KU BERJUANG TANPAMU TUK
SUKSES DEMI DIRIMU
Taufiq Hendra Wijayanto
Pagi
itu seperti biasa, seorang pemuda berusia sekitar 20 tahun bangun dari tidurnya
dan melakukan aktivitas pagi harinya seperti mandi dan sarapan sebelum
berangkat kerja. Pemuda tersebut bernama Fauzan, seorang lulusan SMK jurusan
Teknik Informatika. Namun walau jurusan Informatika, dia tidak bekerja di perusahaan
Informatika seperti perakit komputer atau Sejenisnya. Fauzan hanyalah seorang
karyawan yang bekerja di sebuah toko komputer di kota tempat ia tinggal.
Selain
melayani pembeli yang hendak membeli peralatan, Fauzan juga melakukan servis
komputer ataupun laptop. Gajinya pun tidak seberapa, namun cukup baginya untuk
menyambung hidupnya. Sejak lulus SMP, Fauzan sudah di tinggal oleh kedua orang
tuanya membuatnya hidup sebatang kara. Ia terpaksa bekerja sambil bersekolah.
Setelah ia lulus, ia bekerja di toko komputer yang bernama Maxima komputer. Ia sudah bekerja 2 tahun di toko itu dan penghasilan
yang ia dapat tidaklah besar walaupun Maxima Komputer bisa di bilang toko besar
dan cukup lengkap.
Saat
itu jam menunjukan pukul 9 pagi. Seluruh karyawan telah tiba di toko dan menuju
tempatnya masing-masing. Ada 20 karyawan di toko komputer ini. Sementara 6
orang sendiri merupakan tukang servis laptop ataupun komputer termasuk Fauzan.
Hari itu memang tidak terlalu sibuk karena jumlah pelanggan mulai berkurang
karena begitu banyak pesaing-pesaing yang lebih bermutu.
Hari
sudah semakin sore namun tak ada seorang pelanggan pun yang mendatangi toko
mereka. Pelanggan-pelanggan yang dulu sering mampir ke tempat mereka sekarang
sudah tidak datang lagi. Sang pemilik pun terlihat begitu frustrasi akibat
situasi yang usahanya hadapi. Kemungkinan akan terjadi PHK terhadap beberapa
karyawan agar usahanya tidak terlalu merugi.
Namun
PHK tidak bisa di hindari. Jumlah karyawan yang banyak membuat pengeluaran sang
pemilik lebih besar dari pendapatannya saat ini. Sehingga ia memanggil Fauzan
dan Ridwan serta Galang ke kantornya. Firasat buruk telah di rasakan oleh
Fauzan kala mendengar namanya di sebut oleh sang pemilik. Begitu mereka tiba di
kantornya, tanpa membuang waktu lagi sang pemilik menyampaikan maksudnya.
“Kalian
tahukan, usaha kita saat ini tidak semulus dulu. Kerugian mulai terasa karena
banyaknya jumlah karyawan. Kalian bertiga akan saya PHK,” ucap sang pemilik.
Betapa kaget hati Fauzan dan lainnya. “Pak, tidak bisa begitu, kami sudah kerja
di sini 2 tahun, kami sudah bersama bapak di masa-masa sulit, tapi kenapa
sekarang bapak mau memecat kami,” tolak Ridwan.
“Jika
saya tidak memecat kalian, Kebangkrutan akan melanda usaha saya. kalian adalah
karyawan baru makanya saya memilih kalian untuk di PHK. Kemungkinan jika
kebangkrutan makin terasa, saya akan memecat karyawan lainnya. Tapi tenang,
saya akan tetap memberi kalian gaji bulan ini dan uang pesangon sebesar 1 juta.
Jadi tolong jangan dendam pada saya,” ucap sang pemilik.
Ridwan
yang sudah terlanjur di makan Emosi pun memukul meja dengan kuat. “Bapak jangan
seenaknya, kami sudah bekerja keras di toko ini. Hampir 50% kerusakan komputer
pelanggan kami yang atasi, bapak jangan seenaknya memecat kami,” bentak Ridwan.
