Sastra Yahudi

Yang dimaksudkan disini ialah sastera Yahudi kuno
disamping Kitab Suci Perjanjian Lama, yang memegang peranan penting dalam agama
Yahudi sebagaimana berkembang setelah Perjanjian Lama selesai disusun (abad 2
sebelum Masehi sampai dengan l.k. abad 5 masehi). Semua sastera itu ada
sangkutpautnya dengan Kitab Suci. Perjanjian Lama memang dilanjutkan oleh
Perjanjian Baru. Tetapi disamping itu ada suatu lanjutan lain yang tetap
tinggal dalam rangka agama Yahudi, meskipun agama itu diperkembangkan olehnya.
Lanjutan dan perkembangan itu tercantum dalam sastera yang disini dibahas.
Ditempat lain (lih. APOKRIP) dikatakan sedikit tentang karya-karya keagamaan
yang berasal dari kalangan Yahudi yang sedikit banyak menyeleweng dari agama
resmi, sebagaimana dipertahankan dan diajarkan oleh para Rabbi (= tuanku,
guruku, julukan guru-guru agama, yaitu ahli Kitab dan Ahli Taurat, bdk. Mat 23:7; Yoh
3:2, 26). Kalangan ini, yang biasanya menganut paham Parisi, menghasilkan
sejumlah karya-karya keagamaan. Pengaruh karya-karya ini amat besar dalam agama
Yahudi selanjutnya, malah hingga dewasa ini dikalangan Yahudi ortodoks. Jadi
karya-karya ini boleh dianggap hasil buah agama resmi. Bahan yang dikumpulkan
dalam karya-karya tersebut lama sekali diturunkan secara lisan saja dan
diajarkan disekolah-sekolah serta dihafalkan. Pekerjaan itu sesungguhnya sudah
mulai setelah bangsa Yahudi baru kembali dari pembuangannya di Babel, lalu
berabad-abad lamanya diteruskan. Memang dalam tradisi lisan itu bahan itu
berkembang dan dirubah seperlunya sesuai dengan keadaan waktu dan tempat.
Dijaman masehi barulah semua bahan itu dikumpulkan, disusun dan dituliskan,
khususnya setelah Yerusyalem binasa dan bangsa Yahudi menjadi lemah dan tak
berdaya. Boleh dikatakan karya-karya yang tertulis itu melindungi serta
menyelamatkan agama Yahudi dari kebinasaannya.
Semua karya itu
cukup penting untuk ilmu Kitab Suci. Memang baru dituliskan dijaman masehi,
setelah agama Keristen sudah berurat berakar diluar Palestina dan melepaskan
diri dari agama Yahudi. Tetapi di dalamnya terpelihara tidak sedikit bahan dari
jaman dahulu, bahkan dari jaman Kristus dan Perjanjian Baru. Maka itu sastera
Yahudi itu dapat menyoroti (sebagian dari) suasana keagamaan yang menjadi
latarbelakang kehidupan Kristus dan Perjanjian Baru. Cukuplah orang ingat akan
tokoh besar dalam agama Kristen semula, yaitu Paulus. Orang itu berasal dari
kalangan yang menghasilkan sastera yang dimaksudkan disini. Lawan-lawan Kristus
yang paling gigihpun termasuk kalangan yang sama.
Tidak
dibicarakan sastera keagamaan yang dihasilkan agama Yahudi dijaman pertengahan.
Ada sastera yang cukup subur berkembang sejak abad 12 Masehi, Yaitu Kabala.
Karya-karya itu memuat semacam ajaran rahasia yang mencampurkan tasawuf
(mistik), astrologi, magi dan filsafat dan boleh dibandingkan dengan
kitab-kitab tasawuf Islam dahulu dan kitab-kitab "ilmu" di Indonesia.
Sehubungan dengan Kitab Suci Kabala tersebut tidaklah penting.
