-->

HIKMAH SEBUAH MUSIBAH - Rahmat Muhaimin S - Lomba Menulis Cerpen

HIKMAH SEBUAH MUSIBAH
Rahmat Muhaimin S

Terdengar lantunan ayat suci al-qur’an di perdengarkan melalui pengeras suara masjid yang menandakan akan memasuki waktu ibadah umat muslim untuk menghadap kepada sang pencipta, Tepat pukul 12.10 WITA di sebuah perguruan tinggi yang terletak di kota besar yang terkenal dengan sebutan Kota Daeng (Makassar) terlihat seorang pemuda yang tengah sibuk berbenah diri untuk menghadap ke sang ilahi. Sepasang alas kaki di lepaskan dari tubuhnya lalu beranjak membasuh dirinya dengan air suci untuk membersihkan fisik yang penuh dengan dosa. Rahmat seorang Mahasiswa berusia 19 tahun di salah satu perguruan tinggi negeri Kesehatan yang sedang menempuh pendidikan program studi D3 keperawatan dan juga merupakan mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi di intra kampus.

“Seusai Shalat Dzuhur”

Pemuda yang lahir di ujung pandang ini bergegas menuju kendaraan yang setia mengantarnya ke manapun menuju tempat yang sangat nyaman di Perumahan Bumi Tamalanrea Permai. Beberapa orang menyapa ku dan bertanya “mau ke mana Rahmat ???” dan ku jawab “mau ka pulang dulu, sebentar sore baru ke kampus lagi. Kenapai kah, mau ko ikut ???” ucap ku dengan senyuman canda. “tidak ji, hati-hati ko saja bro” jawab seorang teman.

Aku bunyikan motor kesayangan ku lalu memakai helm, seperti biasa yang telah menjadi kewajiban kami anak Makassar yaitu pamit kepada orang lain yang sedang berada di sekitar kita entah itu teman, dosen, ataupun orang yang tak di kenal sekalipun. Setelah itu ku injak persenelan yang membuat motor ku bergerak maju sambil memainkan tangan kanan untuk mengukur kecepatannya.

Kini ku telah meninggalkan lingkungan kampus untuk menuju ke rumah.

Kecepatan motor pun mulai ku naikkan agar dapat sampai ke rumah untuk membaringkan diri di kamar tidur ku. keinginan untuk pulang agar dapat beristirahat sejenak dari aktivitas yang cukup menguras tenaga di karenakan saya telah selesai melaksanakan kegiatan Workshop di kampus.

Tak jauh dari kampus pikiran ku teralihkan dengan sebuah motor yang melaju dari depan saya yang menurut penglihatan saya motor itu ingin berbelok ke arah kanan tapi dengan penuh keragu-raguan oleh yang mengendarai motor tersebut.

Semakin dekat jarak motor ku dan motor dari jalur ku yang berlawanan arah, pikiran ku buyar entah mau mengerem atau tetap jalan dikarenakan motor yang berasal dari arah berlawanan dengan ku terlihat ragu hingga jarak antara motor ku dan motor tersebut semakin dekat. Saat itu pikiran ku hanya satu “Saya akan mati, saya pasti bertabrakan” dan hasilnya DUUAARRRR !!! terjadilah kecelakaan antara saya dan seorang pengendara motor yang tak ku kenali.

Sejenak aku merasa tidak dapat lagi melihat dunia karena kejadian ini, ku telah berfikir yang aneh-aneh akibat yang akan terjadi dari kecelakaan ini pada fisik ku yang mungkin dapat cacat, terluka parah, atau terjadi goresan terbuka pada kulit disertai dengan darah yang mengalir membasahi tubuh ku dan lokasi saya terjatuh.

Tiba-tiba ku sadar setelah beberapa detik terbayangkan hal-hal yang mengerikan. Sejenak ku melihat diriku untuk mengejek keadaan ku apakah seperti yang saya bayangkan atau aku masih di beri pertolongan oleh Allah. Ternyata hanya luka goresan pada kaki, tangan dan kepala yang disertai darah yang tidak banyak. Tiba-tiba terlintas di pikiran ku untuk mengetahui keadaan lawan ku dalam kecelakaan tersebut yang ternyata mereka dua orang dan kedua-duanya laki-laki. Ku langkahkan kaki ke motor yang menjadi lawan ku dalam kecelakaan diiringin dengan bertambahnya pula warga yang berkumpul dan membuat kemacetan jalan.

Saat kejadian ternyata tak jauh di belakang motor yang terjatuh bersama ku terlihat mobil Police yang secara kebetulan melintas di jalan tersebut.

