-->

Perpisahan atau Kesetiaan - Lidya Merti Putri - Lomba Menulis Cerpen

Perpisahan atau kesetiaan
Lidya Merti Putri

 “Tunggu aku dok , my promise and your promise are unite”
Sebuah kata terakhir yang selalu muncul di memorinya.Mengingatkan akan kenangan yang begitu indah dengan seorang gadis kecil yang begitu ia cintai . Kini dia hanya diam memikirkan,apakah gadis kecil yang telah tumbuh menjadi seorang wanita itu akan kembali bersamanya. Sebuah kenangan pahit yang tak terlupakan olehnya, gadis kecil itu pergi meninggalkannya tepat ketika dia berulang tahun.
Bukan ucapan itu saja yang terakhir baginya, tapi sebuah kalung bertuliskan namanya “Albert Rafael” . yaa itu namanya, siapa yang tidak mengenalinya. Salah satu personil boyband yang lebih akrab disapa El yang begitu terkenal di mata dunia.Ex-Boy itulah nama band yang lagi populer untuk saat ini. “Siapa coba yang tidak tahu Ex-Boy” itulah kalimat yang tepat untuk boyband tersebut. Tidak hanya itu, El terkenal dalam dunia model dan perfilm-an.Tak bisa dipungkiri lagi dia memiliki segudang talenta didalam dirinya. Semua telah diraihnya dari impian,kesuksesan tapi tidak dengan kebahagiaanya.
Kini Ex-Boy tengah sibuk dengan aktivitasnya. Capek itulah yang dirasakan tiap personil tapi tidak untuk El. Pria yang akan bertambah umur ini terus saja memikirkan harapannya untuk bertemu dengan seorang gadis yang begitu lama berpisah dengannya.“Hei bro ada apa denganmu??” tepukan dibahu El berhasil menghentikan lamunanya, El segera membalikkan tubuhnya.
“apa ada sesuatu? ” jawaban yang membuat Ben mengerutkan dahinya, Ben merupakan lead vocal yang memiliki suara begitu indah. Ben tahu yang tengah dirasakan El. Bagaimana tidak? Sebelum terkenal El telah menceritakan kisah hidupnya.
“jangan bohong, apakah kau memikirkan gadis itu? Sudahlah kita tidak boleh mencintai seseorang terlalu berlebihan,ingatlah tuhan selalu disisi kita” ucapan Ben yang membuat El meneteskan butiran bening dimatanya.
“Ketika bersamanya aku merasa yakin bahwa dirinya adalah belahan jiwaku. Dirinya memberikan kenyamanan yang tak pernah kurasakan sebelumnya.” Kata-kata El yang membuat Ben hanya tersenyum miris. Bagaimana tidak? Kehidupan El yang terpisah dari orang tuanya sejak berumur 4 tahun. Dan El pun dititipkan ke panti asuhan. Sejak itulah ia menemukan gadis yang selalu bermain denganya. Ia begitu merasakan kehidupan bersama gadis itu. Ntahlah mengapa dia sangat berlebihan. Padahal belum tentu gadis itu akan menjadi pendamping hidupnya di kemudian hari .
Hari ini jadwalnya kosong, inilah kebiasaan El menghampiri sungai Han untuk mengingat kembali kenangan yang  tidak mungkin terjadi lagi baginya.  El pun mulai memandangi tiap sudut ditempat ini.  Dia pun mencoba untuk duduk dibangku kecil yang biasa dia tempati, tapi ternyata seorang wanita berambut panjang telah mendahuluinya. “permisi,maaf sebelumya apakah kau sudah lama disini?” El mencoba menghampiri wanita yang sedang menatap pemandangan indah di hadapannya. Tak terasa ucapannya tidak didengar sama sekali.
“baiklah, aku ingin duduk disini” dengan sigap El duduk disamping wanita itu.
Sudah lama El duduk disana bersama seorang wanita yang hanya diam disampingnya. Tak satu katapun yang meluncur dari bibir wanita itu hanya mata coklatnya itu setia menerawang jauh dibatas cakrawala. Kali ini El sangat penasaran dengan wanita ini, El pun mencoba melambaikan tanggannya didepan wajah wanita itu.
“eh ada apa ini.” Seketika wanita itupun terkejut melihat lambaian tangan dihadapannya.
“Ah, maaf membuatmu terkejut! Habisnya kau sudah sangat lama melamun disini,” balas El kepadanya yang tengah asyik menatap sebuah kalung yang melingkar sempurna di leher El.
“Hei kau melamun lagi, ada apa dengan kalungku?” El pun melambaikan tangannya lagi dihadapan wanita itu.  “Ah, tidak apa-apa kok.” wanita itu pun segera berlari meninggalkan El sendirian.