Targum (jamak: Targumim)

Kata Hibrani
ini berarti: terjemahan. Yang dimaksudkan ialah terjemahan-terjemahan bebas
Kitab Suci Perjanjian lama kedalam bahasa Aram. Bahasa ini adalah bahasa semit
yang serumpun dengan bahasa Hibrani. Sejak masa pembuangan (th. 537 seb. Mas.)
bahasa ini (suatu bahasa internasional dijaman itu) menjadi bahasa rakyat di
Palestina dengan mendesak bahasa Hibrani. Maka itu rakyat tidak mengerti lagi
Kitab Suci yang (bagian terbesar) menggunakan bahasa Hibrani kuno. Hanya para
ahli mengertinya. Karena itu rakyat perlu akan suatu terjemahan kedalam
bahasanya sendiri, khususnya untuk keperluan ibadah disinagoga
(kenisah-kenisah). Lama-kelamaan terjemahan (pelbagai) sedemikian itu dibuat
juga yang dibacakan disamping teks Kitab Suci yang resmi. Terjemahan-terjemahan
itu tidak (selalu) menterjemahkan secara harafiah, tapi lebih kurang bebas,
suatu parafrasis. Kedalam terjemahan-terjemahan itu diselipkan juga
tafsiran-tafsiran Kitab Suci tertentu. Dengan jalan itu Kitab Suci
diaktualisasikan untuk rakyat dan disesuaikan dengan keperluan aktuil. Maka itu
dalam terjemahan2 itu nampaklah juga perkembangan iman dan agama Yahudi sesudah
jaman Perjanjian Lama.
Tidak semua
Targum yang pernah dibuat (kerapkali secara lisan saja) terpelihara dan
tersimpan. Hanya beberapa saja. Ada dua Targum yang umum diterima dan boleh
dikatakan "resmi". Yang pertama ialah Targum Onkelos, yang timbul
dalam abad 2 Masehi di Palestina. Tapi baru dalam abad 5 dituliskan di Babel.
Targum Onkelos ini amat lekat pada teks aseli dan kerap menterjemahkan secara
harfiah belaka. Disamping itu diterima secara umum. Targum Yonatan bin Uziel.
Terjemahan ini jauh lebih bebas. Masih terpelihara juga sebagian dari suatu
Targum Taurat Musa yang berasal dari Yerusyalem dan dituliskan sekitar tahun
650 Masehi.
Talmud


Kata
"talmud" ini berarti: pengajaran atau ajaran. Karya-karya yang
disebut begitu adalah merupakan hasil kerja beberapa mazhab ahli Yahudi. Isinya
mengenai khususnya kelakuan. Para ahli itu memberi kepada Taurat Musa
"suatu pagar" (demikian dikatakan mereka), supaya ditepati dengan
baik. Talmud-talmud itu sesungguhnya adalah buah hasil beberapa angkatan ahli.
Tetapi lama sekali bahan-bahan itu secara lisan saja disampaikan oleh guru dan
dihafalkan oleh murid. Terkumpulkan didalamnya diskusi-diskusi keterangan-keterangan
dan tafsiran serta pengetrapan dan contoh yang diberikan oleh ahli-ahli dari
jaman dahulu dan memang terus bertambah banyak. Dapat dimengerti bahan itu
umumnya bercorak kasuistik. Ditetapkan persis apa yang harus dibuat atau tidak
boleh dibuat, manakala perbuatan syah atau batal dan sebagainya. Talmud-talmud
itu sedikit serupa (hanya sedikit saja) dengan hadis Islam (yang mengenai ilmu
fikh). Tapi bahan dalam Talmud tidak dipulangkan sampai ke Musa sebagaimana
hadis Islam memulangkan semua kepada Nabi Allah. Perkaranya ialah macam-macam
pendapat yang pernah dikemukakan oleh ahli tersohor dengan mendasarkannya pada
Kitab Suci.
Beberapa kali
bahan tradisionil itu dikumpulkan dan dicatat, tapi hanya dua redaksi terakhir
terpelihara dan hingga dewasa ini berpengaruh. Kedua redaksi ini adalah hasil
jerih payah dua pusat ilmu hukum Yahudi, yang satu di Palestina yang lain di
Mesopotamia (Babel). Maka itu ada dua Talmud yang satu memuat tradisi dari
Palestina, yang lain tradisi dari Mesopotamia.
Talmud Yerusyalmi (Yerusyalem) memuat hasil
jerih-payah para ahli di Palestina. Bahasa yang dipakai ialah bahasa Aram barat
disamping Hibrani, (lihatMisyna).
Karya ini dalam redaksi terakhir dituliskan dalam abad kelima masehi. Ia tidak
terlalu besar dan kurang penting daripada Talmud yang berikut ini.
Talmud Babel
dikumpulkan oleh para ahli di Babel. Talmud ini sungguh suatu karya raksasa dan
didalamnya terkumpul pendapat dan keterangan 2000 lebih ahli hukum Yahudi. Ia
selesai di susun pada akhir abad kelima Masehi dalam bahasa Aram timur
(disamping Hibrani). Talmud Babel ini adalah yang terpenting dan amat
mempengaruhi agama Yahudi.