Yah, kembali ke TKP…

Saya tanpa memperdulikan diri ku dan keadaan motor ku apakah hancur atau bagaimana bergegas mendatangi lawan ku yang masih Stay di atas motor dengan wajah meringis dan setelah saya mencari penyebab dia meringis kesakitan ternyata ehh ternyata karena kaki kirinya tepatnya pada mata kaki bagian dalam terluka dengan luka terbuka cukup parah hingga terlihat tulang-tulangnya yang di sertai aliran darah yang banyak. Aku dan beberapa warga berusaha mengangkatnya keluar dari himpitan motor yang telah terjatuh menutupi kakinya.

Lagi dan lagi, bukan untuk yang pertama kalinya hampir setiap terjadi kecelakaan banyak warga yang datang ke lokasi kejadian tapi tidak membantu menolong melainkan mengambil HP terus buka KAMERA terus di FOTO dehhh. Ini yang membuat saya terkadang berfikir “Rasa Kepedulian tak semua dapat dimiliki oleh setiap orang, yang diinginkan hanya kepedulian orang lain kepada dirinya” (Rahmat Muhaimin S).

Lepas dari rasa peduli orang-orang yang berada di lokasi kejadian tersebut, saya dengan inisiatif sendiri yang merupakan korban kecelakaan tabrakan antara motor dan motor di sisi lain saya juga merupakan tenaga medis yang pastinya telah mempunyai skill dalam menangani hal-hal yang sedang terjadi seperti ini.

Saat orang-orang di sekitar ku sedang asyik mengambil gambar kecelakaan saya berteriak – teriak untuk di carikan mobil agar dapat membawa korban ke rumah sakit terdekat sebelum timbul masalah baru. Akhirnya mobil police bersedia untuk membawa korban kecelakaan ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapat pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). dengan bantuan salah satu warga berbaju kaos biru saya mengangkat korban ke dalam mobil dan saya pun ikut di mobil police tersebut agar saya tidak lari dari tanggung jawab atas kejadian ini diluar dari siapa yang menabrak dan siapa yang ditabrak.

Sirine mobil police pun berbunyi yang menandakan ada sesuatu yang darurat yang membuat semua kendaraan di hadapan saya menepi untuk memberikan ruang kepada mobil police.

Cukup jauh jarak menuju ke Rumah sakit membuat saya mengambil tindakan yang tak seharusnya saya lakukan dikarenakan saya belum cukup Kompetensi yang dapat pula menyebabkan Mal Praktik / kesalahan dalam tindakan. Aku mengambil sebuah tissue sebanyak-banyaknya untuk menghentikan pendarahan di kaki korban hingga sampai di rumah sakit Labuang Baji Makassar untuk mendapatkan tindakan dari ahli medis.
Rasa cemas ku cukup berkurang karena korban telah di tangani oleh ahli medis tapi di selah-selah korban di rawat di ruang UGD seorang polisi menghampiri saya untuk dimintai keterangan tentang identitas ku. cukup membuat ku kembali cemas dan nadi berdenyut cepat karena harus berhadapan dengan polisi. Di lemparlah beberapa pertanyaan ke saya oleh polisi.

Polisi : nama adek siapa ??
Saya : Rahmat Muhaimin S biasa di panggil Rahmat
Polisi : Umur dan tanggal lahir ??
Saya : 19 tahun, tanggal 02 januari 1997
Polisi : pekerjaan saat ini ??
Saya : Mahasiswa pak.
Polisi : ada luka ??
Saya : ada pak (dalam hati saya, ini polisi tidak bisa melihat atau matanya minus. Masa tangan dan kepala saya sudah ada darah di Tanya lagi.)

Setelah banyak pertanyaan dari polisi kepada saya, ada satu pertanyaan yang buat polisi agak tersinggung “mau berobat di mana ??” saya jawab “saya mau berobat di mana belum ada pikiran ke situ, yang terpenting Korban yang sedang di tangani di dalam Ruang Periksa UGD baik-baik saja. Itu yang terpenting pak”. Dan akhirnya polisi tersebut diam dan tak lama kemudian pergi ke TKP untuk mengangkut motor saya yang katanya hancur.

Tak lama kemudian, para perawat dan dokter keluar dari ruang tindakan dan memoerbolehkan saya masuk melihat kondisi korban. Korban agak terlihat kesakitan dan telah terpasang infus pada tangan kanannya.

Korban sempat menegur saya karena darah di tangan dan kepala saya, jadi saya membersihkan luka saya sendiri dengan peralatan di ruang UGD tersebut. Tiba-tiba seorang perawat masuk menanyakan identitas korban dan bertanya kepada saya “apakah anda keluarga atau temannya ??” dan dengan keadaan bingung saya menjawab “iya, saya temannya” namun kenyataannya saya juga adalah korban kecelakaan yang merupakan lawan tabrakan dari korban yang dirawat ini. Tapi yah itu tak usah di pikirkan, yang terpenting keselamatan korban yang cukup parah ini.