Tak mau kalah, sang pemilik juga memukul meja dan memarahi Ridwan. “Kau
harusnya bersyukur, aku memberi gaji kalian dan juga memberi uang pesangon. Kau
kira aku tidak rugi saat memberi kalian gaji dan uang pesangon. Sekarang keluar
dari toko ini atau saya panggilkan polisi,” kata sang pemilik dengan nada
marah.
Fauzan
sebenarnya marah, tapi ia tetap tidak bisa melakukan apa-apa jadi ia hanya
pasrah dan menerima keadaan. “Ridwan, sudahlah. Mungkin bukan di sini tempat
kita sukses,” ucap Fauzan. Ridwan pun langsung pergi di susul oleh Galang.
“Hufft, kalau begitu saya permisi pak, terima kasih karena tetap membayar
kami,” ucap Fauzan lalu meninggalkan ruangan tersebut.
[][]==[][]
Malam
harinya, Fauzan merenung di teras. Namun tak lama kemudian, kekasih Fauzan yang
bernama Ratna pun datang ke rumahnya. “Hai Fauzan, apa yang kau lakukan di
luar,” ucap Ratna. “Oh hai Ratna! Tidak, aku Cuma sedang berpikir saja. Ada apa
malam-malam mendatangiku?” Tanya Fauzan. “Ini kan malam Minggu, aku mau
jalan-jalan bersama teman-temanku. Aku kebetulan ingin mampir ke rumahmu dulu,”
ucap Ratna.
“Memang
ada apa?” Tanya Fauzan. “Aku mau membeli tas baru di kota ini. Tapi uangku
kurang, bisa aku minta uang 300 untuk menambah uangku?” ucap Ratna. “Gimana ya
sayang, saat ini aku harus lebih berhemat hingga aku mendapat pekerjaan baru,”
ucap Fauzan. “Apa! Berarti kau di pecat, trus berarti kau tidak punya penghasilan
lagi?” Tanya Ratna. “Ya begitulah. Aku Cuma di gaji setengah dari gajiku
sebenarnya, aku harus menghemat agar uangku bisa bertahan hingga aku mendapat
pekerjaan baru, jadi maaf ya sayang, aku tidak bisa memberikanmu uang,” ucap
Fauzan.
Raut
wajah Ratna pun terlihat berubah, “Tidak apa-apa. Aku baru ingat temanku
berencana meminjamkan uangnya padaku. Ehh, aku pergi dulu ya karena sebentar
lagi teman-temanku akan menjemputku, sampai jumpa,” ucap Ratna lalu pergi.
Ratna pun meninggalkan Fauzan
[][]==[][]
Beberapa
hari kemudian, Ratna mendatangi Fauzan lagi di rumahnya. “Fauzan, aku akan
pergi keluar kota untuk kuliah. Mungkin aku tidak akan kembali, mungkin aku
akan menikah di sana. Maaf aku tidak bisa bersamamu. Aku mau hidup bahagia dan
bukannya menderita,” ucap Ratna. Mendengar ucapan itu, hati Fauzan bagaikan
patah. “Kenapa kau lakukan ini padaku, kau bilang kau cinta padaku, kau sayang
padaku, kau akan selalu setia padaku. Apa karena sekarang aku tidak punya
pekerjaan dan tidak bisa memberimu uang makannya kau memutuskanku?” Tanya
Fauzan. “Ya,” jawab singkat Ratna lalu pergi meninggalkan Fauzan yang telah
tersakiti hatinya oleh semua perkataan Ratna.
Seminggu
kemudian, walau sedih Fauzan dapat bangkit dan perlahan melupakan semua
perkataan Ratna. Mungkin saat ini ia telah miskin secara material, namun ia
tidak miskin semangat untuk melanjutkan hidup. Fauzan telah berambisi untuk
menjadi sukses dan mendapatkan hati Ratna kembali sebelum Ratna menikah dengan
lelaki pilihannya yang pasti kaya dan tampan.
Fauzan
tidak patah semangat. Ia mulai mencari pekerjaan lagi dari pagi sampai malam
selama 3 hari walau ia tidak menjumpai 1 pun lapangan pekerjaan. Malam itu ia
sudah hampir saja putus asa. Ia duduk di salah satu bangku di taman kota sambil
merenung nasibnya kelak.
