Cintamu Tak Lebih Besar Dari Cinta
Mereka
Leli Yulianti
Assalamualaikum,,, perkenalkan nama aku
YuLian. Sering dipanggil Lian oleh keluarga dan temanku. Aku lahir dalam
keluarga beragama islam. kalau ditanya tentang islam secara
dalam, jujur aku gak tau, tapi bukan berarti aku beragama islam
hanya pada kartu identitas saja? Jawabannya bukan. Kenapa??? Karena,
walaupun aku tidak terlalu mengetahui islam secara mendalam tapi aku cukup tau
bagaimana cara mengerjakan sholat, mulai dari bacaan , gerakannya dan melakukan
puasa pada bulan ramadhan aku selalu mengerjakannya. Aku mengakui
agamaku dan aku berharap suatu saat nanti aku bisa mengenal islam lebih jauh.
Sekarang ini aku tengah berada di korea,
sebuah negara yang selama ini hanya aku lihat melalui televisi saja dan
sekarang aku menginjakkan kakiku untuk pertama kalinya di negara ini.
Senang? Pasti.
Sedih? Iya, iya. aku sedih karena
sekarang aku jauh dari keluargaku dan gak tau kapan aku bisa kembali pulang ke
negaraku Indonesia. Dan kapan berjumpa dengan mereka kembali, karena aku harus
menggapai impianku di sini, di SEOGANG UNIVERSITY. Aku seorang mahasiswa baru
tahun ini, aku hanya terlahir dari keluarga yang sederhana. Jadi, aku terpaksa
bekerja satu tahun setelah lulus SMA dan menabung supaya bisa bersekolah disini.
Sekarang sedang musim panas, keringat
bercucuran membasahi kemeja dan celana jeans panjangku dan juga hijab yang
sedang ku pakai saat ini, aku seorang wanita muslimah jadi sudah pasti aku
wajib untuk mengenakan hijab. Dulu ibu pernah bilang, bahwa beliau bangga
padaku bukan karena aku cantik, pintar, dan bisa membiayai kuliah sendiri, tapi
beliau akan bangga bila aku memakai hijab kemanapun aku pergi bahkan tempat
dimana tak seorangpun yang mengenakan hijab, dan semenjak saat itu aku selalu
memakai hijab kemanapun aku pergi.
~~~~
One months later
Tak
terasa sudah satu bulan aku berda di sini, aku sudah mulai mengenali wilayah
seoul dengan cukup baik walaupun terkadang aku masih sering kesasar berjalan dari
kampus ke tempat tinggal ku walaupun itu jaraknya cukup dekat. Sekarang ini aku
sudah mempunyai beberapa teman ada yang dari thailand, cina dan juga ada yang
dari india dan tentunya ada orang asli negara ini juga. Karena pada semester
awal jadwal kuliahku tidak terlalu padat, maka aku memutuskan untuk h uang
jajanku,dan akhirnya aku di terima bekerja part time di sebuah mini market yang
juga tak jauh dari tempat aku tinggal.
Sekarang
aku dan temanku sedang berada di cafetaria kampus, seusai kuliah kami pergi
mencari makan, karena aku tidak sempat sarapan pagi tadi begitu juga dengan
temanku. setiap kali kami makan bersama menu ku selalu berbeda dengan yang
lainnya yaitu hanya satu kotak susu rasa pisang dan sebungkus atau dua bungkus
roti yang juga rasa pisang, sedangkan yang lain memesan makanan yang menurutku
agak aneh, dan juga sedikit menjijikan yaitu daging yang kurang matang dengan
saos antah brantah, dan ada juga yang memakan gurita mentah dengan saos sambal
dan yang paling parahnya usus babi yang dipanggang dan menurut mereka paling
enak dimakan pada saat musim dingin di tambah sebotol soju. Itu hak
mereka untuk memilih makanan apa yang mereka sukai, aku tidak ambil pusing.