“dasar wanita aneh.” itulah sebutan El untuk wanita yang baru saja meninggalkannya.” Mengapa dia diam saja, apa dia tidak tahu siapa aku? Apa aku masih kurang terkenal uhh” ucapnya dengan berlagak sok keren dan tertawa sedikit. Kini dia pun menebarkan senyuman,membayangkan kenangan dulu bersama gadis kecil yang begitu ia cintai
#Flashback
“hei dok, kalau kau sudah besar, ingin menjadi apa? Pasti ingin jadi dokter? Kau kan pandai mengobatiku” Gadis kecil yang begitu lucu itu bertanya pada seorang lelaki kecil yang dihadapannya.
 Dok? Ya itulah panggilan khusus dari gadis kecil ini untuk El.Panggilan unik yang hanya dipanggil oleh gadis ini. Ntah kenapa sang gadis selalu saja memanggil El dengan sebutan dok.Menurut El karena dia bertemu pertama kali dengannya ketika sang gadis kecil ini terluka dan El memberikan pertolongan pertama kepadanya layaknya seorang dokter.
“Hmm, aku ingin menjadi pilot, biar bisa keliling dunia bersamamu Yura.” Jawaban yang begitu polos oleh lelaki kecil itu yang bukan lain El.  “Ah, kenapa jadi pilot. Seharusnya kau jadi orang terkenal, jadi apabila kita berpisah aku bisa menemukanmu dengan mudah.”
 #Flashback end
 “Aku sudah terkenal, apa kau tidak bisa juga untuk menemukanku Yura” ucap El yang menarik bibirnya untuk tersenyum. Dia pun semakin menebarkan senyumannya.Gadis manapun melihat senyumannya pasti akan menggilainya. Seketika senyumannya terhenti oleh ponselnya yang berdering.
“baiklah aku kesana sekarang!”
 Senja yang muram. Terlihat awan gelap menggantung di langit yang begitu indah,menghalau cahaya senja yang seharusnya memancarkan keindahannya petang itu. Terlihat seorang pria yang terus saja melamun ditempatnya. Tak terasa air mata telah membentuk sungai kecil diwajahnya. Cukup lama ia berdiam diri dikamarnya.Dia benar-benar tidak perduli akan sikapnya seperti perempuan yang selalu menangis.
“El, kita harus siaran ke radio Sukira sekarang.” Ben yang telah ada disana, mendapati El yang hanya menangis. Hanya kesunyian yang didapati di kamar ini.
“El, sudahlah! Kau sudah benar-benar gila karena gadis itu. ayolah wanita masih banyak diluar. Jangan kau membuang waktumu hanya menunggu orang yang tidak jelas .Mungkin saja gadis itu telah memiliki pendamping lain dan memilih berpisah darimu,ayolah jodoh itu gak kemana.” Ben mencoba menarik kedua tangan panjang El untuk berdiri.
 Kali ini tidak ada tawaan dari El di radio Sukira, hanya kesunyian yang bisa dirasakan disini.Hanya Ben yang bersemangat menjawab beberapa pertanyaan dari pendengar radio Sukira. Bahkan Ben telah meminta maaf kepada pendengarnya bahwa El tidak bisa terlalu bersemangat dengan alasan bahwa El sedikit pusing.  “Yak, ada penelpon lagi. Selamaat malam , dengan siapa dan dimana?” tidak ada satupun kata yang terdengar dari sambungan telepon ini. “maaf, dengan siapa?” Ben yang mengulang ucapannya.
My promise and your promise are unite dok. Aku menunggumu ditempat biasa nanti malam.” Sambungan telepon itu pun mati. Ucapan tadi membuat El dan Ben terkejut.
“Kau siapa?” ucapan El yang hanya sia-sia. Sambungan telepon itu telah putus.
“Maaf, bagi pendengar Sukira. Ternyata itu hanya penelpon iseng.” Ben yang meminta maaf agar tidak ada kecurigaan bagi pendengar lainnya atau bagi pers.
Sementara itu, El pun bersiap-siap menuju ketempat yang dimaksud penelpon tadi. Bahkan semua personil Ex-Boy telah melarangnya untuk kesana, tapi tidak didengar sedikitpun oleh El. Ia masih bersikeras untuk menemui penelepon tadi . Ia sangat yakin bahwa itu Yura. Tidak ada satu orang pun yang mengetahui panggilan itu. Hanya gadis itu lah. Ya gadis kecil yang dulu selalu bersamanya memanggil dia seperti itu. Berjuta-juta penggemar mengetahui tentang dirinya tapi tidak untuk sebuah kata itu.
Waktu bergulir dan El sampai ditepian sungai Han tepat pada pukul 12 malam. Dimana saat ini umurnya telah bertambah. Ia pun keluar dari dalam mobilnya dan mulai menelusuri tiap-tiap tempat disini.Ia  pun mencoba untuk menunggu wanita itu. El pun kini tengah menyandarkan punggungnya di salah satu bangku di tempat ini. Ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman ketika ia melihat ada sebuah bintang yang berkelip sesaat, seolah tengah mengerling kearahnya. Ia begitu yakin wanita itu benar-benar Yura. Gadis kecil yang sudah lama ditunggunya.
