Ayahku Dan
Lilin
Yaser Fahrizal Damar Utama
Hidup menjadi anak tunggal dan kedua orang tua
yang bercerai membuatku tak mudah untuk menjalani hidupku seperti anak anak
biasanya. Aku kesepian dan akupun sulit untuk bisa menerima takdir yang
menimpaku. Saat itu umurku masih 14 tahun dan masih duduk di
bangku SMP. Ayahku memutuskan untuk menikah lagi dan akupun harus menjalani
hidup dengan keluarga baruku ini. Sulit bagiku untuk beradaptasi apalagi aku
juga harus mulai membagi kasih sayang ayah dengan adik tiriku yang masih sangat
kecil. Aku sedikit frustasi pada saat itu.
Sejak saat itu kehidupanku mulai tak seperti biasanya. Prestasiku
menurun, aku jadi malas bersekolah dan memilih untuk pergi ketempat dimana aku
bisa menikmati kesendirian atau berkumpul bersama teman temanku di warnet untuk
bermain game.
Rumah sudah tak senyaman dulu lagi. Hubunganku dengan ayahpun menjadi
dingin. Sudah lama aku tak berbincang hangat dengan ayah, karena setiap ayah
pulang selalu saja ada adik tiriku itu disampingnya. Sekalipun aku mengobrol,
pasti hanya untuk meminta uang saku. Aku merasa kasih sayang ayah sudah tak ada
lagi. Pirikanku kosong dan gelap. Yang yang aku pikirkan saat ini hanyalah
"Ayah sudah punya mainan baru" dan "Ayah sudah tak sayang
kepadaku lagi".
Suatu waktu sekitar pukul 8 malam aku pulang kerumah. Seharian aku
bermain game di warnet. Karena aku merasa lelah aku langsung berbaring di
tempat tidur. Tak butuh waktu lama, mungkin karena kondisi badanku yang lelah
akupun langsung terlelap.
Tiba - tiba, ayahku membangunkan aku. Dengan perlahan aku melirik
ke arah jam dinding yang menunjukan pukul jam 12 malam. Di hadapanku ada
ayahku, ibu tiriku dan juga adik tiriku yang juga ikut duduk disampingku dengan
mata yang masih mengantuk. Ayahku membawa sebuah piring putih datar yang
diatasnya ada puding yang ditumpuk dan diletakan lilin di bagian tengahnya.
Cahaya dari lilin itu membias di wajah ayah dan aku mulai memandang wajah ayah.
Aku bertanya pada diriku sendiri "Ada apa ini?".
Lalu ayahku berbicara memecah keheningan malam itu dengan berkata
"Selamat Ulang Tahun Anakku" . Aku terkejut, Aku mengira ayah sudah
tak sayang lagi padaku tapi ternyata ayah masih mengingat hari ulang tahunku.
Aku tak sanggup berkata apa apa dan akupun meneteskan air mata. Setelah itu,
ayahku mengusap air mataku sambil berkata, "Hentikan tangisanmu, kamu anak
laki laki kamu harus kuat, ayah tak akan lupa hari ulang tahunmu nak. Meskipun
ayah mempunyai keluarga baru kamu tetap anak ayah. Mungkin mamahmu sudah bukan
istri ayah lagi, tapi kamu akan selalu jadi anak ayah". Aku masih tak bisa
berkata kata lalu aku usap air mataku yang masih tersisa. "Kamu lihat
lilin ini nak? Semakin lama lilin ini semakin memendek dan akhirnya akan padam.
Seperti itu pula ayah, ayah tak akan selamanya menerangi jalanmu. Setelah ayah
tidak menemani dan menerangi jalanmu lagi, kamu akan sendirian". Air
mataku menetes lagi. Ayah melanjutkan lagi kata katanya "Kamu harus
lanjutkan sekolahmu nak, kamu harus terus belajar agar kamu siap untuk
menjalani kehidupanmu di masa depan, Ayah dan mamah tidak selamanya akan
menemani kamu, kelak kamu akan sendirian dan kamu harus sanggup menjalani itu.
Hari ini umurmu sudah bertambah satu tahun, dan ayah harap kamu bisa lebih
dewasa lagi. Jangan terus menyesali masalah keluargamu yang sudah tak bisa
bersatu lagi. Mungkin ini sudah takdirmu nak".
Setelah ayah selesai berbicara, ayah menyuruhku untuk membacakan
membuat permintaan dan meniup lilinnya. "Maaf, ayah sedang tidak punya
uang ayah tak mampu beli kue ulang tahun untuk kamu dan ayah juga tidak
membelikan kamu hadiah" ujar ayahku. "Gak masalah yah, makasih. Buat
aku dengan ayah ingat hari ulangtahunku saja aku sudah sangat senang"
jawabku sembari memeluk ayah. Setelah itu aku minta maaf dan berterimakasih
juga untuk ibu tiriku dan adik kecilku itu.
Keesokan harinya aku berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan
terpuruk hanya karena masalah ini. Orang tua yang bercerai bukan alasan untuk
anaknya hanya berdiam diri dan menjadi sampah. Aku akan lanjutkan sekolahku dan
menjalani kehidupanku dengan penuh semangat.
Akhirnya kehidupanku mulai membaik lagi dan prestasiku disekolahpun
meningkat lagi. Terbukti dengan aku mendapatkan kembali gelar juara kelas. Aku
berhasil keluar dari dunia gelap yang pernah aku singgahi. Aku sangat bersyukur
pada Alloh karena masih memberiku kesempatan untuk aku bertemu kedua orang
tuaku meski sudah tidak bersama layaknya keluarga lain. Memang jalan ceritaku
berbeda dengan anak anak lain diluar sana tapi itulah kelebihanku. Aku bisa
keluar dari masalah yang menimpaku, aku bisa keluar dari keterpurukan dan saat
aku keluar dari masalah itu, kehidupanku lebih baik lagi dari sebelumnya.
Mungkin ini juga yang di sebut skenario Alloh, pasti ada hal baik yang
bisa di ambil dari setiap peristiwa. Sebagai seorang anak, aku ingin kedua
orang tuaku bahagia dengan jalan jalannya masing masing. Itulah doaku saat
ulang tahunku.
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "Ayahku Dan Lilin - Yaser Fahrizal Damar Utama - Lomba Menulis Cerpen"