Misyna


Misyna (=
ulangan, mengulang) bukanlah suatu karya tersendiri, melainkan bagian pusat
dari Talmud (baik Talmud Yerusyalem maupun Talmud Babel). Sebab tiap-tiap
Talmud terdiri atas dua bagian, yakni: misyna dan gemara (pelengkap). Misyna
(dalam bahasa Hibrani dari masa belakangan) diberi komentar dalam gemara
tersebut (dalam bahasa Aram). Misyna itu ialah kumpulan diskusi, pendapat dan
keterangan yang diberikan oleh para ahli dahulu yang menyusun suatu sistem
hukum-hukum yang tidak termaktub dalam Taurat Musa. Angkatan ahli-ahli yang
terdahulu itu (hingga abad ke 2 masehi) dinamakan "Tanna".
Bahan-bahan yang berasal dari ahli-ahli ini dikumpulkan dan disusun oleh Rabbi
Akiba dan Rabbi Meir (sekitar 150) dan akhirnya dituliskan oleh Rabbi
Yehuda-Ha-Nassi sekitar th. 200 masehi. Kumpulan inilah yang menjadi
"Misyna". Lalu misyna ini diberikan komentar oleh ahli sesudahnya
(yang dinamakan Amora) lalu bersama dengan Misyna menjadi Talmud (dengan dua
cabangnya tersebut). Tetapi tidak atas semua bahan yang tersusun dalam Misyna
diberikan komentar lagi, melainkan hanya sebagiannya.
Misyna (karya
Rabbi Yehuda-Ha-Nassi) terbagi atas enam bagian (jilid). Masing-masing jilid
lalu dibagikan atas beberapa bab (63), yang pada gilirannya terbagi atas
pelbagai pasal. Masing-masing bab mengutarakan salah satu pokok, misalnya: doa,
perayaan, jiarah, perkawinan, pembasuhan, hari sabat, Sanhedrin dan
lain-lainnya. Khususnya Misynalah yang penting untuk tafsir Kitab Suci, oleh
karena bahannya paling tua dan karenanya dapat menyoroti latarbelakang
perjanjian Baru serta adat-istiadat Yahudi yang disebut oleh Perjanjian Baru.
Midrasy (jamak: Midrasyim)


Kata
"midrasy" (= penyelidikan, hasil penyelidikan, ajaran atau tafsir)
ada dua artinya. Arti yang satu ialah: metode tertentu dalam menafsirkan Kitab
Suci, jadi suatu jenis sastera tertentu. Arti yang kedua, istilah khusus, ialah
karya-karya Yahudi tertentu yang memuat tafsiran Kitab Suci menurut metode
tersebut.
1.
Midrasy sebagai metode tafsir. Kitab Suci adalah kitab
dari jaman dahulu, namun tetap dasar agama Yahudi. Karenanya perlu Kitab Suci
itu tetap tinggal hangat dan aktuil supaya dapat menghayatkan hidup keagamaan
umat. Mengingat hal itu para Rabbi sejak masa pembuangan (th. 537 seb. Mas.)
(bdk. Ezr 7:10) sibuk
menafsirkan Kitab Suci untuk mengambil daripadanya segala sesuatu yang perlu
untuk kelakuan dan pembinaan semangat keagamaan. Dalam menafsirkan Kitab Suci
para Rabbi menempuh pelbagai jalan: adakalanya mereka memberikan tafsir ayat
demi ayat, lain kali tafsirannya berupa khotbah. Tetapi selalu demikian rupa
hingga latar belakang adalah Kitab Suci. Pelbagai ayat dihubungkan satu sama
lain, baik dengan dikutip secara harfiah maupun dengan menyinggung saja
ayat-ayat atau nas-nas Kitab Suci. Dalam tafsiran itu dipergunakan pula
pelbagai cerita dan dongeng yang tidak tercantum dalam Kitab Suci tapi dapat
menerangkan atau mengilustrasikan ajarannya. Dengan metode ini Kitab Suci
ditrapkan pada hidup aktuil dan keperluan hangat, baik sehubungan kelakuan
maupun sehubungan dengan iman dan semangat keagamaan. Karena ingin
mengaktualisasikan Kitab Suci maka para Rabbi tidak selalu amat peduli akan
arti dan makna Kitab Suci yang aseli. Tafsiran Kitab Suci sedemikian
disampaikan ditempat yang dinamakan "Beth-ha-midrasy", yang dengan
bebas boleh diterjemahkan: "sekolah midrasy" (= madrasah!). Ada dua
macam midrasy. Yang satu mengambil dari Kitab Suci pelbagai aturan dan patokan
untuk hidup praktis. Karenanya khususnya Taurat Musa diterangkan dan
diaktualisasikan. Midrasy sedemikian dinamakan "Halakha" (perilaku).