“Apa
yang harus kulakukan, bagaimana nasibku nanti, aku akan makan apa, bagaimana
caraku mendapatkannya kembali jika aku miskin,” batin Fauzan selama beberapa
menit. Tak lama setelah renungan itu
selesai, seorang laki-laki menghampiri Fauzan. Laki-laki itu langsung duduk di
samping Fauzan dan memperkenalkan diri. Betapa kaget hati Fauzan kala mendengar
nama yang di sebutkan oleh orang itu dan juga saat melihat wajah orang itu.
“Wahyu?
Apa ini kau?” Tanya Fauzan, “Ya, sepertinya anda mengenal saya, siapa nama
anda?” Tanya Wahyu. “Ini aku, Fauzan. Kau lupa teman terbaikmu di SMK?” ucap
Fauzan. “Oh pantas serasa aku mengenalmu. Maaf aku tidak tahu kalau itu kau.
Soalnya yang kutahu Fauzan adalah orang yang ceria, dan malam ini kulihat kau
seperti bukanlah Fauzan,” ucap Wahyu. Fauzan pun menceritakan semua masalahnya
pada Wahyu termasuk masalah pekerjaan dan hubungannya dengan Ratna.
“Maaf
Fauzan, aku tidak bisa membantumu untuk mendapatkan pekerjaan,” ucap Wahyu.
“Tapi, aku bisa membantumu untuk membuat sebuah lapangan pekerjaan. Akan
kupinjamkan kau modal 200 juta untuk kau membuat sebuah lapangan pekerjaan,”
ucap Wahyu lagi. Fauzan pun nampak kaget dan tak percaya akan apa yang ia
dengar. Wahyu langsung mengeluarkan secarik kertas dan pulpen lalu menulis
nominal dan menandatangani secarik kertas itu.
“Ini,
jangan salah gunakan. Aku akan keluar negeri 3 tahun lamanya. Aku akan kembali
lagi ke tempat ini di jam ini untuk mengambil kembali modalku. Aku harap saat
kukembali bisnismu sudah berkembang dan kau bisa mengembalikan modal yang
kuberikan padamu,” ucap Wahyu. Rasanya ingin sekali Fauzan berlutut dan mencium
kaki Wahyu atas kebaikannya. Namun, “bersyukurlah pada Allah karena atas
izinnya, aku bertemu denganmu dan meminjamkan modal padamu,” ucap Wahyu lalu
pergi meninggalkan Fauzan.
[][]==[][]
Fauzan
pun memutuskan untuk keluar kota. Ia menjual rumahnya untuk tambahan modal dan
sekaligus karena ia mungkin tidak akan kembali ke kota yang penuh dengan
kenangan itu. Ia membuka sebuah toko komputer kecil-kecilan dengan modal yang
ia punya. Letaknya strategis dan satu-satunya toko komputer di kota itu membuat
tokonya sangat ramai di kunjungi oleh pembeli. Ia tidak hanya menjual Laptop
dan aksesorinya, tapi ia juga menyediakan jasa servis.
Usahanya
berkembang pesat dalam 3 tahun terakhir. Kini toko kecil-kecilan miliknya sudah
mulai berkembang dan menjadi toko besar layaknya tempa kerjanya yang lama. Dan
kini ia sudah memiliki 10 karyawan yang semuanya adalah lulusan SMK jurusan
Teknik Informatika. Ia sengaja menjaring
karyawan dari jenjang SMK yang baru lulus agar mereka langsung mendapatkan
pekerjaan tanpa perlu pusing mencarinya lagi dan sekaligus mengetes kemampuan
mereka untuk bersaing di dunia kerja. Tidak hanya lulusan SMK, Fauzan juga
mencari lulusan perguruan tinggi untuk bekerja sebagai wakilnya atau Manager di
tokonya . orang itu bernama Yoga.
Menjadi
orang sukses di kota, menjadikan ia orang yang terkenal. Banyak bapak-bapak
yang ingin menjodohkan anaknya dengan Fauzan. Namun, tak satu pun bisa menaklukkan
hati pengusaha yang kini bisa di bilang kaya raya walau hanya berjuang selama 3
tahun.