Satu jam hampir berlalu dan El masih diam diposisinya. Bahkan titik-titik air pun mulai turun dari langit. Pikirannya menjadi campur aduk kini. wanita itu belum juga datang hingga saat ini. Apa benar yang dikatakan personil lain, bahwa wanita itu bukanlah Yura.
Dilain sisi tampak seorang wanita dengan baju kaos putih yang tercoret bagian depannya berjalan menuju bangku mini yang terdapat di sungai Han. Bibirnya pun tidak berhenti untuk tersenyum ketika melihat sesosok Pria tampan dengan mengenakan kemeja kotak-kotak yang tengah duduk disana. Dia pun mendekati pria itu dan menepuk bahunya, seketika membuat El terkejut.
“eh, kau... sebenarnya kau… kau siapa?“ El yang langsung membalikkan tubuhnya ketika mendapati tepukan dibahunya. Tapi wanita itu hanya memberikan senyum terindahnya.
“Apakah kau tidak mengenaliku dok, apa kau melupakanku?“ ucapan wanita itu yang membuat El berpikir bahwa wanita yang dihadapannya adalah gadis kecil yang kini tumbuh menjadi seorang wanita yang begitu cantik dengan lesung pipi yang masih sama di pipi kiri nya.
“Yura, mengapa kau tidak mengatakan padaku saat kita bertemu di sungai Han dan mengapa kau baru mencariku sekarang?  apa aku tidak begitu terkenal sehingga kau sangat sulit untuk menemuiku?“ ucap El yang begitu kesal terhadap apa yang kini terjadi padanya.
“hahaha tidak, kau sangat terkenal. Bahkan penyebab aku baru menemuimu sekarang adalah karna kau sangat terkenal, sehingga aku sangat takut dengan ribuan bahkan jutaan penggemarmu. Bisa saja mereka akan membunuh ku.” Yura yang mencoba menjelaskan semuanya.
“Tapi, kau sekarang akan ku lindungi Yura. Kau akan tetap disisiku kan? Kau tidak pergi jauh lagi kan?” ucapan El yang hanya dibalas dengan senyuman dari Yura.
 “hei dok, lihatlah kalung mu itu sudah sangat lama. Lepaskan kalung itu, aku punya hadiah yang baru untukmu.” Yura yang mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berpita ungu dari sakunya, dan memberikannya kepada El.
“Tidak, sebanyak apapun kau memberiku hadiah, aku tidak akan melepaskan kalung ini.” Ucapan El yang membuat Yura meneteskan butiran bening yang membasahi pipinya. Ini bukan perasaan sedih, tapi terharu karna akhirnya ia bisa merasakan kebahagiaan lagi bersama pria yang tengah berdiri dihadapannya.
“Hmm, apakah kau melupakan bahwa ini hari apa ?“ ucapan El yang langsung bertanya kepada Yura
“Aku tidak lupa dok, dan aku tidak akan pernah lupa untuk hari ini. Happy birthday to you, happy birthday to you,happy birt….“ nyanyian Yura yang terhenti karena El memegang kedua tangan Yura .
“dok, apa kau akan menyukaiku ?“ pertanyaanYura yang membuat El mengerutkan keningnya.
“Apa kau bodoh Yura? Tentu saja iya, kalau tidak, mungkin aku tidak akan menunggumu hingga orang lain mengira aku ini sudah gila dan aku ingin kau bersama denganku selamanya” El yang kini semakin erat mengenggam tangan Yura.
“yura,aku ingin menikahimu” pernyataan yang membuat yura kembali meneteskan butiran bening yang jatuh dipipinya. Bagaimana tidak? Ia sangat bahagia ternyata ada seseorang yang begitu setia menunggu nya dan tidak mencoba mencari wanita lain. Kini dia tahu bahwa El adalah pria yang diciptakan Tuhan untuknya. Selama ini Tuhan sengaja memisahkan mereka berdua dimana mereka akan ditemukan kembali untuk dipersatukan. Tuhan tidak pernah berdusta dan selalu menepati janjinya. Dia menguji seseorang agar kita bisa tahu yang mana terbaik untuk kita.Dan sungguh perpisahan bukanlah akhir dari segalanya tetapi perpisahan membuat kita tahu siapa yang akan benar-benar kembali kepada kita

Bahkan hujan yang semakin deras tidak terasa telah membasahi tubuh El dan Yura. Kini hujan menjadi saksi pertemuan mereka kembali. Dan El pun tidak memikirkan bahwa gosip akan beredar tentang dirinya besok pagi. Ia tidak perduli akan itu.
0 Comments for "Perpisahan atau Kesetiaan - Lidya Merti Putri - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top