Keunikan dan Kehebatan Suku Minang
Suku
bangsa Minangkabau, menurut Tambo mempunyai nenek moyang keturunan dari
Iskandar Zulkarnain, yang dinukilan dalam al-Quran pada surat al- Kaffi. Banyak
pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud Iskandar Zulkarnaini adalah
Alexander the Great yang hidup sekitar abad ke 4 sM*. Orang Minang sangat
bangga dengan garis keturunan tersebut. Apalagi nenek moyang mereka yang
bernama Maharaja Diraja bersaudara dengan Maharaja Alif dari negeri Rum, dan
Maharaja Dipang dari Cina. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa
Iskandar Zulkarnain tersebut bukan Alexandre the Great. Yang dimaksud dalam al-Quran
adalah seorang raja yang hidup sezaman dengan Nabi Musa, yang hidup pada abad
ke 13 sM. Zulkarnaen itu artinya seorang raja mempunyai “dua terompet”, yang
mampu mengalahkan Yakjul dan Makjut. Dan juga mampu membuat benteng tinggi
sehingga kedua makhluk tersebut, tidak bisa masuk.
Suku bangsa Minangkabau, adalah masyarakat perantau, seperti juga bangsa
Yahudi. Kalau bangsa Yahudi merantau karena negeri mereka diporak-porandakan
bangsa penjajah. Akan tetapi orang Minang merantau adalah untuk mencari ilmu
pengetahuan sekaligus mencari penghidupan. Dalam sebuah mamangan mereka,
berpetuah : Karatau madang diulu, babuah babungo balun. Marantau bujang
dahulu, di rumah paguno balun ( Karatau madang di hulu, berbuah berbunga
belum. Merantau bujang dahulu, di rumah berguna belum). Di samping itu orang
Minangkabau memiliki filsafat yang mereka sebut Alam takambang jadi guru,
dengan filsafat ini mereka dapat menyesuaikan diri di mana mereka berada.
Mereka juga cerdas dan cerdik seperti bangsa Yahudi tapi berpantang
berperangai licik seperti orang Yahudi.
Serupa tapi tak sama dengan nasib bangsa Yahudi, negeri Minangkabau pun silih
berganti diduduki oleh bangsa maupun kerajaan lain. Namun bukan seperti orang
Yahudi, suku bangsa Minang tidak pernah terusir oleh bangsa atau kerajaan asing
yang menjajahnya. Malah mereka yang datanglah yang harus menyesuaikan diri
dengan masyarakat Minangkabau.
Adat dan filsafat Minangkabau terus mereka pakai. Dengan adat dan filsafat
tersebut orang Minang mampu menampilkan jati diri mereka. Mereka dikenal
menganut paham egaliter atau kesetaraan, mereka tidak merasa canggung
berhadapan dengan bangsa maupun suku bangsa mana pun. Orang Minang dikenal
pintar berbicara, kepintaran mereka berbicara tersebut mereka asah di
lapau-lapau. Dalam berbicara mereka menggunakan kias dan tata tertib bicara.
Kelebihan orang Minang yang menonjol adalah mampu “membaca pikiran” lawan
bicaranya. Sikap kesetaraan yang dianutnya, membuat ia sangat Pe-De (percaya
diri) dalam posisi yang bagaimanapun sulitnya.
Pada pasca perang saudara (PRRI), kendatipun mereka berada dipihak yang”kalah”
, orang Minang masih bisa memasuki pikiran orang yang mengalahkannya. Tatkala
Sukarno berkuasa, mereka berhasil memberi gelar pada Hartini, salah seorang
istri Sukarno. Gelar tersebut adalah gelar kebesaran perempuan bangsawan
Minangkabau, yaitu Bundo Kandung. Di mana Bundo Kandung,
diyakini sebagai ratu di negeri tersebut. Dan di saat sekarang, beberapa orang
pejabat negara mereka beri gelar kebesaran adat Minangkabau. Orang Minang tahu
benar, jika seseorang telah mempunyai kecukupan materil maka mereka akan
mencari dan ingin mendapat kebesaran nama, yaitu Simbol status.
Soal pantas atau tidak, dan pro atau kontra adalah soal lain. Tapi mereka telah
mampu menyalurkan keinginan orang lain. Di mana keinginan orang lain tersebut
tidaklah merusak dan merugikan mereka. Orang Yahudi boleh saja bangga karena
telah berhasil menguasai “pikiran” negara barat. Dan menindas bangsa Palestina
tapi mereka dikutuk dunia. Sementara itu kebanggaan orang Minangkabau tidak
pernah merusak orang lain. Orang Minang bukan suku bangsa penjajah dan zionis
tapi secara semu anda pasti menemukan “penjajahan tanpa senjata” Di mana-mana
anda pasti menemukan rumah makan Padang (baca rumah makan Minang) , dan selera
anda akan cocok dengan masakan hidangan mereka. Kelakar mereka adalah, “
andaikata sudah dibuka permukiman di bulan, maka orang Minag pasti membuka
rumah makan di sana.” Mereka yang pernah bertugas dan bermukim di Minangkabau,
pasti merasakan bahwa jiwa mereka sebenarnya telah “tinggal” di negeri ini.
