-->

Saputangan - Boy Ardiansyach - Lomba Menulis Cerpen

Saputangan
Boy Ardiansyach


Bus jurusan Kudus dari terminal Terboyo sedang bertengger di jalur pemberangkatan ke-tiga. Bus tersebut kesiangan sehingga terpaksa menunda jadwal keberangkatan sampai semua kursi penuh terisi. Di musim kemarau yang berkepanjangan ini, suasana di dalam bus terasa seperti dipanggang. Maklumi, bus yang memuat empatpuluh penumpang itu termasuk jenis umum.
Dekat pintu masuk pertama, sepasang kekasih tengah duduk menikmati penantian mereka. Si pria begitu sabarnya menunggu gemuruh mesin bus, sedangkan si wanita terus menggerutu karena mandi keringat.
"Sayang, aku mau kertas tisu," kata si wanita. Rambutnya pendek sebahu, memakai baju ketat dengan perawakan ramping berisi.
Si pria yang berambut ikal pun menjawab, "Pakai saja saputanganku."
"Peka sedikit dong," sindir si wanita seraya mengibas-ngibaskan tangannya seperti kipas.
Si pria tersenyum dan mengulurkan saputangannya. "Jangan takut kotor, pakai saja. Ini mudah dicuci."
"Tidak! aku mau kertas tisu," bantah si wanita dengan nada sedikit membentak.
"Memangnya kenapa dengan saputanganku?" Pria itu menatap saputangannya penuh tanya. Ia menambahkan, "Ini masih bersih, belum kupakai."
Si wanita mengentak kasar napasnya, lalu menjelaskan singat, "Kertas tisu praktis, sekali pakai langsung buang."
Si pria menyimpan kembali saputangannya dan berkata, "Bersabarlah, kita tunggu penjualnya datang."
Selang beberapa saat, pedagang asongan datang menawarkan dagangannya. Si pria dengan ramah menyambut pedagang itu dan berkata, "Mas, minta kertas tisu yang banyak untuk kekasih saya."
"Tidak, aku cuma butuh satu bungkus saja," sangkal si wanita.
"Perjalanan kita masih jauh, jika satu bungkus, apa akan bertahan lama?" Si pria lagi-lagi tersenyum.
"Satu bungkus saja, toh hanya untuk mengusap keringat."
"Kau yakin?" tanya si pria.
Si wanita mengangguk mantap. "Satu bungkus saja."
Dibelilah kertas tisu itu dan pedagang asongan pun pergi menjajakan dagangannya ke kursi lain. Tanpa menunggu lama, si wanita segera mengambil beberapa helai untuk mengusap keringat di lehernya.
Si pria hanya mengamati satu per satu gumpalan kertas tisu yang terbuang. Ia kemudian menatap sisa kertas tisu di tangan kekasihnya yang tinggal separuh dari isinya.
"Masih awal tapi kau sudah menghabiskan banyak."
Mendengar hal tersebut, si wanita jadi menatap kesal kekasihnya. "Ini cuma kertas tisu, tidak perlu dipermasalahkan."
"Bagaimana nanti kalau habis?" tanya si pria.
"Tinggal beli lagi, harganya juga murah," balas si wanita sambil membuang kembali kertas tisunya.
Si pria terdiam sejenak, kemudian berkata, "Sayang, boleh aku memelukmu sebentar saja?"
"Kenapa tiba-tiba?"
"Aku hanya rindu, sudah lama tidak memelukmu."
Si wanita pun mengangguk dan merasakan dekapan erat dari kekasihnya. Mereka tetap seperti itu selama beberapa menit sebelum si pria melepaskan pelukannya.
"Ini untukmu." Si pria memberikan saputangannya.
"Untuk apa? Aku sudah ada kertas tisu," jawab si wanita. Ia mengerutkan dahinya sembari memandangi saputangan putih itu.
Sambil tersenyum, si pria bangkit, lalu berhenti tepat di ambang pintu. "Hubungan kita sampai di sini saja, tolong belajarlah dari saputangan. Terima kasih atas semuanya."

Si wanita pun tertegun mengamati saputangan dan membiarkan si pria tadi pergi. Tak lama kemudian, bus jurusan Kudus itu melaju dengan cepat, meninggalkan sampah kertas tisu yang tercecer.
0 Comments for "Saputangan - Boy Ardiansyach - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top