaan ini ya Allah, aku tahu selama ini aku sudah jauh dariMu.”
Ucapku sambil menagis.
Jam berputar, hari berganti, waktupun berlalu. Alhamdulillah adekku
bangun dari komanya. Ia harus menerima kenyataan atas cobaan yang menimpa
dirinya. Tetapi tak ada juga kabar baik yang kudapat terkait laptopku yang
hilang, memang aku sudah ikhlas atas semua. Hatiku sudah mulai tenang. Aku
mulai menjalankan aktivitasku seperti biasanya tetapi dengan sangat hati-hati.
Aku ngak boleh jalan sendiri, keluar sendiri. Aku tak boleh lalai lagi dan harus
lebih hati-hati.
Di tempat ini memang rawan sekali, banyak peristiwa yang terjadi,
baik itu pembunuhan, pemerkosaan, apalagi kemalingan. Hal itu tidak memandang
usia, apakah anak-anak atau dewasa. Yang penting keingginannya terpenuhi.
Kemarin siang aku juga mendapat kabar bahwa ada anak SMA yang
dirampok dan diperkosa di tengah jalan, tak jauh dari tempatku. Aku semakin
takut tinggal di sini. Sungguh biadap dan kejamnya preman-preman yang memakai
motor merah itu, mereka nggak pandang bulu, yang penting dapat diperkosa.
Memang pengetahuan agama dan pendidikan
itu sangat penting.
Usai minta pendapat dari keluargaku, rencana awal menjadi terwujud,
satu bulan setelah kejadian aku pindah dan mencari kerja. Aku lulus dan
diterima di Jakarta. Aku tak jadi melanjutkan kuliah S1 di Lencang Kuning. Aku
sekarang jadi pembina asrama di Pesantren. Di samping itu dengan hobiku yang
sering menulis dan membaca aku juga banyak menerbitkan karya imajinasi seperti
cerpen, puisi, bahkan novel atas bantuan laptop kesayanganku.
Setelah banyak cobaan yang menimpaku. Laptopku kembali lagi ketika
aku hendak pulang ke kampung halaman. Aku bertemu kakek tua yang sedang duduk di warung tempat kami berhenti ketika
bus kami diperbaiki. Dia terjatuh hendak mengambil laptopnya yang sedang di cas
di atas meja. Aku meraih tangannya dan membantunya berdiri, sementara semua
orang tidak peduli apa yang terjadi di sekitar mereka.
Kami pun banyak bercerita terkait pengalaman hidup. Banyak
pelajaran yang dapat kuambil dari cerita kakek itu, hingga aku pun menceritakan
kisahku selama berada di Lencang Kuning. Mulai dari leptopku yang hilang sampai
kecelakaan yang menimpa adekku.
Ternyata kakek itu adalah dosen di Lencang Kuning dan ia memberiku
leptop itu dengan mudahnya. Awalnya aku tidak menerima tawaran tersebut. Tetapi
setelah mendengar cerita bahwa laptop itu juga ia dapatkan dari seorang perempuan dewasa yang sedang membutuhkan uang,
sebab adeknya sedang sakit. Sehingga terpaksa menjual laptop tersebut seharga
Rp2.000.000 untuk biaya rumah sakit. Karena kasihan kakek itu membelinya.
Setelah aku lihat-lihat, hatiku berdetak dan berbisik bahwa itu
mirip punyaku, leptop acer warna hitam, dan aku melihat isinya masih
utuh seperti semula tanpa ada satu pun yang hilang. Aku melihat photo-photo di
data D, document, dan yang lainnya ternyata memang benar, itu punyaku. Aku pun
mengatakan pada kakek itu bahwa itu punyaku, kakek itu tersenyum dan memberikan
kembali benda berharga itu ketanganku.
Aku teringat pada nenek tua yang kuberi uang Rp50.000 di pinggir
jembatan. Aku melihatnya kesakitan dan menghampirinya. Ternyata ia sudah dua
hari tidak makan. Ia begitu pucat. Aku memeriksa dompetku yang tinggal tiga
lembar kertas. Satu berwarna merah dan dua lembar berwarna biru, jumlahnya 200
ribu. Jadi aku memberi nenek itu 50 ribu, karena 150 ribu lagi untuk ongkosku
pulang kampung.
Aku menangis bahagia dan sungguh sangat berterimakasih. Mungkin ini
berkat uang 50 ribu yang kusedekahkan. Aku langsung sujud syukur atas
kembalinya leptopku. Terimakasih ya Allah SWT
atas semua nikmatMu. Aku sungguh sangat bersyukur telah dipertemukan
dengan kakek ini, tenyata semua ini telah Engkau rencanakan. Engkau memang Maha
sempurna, semua skenario Kau buat dengan sangat sempurna.
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "Tulisan Indah dalam SkenarioMu - Lilis Suryani - Lomba Menulis Cerpen"