Setelah di wawancara oleh perawat mengenai yang akan membayar biaya rumah sakit dan yang bertanggung jawab, karena hanya saya seorang diri yang mendampingi korban maka sayalah yang bertanggung jawab dan membayar biaya rumah sakit padahal saya pun tak punya uang. Di saku celana saya hanya ada uang Rp. 52.000, yang membuat saya pusing entah mau cari uang ke mana.

Saat itu saya pun dalam keadaan lapar dan pusing harus berbuat apa, jadi saya menelpon salah satu teman saya untuk datang ke RS membantu mendampingi korban.

Beberapa menit kemudian, ada seseorang yang berusaha membuka pintu dan ternyata teman saya dengan wajah kaget tiba-tiba memperhatikan saya dengan penuh kegelisahan menanyakan “apa yang luka kau ??” dan saya jawab “luka sedikit ji, lecet ji”.

Tak lama kemudian muncul lagi seseorang yang berusaha membuka pintu dan teman saya membantunya membukakan pintu. Ternyata seorang perawat yang menggunakan pakaian serba putih mulai dari sepatu, kaos kaki, celana dan baju yang menyampaikan bahwa “pasien (korban) harus di Foto Rontgen di ruang Radiologi dan biayanya itu Rp. 200.000”. tiba-tiba pikiran ku buyar karena disebutkan biaya pemeriksaannya yang membuat saya bertambah pusing dan yang telah saya pikirkan sebelum-sebelumnya akan ada biaya administrasi yang lebih besar lagi nominalnya.

HP saya tak henti-hentinya bergetar oleh telpon teman-teman kampus yang entah dari mana dia tahu bahwa saya telah kecelakaan, satu per satu saya jawab yang dimana pertanyaannya hampir sama semua “kenapa bisa kecelakaan rahmat ???” dan saya jawab dengan singkat dan sedikit bercanda agar mereka tidak khawatir “karena takdir”.

“Kita manusia di lahirkan ke dunia mempunyai takdir masing-masing, ada 3 hal yang telah di tentukan oleh Allah SWT yaitu : Ajal, Jodoh, Rejeki. Saya menganggap kecelakaan ini sebagai Rejeki/ hadiah Allah berupa ujian kepada hambanya untuk meningkatkan keimanannya dalam hal sabar dan ikhlas menjalaninya.

Lanjuttt,,,

Melupakan sejenak masalah biaya rumah sakit, saya berjalan keluar dari rumah sakit untuk mencari warung dalam keadaan pincang kaki kiri saya yang mulai terasa nyeri dan tangan kiri saya yang sulit di gerakkan untuk membeli air putih 3 botol. Di ruangan UGD saya minum dan saya bagi juga kepada Pasien (Korban) untuk mengurangi kecemasannya dan beban pikirannya sambil menarik nafas panjang lalu membuangnya.

Dan kini saya bertanya kepada lawan tabrakan saya tentang kronologi kejadian dari pandangannya.

Korban (Pasien) : Saya sedang bawa motor, saat itu saya melihat anda (Rahmat) dari depan saya dan membuat saya panik untuk belok kanan (karena rumahnya di sebelah kanan) atau berhenti. Saya ragu-ragu karena baru belajar mengendarai sepeda motor dan akhirnya jadilah tabrakan.

Saya : Sudahlah, intinya kamu sehat dulu dari penyakit ini. Yang kita alami hari ini adalah hal yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Kita patutnya bersyukur karena masih diberikan kehidupan dari kejadian kecelakaan ini.

Korban (Pasien) dan saya bercakap-cakap hampir 1 jam lamanya menceritakan latar belakang masing-masing. Korban (Pasien) kini hanya numpang di rumah orang sekaligus menjaga warnet (admin) sebagai pekerjaan dia dan kini dia sedang kuliah di Perguruan tinggi Swasta di Makassar jurusan Akuntansi. Ayahnya ada di Majene dan ibunya telah meninggal. Saat dia bercerita saya sempat meneteskan air mata, ternyata kehidupan yang dia lalui sangat berat hingga hari ini dia di timpah dengan sebuah ujian yakni kecelakaan yang membuat kakinya terluka cukup parah.

Melihat situasi saya berusaha mencari uang menutupi biaya administrasi rumah sakit dengan meminjam dari teman kuliah dan akan menggantinya nanti saat telah mendapat asuransi kecelakaan dari Jasa Raharja.


Hingga hari ini saya dan Korban (Pasien Alias Aco) menjadi seorang teman yang akrab. Setiap peristiwa pasti ada hikmah yang dapat kita petik sebagai pembelajaran atau memperbaiki diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Bangunlah Rasa kepedulian dalam diri kita, inshaaAllah kebaikan-kebaikan akan mengiringi langkah kita dan belajar bersabar, ikhlas dan tabah dalam menjalani cobaan dari Sang Pencipta yang Maha Kuasa Allah SWT.
0 Comments for "HIKMAH SEBUAH MUSIBAH - Rahmat Muhaimin S - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top