Walaupun mereka telah kembali ke kampung halamannya.
Orang Minang dalam petuahnya menyatakan : Kok gapuak indak mambuang lamak.
Kok cadiak indak mambuang kawan. Kalau mandepek, urang indak kahilangan. Lamak
di awak katuju di urang! ( Jika gemuk tidak membuang lemak. Kalau cerdik
tidak membuang kawan. Kalau mendapat, orang tidak kehilangan. Senang bagi kita,
urang lain setuju) Itulah pikiran orang Minang yang mendunia.
Minangkabau
atau yang lebih dikenal dengan Minang adalah salah satu suku etnik di indonesia
yang menjunjung adat dan istiadatnya, yang mana terletak ditengah Bukit
Barisan, pegunungan yang membujur hampir sepanjang pulau Sumatra, tepatnya di
Sumatra Barat.
Dilihat
dari penduduk nya masyarakat Minang masih menjunjung adat kebersamaan dan
saling bergotong royong. Namun kebanyakan penduduk Minang keluar dari tanah
leluhur nya untuk merantau karena ada pepatah yang mengatakan bahwa orang
Minang dikatakan mandiri dan dapat bertahan dengan keluar dari tanah kelahiran
nya dan mengadu nasib di kota atau negeri lain, sampai saat ini banyak suku
minang yang tersebar di seluruh pelosok negeri ini lebih tepatnya di kota-kota
besar seperti Jakarta, Palembang, Medan, Aceh, Batam, dan masih banyak lainnya,
bahkan sampai di semenanjung Malaysia dan Singapura.
Berdasarkan
sensus tahun 2010, etnis Minang yang tinggal di Sumatera Barat berjumlah 4,2
juta jiwa, dengan perkiraan hampir separuh orang Minang berada di perantauan.
Jika
sesama warga Minang merantau dan bertemu disuatu tempat, maka mereka akan
menganggap jika mereka itu saudara, karena tali persaudaraan antar warga Minang
sangat kuat, jadi sekalipun itu bukan saudara sedarah, namun akan tetap jadi
saudara setanah leluhur.
Masyarakat
Minangkabau dikenal sebagai suatu masyarakat yang sangat religious. Ada pepatah
yang mengatakan, dimanapun kita berdiri diranah Minang, dapat dipastikan kita
akan mendengar kumandang adzan, panggilan untuk beribadah lima waktu. Kearah
manapun kita menengok, hampir dipastikan kita akan melihat kubah sebuah masjid,
minimal sebuah surau dengan arsitektur Minang yang khas.
Bahkan
jika ada yang keluar dari agama islam, maka orang tersebut akan dikucilkan dari
lingkungannya bahkan ia akan dianggap keluar dari masyarakat Minang.
Minangkabau
adalah suku yang unik, mulai dari adat istiadat, kesenian, rumah adat, sampai
makanan.
Masyarakat
Minangkabau adalah masyarakat yang demokratis dan egaliter, jadi semua masalah
yang menyanggkut keseluruhan masyarakatnya wajib dimusyawarahkan secara
mufakat.
satu
lagi keunikan dari masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang menganut
sistim matrilineal, dimana garis ibu lebih dominan dan hukum mengikuti garis
ibu, yang mungkin di Indonesia hanya terdapat di Minagkabau.
Dan
lagi untuk pembagian harta warisan, maka pihak perempuan berhak menerima lebih
dibanding laki-laki.
Kesenian
dalam masyarakat Minang sangat banyak, mulai dari tari-tarian, seni bela diri,
sampai seni dalam berkata-kata, dalam seni berkata-kata ini seseorang diajarkan
untuk mempertahankan kehormatan atau harga diri, tanpa menggunakan senjata dan
kontak fisik.
Nilai
positif dari suku minang adalah, suku minang menganut sistim matrilineal yang
mana keturunan berdasar garis ibu, jadi harta jatuh ke tangan wanita.
jadi apabila suatu saat lelaki meninggalkan wanita, maka wanita itu tidak menjadi rentan dan terlalu bergantung pada pria.
jadi apabila suatu saat lelaki meninggalkan wanita, maka wanita itu tidak menjadi rentan dan terlalu bergantung pada pria.
Sumber :
Silahkan baca kumpulan cerpen dan kumpulan puisi lainnya!
Tag :
Seputar Sastra
1 Comments for "Keunikan dan Kehebatan Suku Minang"
Wah, semakin mengenal suku Minang. Yang membuat semakin wow adalah kemampuan membaca pikiran. Memang ini kemampuan suku ya? atau personal?
Masnya Minang? Ajarin dong! :)