Midrasy lain memberikan keterangan tentang cerita-cerita yang termaktub dalam
Kitab Suci dengan maksud membina dan memupuk semangat keagamaan. Karenanya
Midrasy sedemikian itu disebut "Haggada (cerita).
Kitab Suci sendiri sudah menggunakan metode tafsir atau midrasy tersebut.
Kitab Tawarikh misalnya memberikan dan mengaktualisasikan kitab Syemuel dan
kitab Raja-raja untuk mendukung ajaran tertentu. Demikianpun Kebijaksanaan
(pasal 10-19) menafsirkan kembali pengungsian umat dari Mesir sebagaimana
diceritakan oleh kitab Pengungsian. Tapi dari kejadian-kejadian itu (yang corak
ajaibnya diperkembangkan seperlunya) diambil pengajaran tertentu untuk membina
agama umat pada masa sipengarang. Putera Sirah (pasal 44-50) menyajikan
beberapa tokoh dari jaman dahulu sebagai teladan untuk umat, Kitab Daniel Dan
1-6, Mzm 68, 105, 106 dan kitab Yona boleh digolongkan kedalam
"midrasy" juga. Jemaah di Qumranpun suka akan metode ini dan
meninggalkan beberapa tafsiran atas beberapa kitab dari Kitab Suci menurut
metode itu. Ayat-ayat dan nas-nas Kitab Suci dikenakan pada jemaah itu serta
pendirinya. Perjanjian Barupun tidak ketinggalan. Kisah masa muda Yesus (Mat
1-2; Luk 1-2) nyata berupa midrasya. Kitab Suci ditafsirkan sehubungan dengan
Yesus dan diketrapkan padaNya. Bekas Rabbi, Paulus, juga menggunakan metode
guru-gurunya dahulu (bdk. Gal 4)
dan demikianpun pengarang surat kepada orang-orang Hibrani. Ia mengetrapkan
teks-teks Kitab Suci pada Kristus dan kejadian dijaman dahulu pada umat
Keristen (bdk. khususnya pasal 7).
2.
Midrasy(im) sebagai tafsiran tertulis. Para Rabbi yang
menghasilkan Misyna/Talmud juga giat menafsirkan Kitab Suci, yaitu para Tanna
dan para Amora (lihat di atas: Talmud),
khususnya sesudah tahun 70 Masehi. Merekapun menggunakan metode midrasy
tersebut. Beberapa kaidah dan patokan dalam menafsirkan Kitab Suci ditetapkan,
khususnya oleh Rabbi Hillel I (sekitar th. 40 Masehi) dan Rabbi Ismael (sekitar
th. 100). Lama sekali tafsiran sedemikian hanya diberikan secara lisan dan
dihafalkan. Dimasa belakangan barulah mulai dikumpulkan dan dituliskan.
Karya-karya terpenting dari banyak midrasyim yang terpelihara hingga dewasa ini
ialah: Mekilta (tafsir Peng. pasal 12 dst.), Sipra (tafsir Lv.), Siphe tafsir
C. J. dan Ul), Midrasy Rabba (Midrasy besar) menafsirkan Taurat Musa dan kelima
Megillot (Md.Ag.Rut,Lg.Rt., Pengkh, Ester). Lagipula ada Midrask Tankhumu (nama
pengarangnya) Yelammedenu, yaitu sekumpulan khotbah mengenai Taurat Musa. Boleh
ditambahkan pula Pessikta dan Pessikta Rabbati. Hingga dewasa ini orang Yahudi
masih mengarang tafsir Kitab Suci yang sedikit banyak berupa midrasy.
Sumber : http://sejarah.co/artikel/sastera_jahudi.htm
Sumber : http://sejarah.co/artikel/sastera_jahudi.htm
Silahkan baca kumpulan cerpen dan kumpulan puisi lainnya!
Tag :
Seputar Sastra
0 Comments for "Kesastraan Bangsa Yahudi"