~~~~
Hari-hari
yang ku lalui disini, seperti siklus yaitu pergi ke kampus, pulang kemudian
pergi ke tempat kerja, istirahat dan keesokan harinya lagi, pergi kuliah, pergi
kerja, istirahat dan begitulah seterusnya. Sampai suatu saat ketika aku bertemu
dengan seorang pria sombong, angkuh dan “tampan”. Hari-hariku langsung berubah semenjak
aku mulai mengenalnya. Pertemuan kami bisa dikatakan terjadi secara tidak baik,
yaitu ketika aku terlambat pergi ke kampus karena terlambat bangun dan tanpa
sengaja aku menabraknya di tangga dan karena kesalahanku itu dia jatuh dan
terguling di tangga.
Aku yang merasa bersalah langsung
menghampirinya dan membantunya untuk berdiri, tanpa kusadari ternyata dia
memberikan aku tatapan deathglare miliknya, walaupun begitu aku tetap
membantunya berdiri, setelah ia berdiri dengan sekali sentakan genggaman tanganku
pada tangannya terlepas dan sekarang keadaan berbanding terbalik, aku lah
sekarang yang terjatuh dengan mendaratkan bokongku di atas lantai yang keras
ini, karena sentakan tangannya yang kuat. Melihat aku yang merengek kesakitan
dia mengeluarkan senyuman yang aku tau itu berupa senyum ledekan darinya. Aku
yang awalnya berniat minta maaf, namun sekarang rasa bersalah itu berubah
menjadi rasa kesal dan aku sempat berpikir kenapa tadi aku tidak mendorongnya
dengan kuat supaya kaki dan tangannya patah, bahkan dia tidak bisa tersenyum
seperti tadi karena mulutnya robek akibat tersangkut dengan tepi tangga yang
digunakan untuk berpegangan ketika naik tangga.
Ketika aku masih asyik mengkhayal, orang
itu pergi begitu saja. Dan aku tersadar kalau dia berjalan agak pincang.
“Apakah karena kejadian barusan ? atau memang dia sudah pincang dari dulu?
Agh,,, terserah aku tidak peduli”.
~~~~
Few days later
Beberapa hari setelah kecelakaan di
tangga, aku bertemu lagi dengan pria itu di kantin, kulihat kakinya di baluti
perban. Aku diam-diam mendengarkan pembicaraannya dengan temannya bahwa kakinya
seperti ini gara-gara seorang gadis gila yang berlari-larian di tangga.
Mendengar perkataannya itu tanpa sadar aku terbatuk dan tersedak roti pisang
yang sedang ku makan, kulihat dari sudut mataku ia sedang melihatku dengan
senyuman miring yang ciri khasnya.
~~~~
Malam
harinya setelah pulang dari tempat kerja, aku langsung mandi dan kemudian
menunaikan sholat isya, tak selang beberapa lama selesai sholat aku mendapat
panggilan telephone dari orang tuaku. Dan sekarang jam sudah menunjukan pukul
22.00, dan entah kenapa aku masih belum bisa memejamkan mataku untuk menuju
alam mimpi indahku. Jarum jam terus berputar dan aku masih tetap tidak bisa
tidur, aku teringat dengan perkataan laki-laki siang tadi. Dan aku merasa
bersalah terhadapnya karena tidak mengantarnya kerumah sakit untuk berobat. Aku
bertekat untuk mencarinya besok di kampus dan meminta maaf serta aku akan
mengganti biaya berobatnya.
~~~~
Siang harinya di seoul university
Sudah
hampir seharian aku mencari laki-laki itu di kampus dan masih tetap belum
menemukannya, aku sudah mulai lelah dan kemudian aku memutuskan untuk pergi keperpustakaan
untuk mengerjakan tugas kuliah yang diberikan dosen siang tadi. Ketika aku
sedang mencari-cari buku yang ku perlukan tanpa sengaja aku melihat laki-laki
yang ku cari sedari tadi, sedang tertidur di pojok dekat dengan rak buku
tempatku berdiri. Aku pergi menghampirnya. Karena mendengar langkah kaki ku yang
mulai mendekat dia terbangun. Aku lansung duduk di sampingnya tanpa ada
kata-kata mukhodimah terlebih dahulu aku langsung mengucapkan permintaan maafku
padanya atas kejadian beberapa waktu lalu, aku mengucapkan kata itu sambil
menatap kakinya yang masih diperban dengan tatapan iba dan menyesal.
