-->

Cara Mengungkapkan - AGNES MERTA RIANI - Lomba Menulis Cerpen

Cara Mengungkapkan
AGNES MERTA RIANI

“Mama, bukankah aku sudah bertambah dewasa?” tanya gadis kecil bernama Rachel pada mamanya yang sedang membaca koran di ruang tengah.
“Benar Rachel. Lalu?” jawab mamanya singkat tanpa menoleh sedikitpun pada anaknya.
“Ada banyak sekali curahan hati yang ingin  Rachel ceritakan pada mama. Apakah mama punya waktu?” pinta Rachel dengan mimik muka memelas.
“Oh maaf Rachel, tapi mama sangat lelah. Mungkin besok atau lusa saat mama punya waktu luang.” jawab mama Rachel seraya meletakkan koran ke atas meja dan berjalan menuju kamarnya.
“Ehm, baiklah. Selamat malam ma.” Rachel agak kecewa dengan jawaban mamanya.
            Rachel mencium kening mamanya kemudian berlalu dengan kekecewaan didalam hatinya. Ia sering kali kecewa dengan mamanya. Tak pernah sekalipun mamanya memiliki waktu luang sedikitpun untuknya. Saat Rachel bangun mamanya telah pergi bekerja. Dan malamnya pun ia hanya sempat melihat wajah lelah mamanya. Sebenarnya mama Rachel tak perlu melakukan semua ini karena papanya yang termasuk seorang saudagar kaya mampu menghidupi keluarga Rachel ini tanpa mamanya harus bekerja seberat itu. Tapi mamanya memang orang yang tak mau duduk santai saja disaat sebuah lahan terbuka untuk dituai hasilnya. Mama Rachel adalah seorang designer terkenal. Dia selalu bekerja dengan giat. Dia memang termasuk tipe orang yang mencintai pekerjaannya.
            Rachel, seorang gadis remaja yang baru saja beranjak menuju kedewasaan merasa sangat haus akan kasih sayang mamanya. Betapa tidak, semua teman-teman perempuannya disekolah selalu berbagi cerita pada mama mereka tentang apapun yang mereka lihat atau mereka alami. Sedangkan Rachel? Begitu berbanding terbalik.
            Masa remaja adalah masa dimana seorang anak akan mengikuti apa saja yang sedang berada dekat dengannya. Oleh karena itulah sebuah nasihat sangat dibutuh kan dalam masa ini. Anak remaja membutuhkan tempat curhat, baik itu orang tuanya sendiri maupun teman sebayanya. Tapi akan lebih efektif bila yang menjadi tempat curahan hati seorang anak remaja adalah orang tua mereka sendiri. Anak perempuan biasanya lebih cenderung curhat kepada ibunya dan untuk anak laki-laki kepada ayahnya. Karena dirasa apabila mereka lebih mencurahkan isi hatinya pada teman sebayanyanya seperti yang kita ketahui banyak diantaranya teman yang tidak suka akan kelebihan kita dan cenderung untuk mematahkan kita bahkan mereka akan mempengaruhi.
            Masa remaja biasanya telah mulai mengenal yang namanya cinta walaupun sebenarnya mereka tak tau definisi cinta yang sebenarnya itu. Inilah pula yang sedang dirasakan oleh gadis cantik bermata sipit yang indah ini, Rachel. Ia ingin bertanya pada mamanya tentang ini, tapi apa yang diinginkannya ini tak pernah kesampaian olehnya.
            Suatu hari dimusim hujan yang begitu dingin dari biasanya, dengan mengayuh sepedanya Rachel pergi mengunjungi tempat mamanya bekerja. Semua keinginannya selama ini yang meluap-luap sudah tak mampu lagi ia pendam.
            Rachel mengetuk pintu ruangan mamanya bekerja. Terdengar suara mamanya mempersilahkannya masuk. Begitu terkejut mamanya melihat yang datang adalah Rachel.
“Apa yang kamu lakukan disini Rachel?” tanya mama Rachel dengan sedikit membentak.
“Ma, aku hanya ingin meminta sedikit waktu dari mama.” pinta Rachel dengan wajah memelasnya.
“Tapi, tak bisakah kamu lihat mama sedang sibuk disini.” ucap mama Rachel seraya menunjuk kertas HVS yang berserakan di ruang kerjanya.
“Tapi ma,” kata-kata Rachel terputus oleh suara mamanya.
“Sudah pulang saja, dirumah kan bisa nanti malam. Mama sedang sibuk.” bentak mama Rachel yang mengarahkan telunjuknya ke pintu.
            Dengan kecewa Rachel keluar dari ruangan itu. Rachel tak langsung pulang kerumah, ia duduk disebuah bangku didepan kantor mamanya.
“Kenapa mama selalu sibuk? Tak adakah sedikitpun waktu untukku? Ataukah mama sudah tak sayang lagi?” Rachel bertanya pada dirinya sendiri.