Fauzan
yang sudah sukses pun memutuskan untuk mencari keberadaan Ratna melalui
teman-temannya. Akhirnya ia mendapati kabar bahwa Ratna telah berada di kota
yang sama sejak beberapa bulan yang lalu. Ia pun berkeliling dengan mobilnya
selama beberapa Minggu untuk menemukan keberadaan Ratna. Namun pada akhirnya ia
menemukannya sedang duduk di taman. Fauzan pun langsung menghampirinya dengan
penuh kebahagiaan.
Namun
apa yang di dapatkan nya tak sesuai harapan. Ia hanya di marahi oleh Ratna.
“Fauzan, jangan dekati aku lagi. Mungkin sekarang kau terlihat seperti orang
sukses, tapi kau bukanlah apa-apa jika di bandingkan suamiku yang
berpenghasilan 20 juta perbulan. Aku sudah menikah dengan orang kaya yang
kusuka, jadi jangan pernah ganggu hidupku lagi, carilah gadis yang lain yang
bisa hidup denganmu,” ucap Ratna. Hati teriris tentu Fauzan rasakan. Ini kedua
kalinya hatinya di buat sakit oleh Ratna.
Namun
tak lama kemudian, seorang karyawan Fauzan yang bernama Yoga mendatanginya yang
sedang berbicara dengan Ratna. “Wah, selamat sore pak, sepertinya anda mengenal
istri saya,” ucap Yoga. Kaget ya di rasakan oleh Fauzan dan Ratna tentunya.
Apalagi saat Ratna mendengar suaminya memanggil Fauzan dengan kata “Pak” yang
artinya Fauzan adalah atasannya.
“Ya,
saya mengenal istrimu. Dia teman sekolah saya sewaktu SMK, kebetulan saya
bertemu di sini jadi saya ajak mengobrol sekaligus reunian,” ucap Fauzan dengan
nada bahagia walaupun hatinya sedang sakit saat ini. Fauzan pun langsung
melihat jam dan berkata “Wah, sudah jam 4. Aku harus pulang dan bersiap-siap.
Besok aku akan pergi ke luar negeri untuk bertemu dengan teman lamaku. Jadi
jagalah toko dengan baik,” ucap Fauzan.
“Tentu
pak, akan saya laksanakan perintah bapak dengan sebaik-baiknya, terima kasih
sudah mempercayai saya,” ucap Yoga. “Satu lagi, selamat ya Ratna karena
sekarang kau sudah menikah. Oh dan untuk Yoga, selamat kau memiliki istri
terhebat di dunia, semoga hubungan kalian bisa bertahan hingga maut memisahkan
kalian,” ucap Fauzan lalu pergi meninggalkan sepasang suami-istri itu.
Malu
jelas di rasakan oleh Ratna. Apalagi kala ia mengingat semua perkataan yang ia
lontarkan pada Fauzan. Perkataan yang begitu menjelek-jelekannya. Rasa menyesal
perlahan mulai menyelimuti diri Ratna. Ia takut jika perkataanya akan membuat
suaminya di pecat dan ia akan berakhir dengan hidup susah. “kasihan pak Fauzan.
Cintanya pernah di buang mentah-mentah oleh seorang gadis hanya karena gadis
itu tidak di berikan uang olehnya karena ia sudah di pecat, sekarang ia
berusaha menemukan gadis itu lagi untuk membangun hubungan dengannya lagi. Aku
yakin jika gadis itu tahu yang kesuksesan Fauzan, aku yakin gadis itu akan
sangat menyesalinya,” ucap Yoga pada Ratna.
“Ratna,
aku ingin berterima kasih padamu. Walau perkataanmu tadi sangatlah menyakitkan.
Tapi, tanpa perkataan itu mungkin aku tidak akan sukses seperti itu. Jadi
terima kasih,” batin Fauzan sambil meneteskan air mata kesedihan sekaligus
kebahagiaan yang ia rasakan saat itu.
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "KU BERJUANG TANPAMU TUK SUKSES DEMI DIRIMU - Taufiq Hendra Wijayanto - Lomba Menulis Cerpen"