Mendengar
perkataan ku itu dia hanya tersenyum dan mengangkat kedua bahunya, entah untuk
mengatakan kalau dia memaafkan aku atau untuk mengatakan kalau dia tidak mau
memaafkanku, aku tidak mengerti.???
Tak
beberapa lama dia berdiri dan akupun ikut berdiri, kemudian dia melihat
kearahku dan berkata “ tak semudah itu memaafkan orang yang telah membuatku
sulit bergerak seperti sekarang ini, oleh karena itu aku akan memaafkanmu dengan
syarat, kau harus menuruti semua perkataanku!”
Aku tersentak mendengar perkataannya. Ya, aku memang salah dan aku sekarang
memang memintanya untuk memaafkan ku, tapi bukan begini caranya. “aku tidak mau
menuruti perintahmu, sebagai gantinya aku akan mengganti biaya pengobatan
kakimu itu” ucapku dengan suara agak serak karena takutnya nanti biayanya mahal
dan bisa menghabiskan jatah belanjaku selama satu bulan kedepan.
Kemudian
dia kembali tersenyum dan menampakkan deretan gigi putihnya itu yang membuatnya
terlihat semakin tampan, kemudian bekata “apakah kau bisa mengganti biaya
pengobatanku, sebesar 1 juta won?”
“ apa?, kau sudah gila? Mana mungkin hanya untuk mengobati kaki mu itu
biayanya sampai 1 juta won, dan itu sama saja aku harus berhenti makan untuk
satu semester bahkan untuk satu tahun”.
“ itu terserah kepadamu atau kau ingin pilihan ketiga yaitu mendekap
dikantor polisi, kerena telah melakukan tindak pidana?”.
Tanda
berpikir panjang aku langsung memilih tawaran nomor satu, karena
itu merupakan pilihan yang lumayan baik dari pada dua tawaran
lainnya.” Baiklah kalau begitu kau akan menuruti perintahku mulai besok”
ucapnya seraya berjalan melewatiku.
~~~~
“Kenapa
kau lelet sekali???” tanyanya padaku yang tengah berjalan tergopong-gopong
karena membawa tas serta buku kuliahnya dan tak lupa cofe cup
yang nanti akan diminumnya di kelas, ini adalah beberapa bentuk
penyiksaan yang dilakukannya kepadaku. Dan itu belum seberapa terkadang aku di
suruhnya bolos kuliah supaya bisa menemaninya bermain psp, di warnet dekat
kampus dan itu merupakan hal yang paliiing benci.
Tak
terasa sudah satu minggu lamanya aku menjadi ajudannya, bukan. Tapi lebih
tepatnya mungkin pesuruh? atau bahkan mungkin orang lain menganggapku budaknya,
karena aku terlihat selalu mengekorinya kemanapun dia pergi. Namun semakin
berjalannya waktu aku merasa semakin nyaman didekatnya dan ku
rasa benih-benih cinta telah tumbuh dihatiku.
Hari
ini kami pergi untuk makan bersama sebagai perayaan bahwa aku telah resmi
berhenti menjadi pesuruhnya dan setelah selesai makan, ia memegang
tanganku an menyatakan cintanya kepadaku dan memintaku menjadi
pacarnya. Senang rasanya mendengar permintaannya, karena aku juga merasakan hal
yang sama terhadapnya. Aku mengangguk sambil tersenyum untuk meng-iyakan
permintaannya.
Setibanya
di rumah aku langsung membersikan diri dan ingin mengatakan kepada kepada
ibuku, kalau aku sekarang sudah punya pacar dan itu merupakan pacar dan cinta
pertamaku. Namun rasa senang ku itu berubah menjadi rasa kecewa ketika ibu
menanyakan apa agama laki-laki yang menjadi pacarku saat ini. Jujur,
aku tidak tau apa agamanya karena selama ini aku tidak pernah mempersalahkannya.
Aku mendengar ada rasa khawatir dari suara ibuku. Ya, ibu mana yang tidak akan
merasa khawatir bila anaknya pacaran dengan orang yang berbeda agama dan tidak
bisa mengontrol perilaku anaknya, karena keberadaannya yang jauh.