            Rachel meneteskan air matanya. Ia sudah lelah dengan semua ini. Hujan pun turun tanpa henti, udara yang semakin dingin menusuk tulang. Rachel menggigil kedinginan. Ia segera menuju tempat sepedanya, ia hanya berjalan disamping sepedanya.
            Malam ini sama saja dengan hari sebelum-sebelumnya. Mamanya masih tak mau mendengarkan semua yang ingin dikatakan Rachel padanya. Kali ini Rachel benar-benar sudah tak tahan lagi. Ia menangis didepan mamanya. Ini membuat hati mamanya sedikit iba. Ia memeluk Rachel. Pelukan hangat inilah yang sangat dirindu-rindukan Rachel selama ini. Mamanya berjanji untuk menemui Rachel besok ditaman kantornya. Rachel seperti tak percaya akan hal ini.
            Esok harinya, Rachel dengan senyumnya yang paling indah menuju kantor mamanya. Ia duduk dibangku taman kantor. Matanya selalu melihat kearah pintu kantor, berharap mamanya datang. Satu jam telah berlalu, ini sudah terlambat dari waktu yang ditentukan. Rachel tetap menunggu mamanya. Waktu kembali berlalu.   Tiga jam telah terlalui. Rachel berjalan menuju jendela dimana ruang mamanya bekerja meskipun ruangan tersebut berada dilantai kedua. Ia berseru kearah jendela tersebut.
“Mama? Telah lupakah engkau dengan janjimu semalam? Ataukah memang engkau berkata demikian agar aku diam dari tangisku semalam? Tapi mengapa kau berbohong? Tidakkah kau menyayangiku sehingga kau tak pernah mau mendengar isi hatiku?” Rachel berteriak berharap mamanya mendengar perkataanya.
            Seseorang muncul dibalik kaca jendela. Mama Rachel.
“Rachel! Apa yang kau lakukan? Cepatlah pulang. Jangan ganggu mama.” wanita setengah baya itu kembali membentak Rachel untuk yang kesekian kalinya.
“Ma? Tidak adakah sedikitpun waktumu untukku?” jawab Rachel dengan mata berkaca-kaca.
“Bukannya seperti itu. Tapi mama tak mau waktu yang berharga terbuang karena cerita yang tak masuk akal darimu itu.” ucap mamanya datar.
“Apakah yang ingin aku katakan hanyalah sebuah cerita tak masuk akal sajakah ma? Padahal dulu aku begitu menyayangimu karena kau selalu mendengarkanku. Tapi entah mengapa sekarang kau berubah.” Rachel mulai putus asa.
“Bukan seperti itu Rachel. Baiklah apa yang ingin kau katakan?” akhirnya mamanya memberikan sedikit waktu pada Rachel.
“Jika kau mencintai seseorang dalam waktu yang lama, dan ternyata dia mencintai sesuatu yang lain dan tak pernah sempat untuk memberimu waktu untuk  mengatakannya apa yang akan kau lakukan untuk mengungkapkan itu ma?” tanya Rachel pada mamanya.
“Sudah mama katakan tadi, yang ingin kau katakan pasti bukanlah hal yang terlalu penting. Baiklah mama akan menjawabnya. Kau harus meneleponnya dan mengatakan “Kau orang jahat. Aku mencintaimu.” Hanya itu karena dia begitu jahat tak memberimu waktu.” Jawab mamanya dan berlalu pergi kembali ke kursinya.
            Mama Rachel kembali kekursi kerja dan kembali fokus pada kertas di didepannya. Lima menit kemudian handphonenya berdering. RACHEL. Rachel meneleponnya. Walaupun sebenarnya ia enggan menjawabnya namun masih ia angkat telepon dari Rachel itu.
“Rachel apa yang kau lakukan? Mengapa kau meneleponku. Kau seharusnya menelepon orang yang kau sukai bukan menelepon ibumu.” tanya mamanya dengan nada kesal.
Diseberang sana terdengar isak tangis dari Rachel. Mamanya pun berjalan kembali menuju jendela dilihatnya Rachel yang masih berada disana. Mata indah Rachel meneteskan air mata, rasa iba seorang ibu pun menggeluti jiwa mama Rachel. Mamanya pun bergerak turun kebawah menemui Rachel. Didapatinya Rachel yang masih setia menunggunya. Dipeluknya Rachel. Sekujur tangan Rachel dingin sedingin guyuran hujan pagi itu.
“Ma, sebenarnya selama ini Rachel cuman mau bilang kalo Rachel cinta sama mama. Tapi kenapa mama selalu gak punya waktu buat Rachel.” ujar Rachel diselingi isak tangisnya.

            Pelukan ini kembali dirasakan Rachel.
0 Comments for "Cara Mengungkapkan - AGNES MERTA RIANI - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top