Lagi,
malam ini aku tidak bisa tertidur, kata-kata ibu selalu terngiang di telingaku.
Disatu sisi sekarang hatiku sedang berbunga-bunga karena merasakan cinta
pertama dan di sisi lain aku merasa menjadi anak durhaka karena telah membuat
ibuku khawatir.
Ke-esokan
harinya aku bertemu dengan lelaki yang sekarang sudah menjadi pacarku itu,
seperti yang telah aku rencanakan semalam, aku langsung bertanya kepadanya apa
agama yang dianutnya. Dengan santainya dia menjawab kalau dia bukan seorang
muslim, jujur aku tidak terkejut mendengar jawaban yang terlontar dari bibirnya
karena aku sudah menduganya.
~~~~
Hari
ini aku berjalan dengan lesu menuju tempat tinggal ku,bukan karena letih pulang
dari kerja, tapi kerana tadi ibu menelephonku dan menanyakan apakah aku sudah
tau apa agama laki-laki yang menjadi pacarku itu. Dan aku mengatakan yang
sejujurnya. Mendengar itu semua ibu menyuruhku untuk memutuskan hubunganku
dangan pacarku itu, itu beliau lakukan supaya nantinya aku tidak terjebak
kedalam dunia-dunia yang dilarang dalam islam dan melupakan apa tujuanku datang
ke negara ini. Dan, ibu juga bilang bahwa masalah ini masih belum diketahui
oleh ayah, kalau sampai ayah tahu mungkin beliau akan menyuruhkun pulang dan
mungkin akan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang
supaya bisa menjempuk ku dan menyeretku pulang. Serta memarahiku dan
menganggapku anak yang durhaka, aku ingat dulu ayah sudah pernah melarangku
untuk bersekolah jauh darinya karena takut hal yang seperti ini akan terjadi. “
maaf ayah aku tidak mendengarkan katamu”.
Pagi
harinya aku bersiap berangkat ke kampus dengan mengenakan celana jeans panjang
bewarna hitam dengan baju kemeja warna pink dan hijab yang senada dengan bajuku.
ternyata sesampai di kampus aku sudah di tunggu pacarku, aku menariknya
ketempat yang agak sepi untuk mengatakan kalau aku minta putus darinya dan
berharap bahwa kami tidak pernah bertemu lagi. “ kenapa kita putus?” tanyanya.
“orang tuaku tidak mengizinkan aku untuk berpacaran dengan orang yang
berbeda agama”.
“ kalau begitu kita pacaran sembunyi-sembunyi saja, lagian mereka juga gak
bakalan tahu!”
“walaupun mereka tidak tahu tapi Tuhanku tahu”.
“aku sangat mencintaimu!”,
“ aku tau kau mencintaiku, tapi cintamu tak lebih besar dari cinta
mereka kepadaku”.Tanpa mendengar jawaban darinya lagi aku berlalu pergi
meninggalkannya yang masih terdiam mendengar perkataanku tadi.
~~~~
Hari-hari
ku lalui seperti dulu, saat aku belum mengenalnya. Dan aku tidak menyesal
karena telah berpisah dengannya. Dan sekarang aku merasa legah masalahku sudah
tidak ada lagi dan aku bisa melanjutkan kuliahku dan mendapatkan nilai yang
memuaskan. Dan yang paling penting aku sudah menuruti permintaan ibuku, karena
menurut ku permintaan seorang ibu adalah sebuah tugas yang sangat mulia, dan
bila tidak di turuti neraka Jahanamlah yang akan menanti mereka kelak. Aku
berjanji akan menuruti semua perkataan mereka dan membuat mereka bahagia karena
itu adalah cita-cita utamaku yang harus ku capai dan mengganti semua
yang telah mereka berikan kepadaku walaupun itu semua tidak akan mungkin
terjadi.
I LOVE YOU AYAH IBU
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "Cintamu Tak Lebih Besar Dari Cinta Mereka - Leli Yulianti - Lomba Menulis Cerpen"