THINGS
ARE GONNA GET BETTER
Oleh: Firman Affandi
Pertama
kalinya Ninta berangkat sekolah tanpa sahabat-sahabatnya, Azila, Niall dan Ando.
Mereka beda jurusan, Ninta, Ilina dan Archie di kelas Bahasa, sedangkan Azila,
Niall dan Ando di kelas IPS. Mereka mempunyai minat, potensi, masa depan dan
cita-cita yang berbeda, itu terbukti dari hasil tes bakat kelas X waktu mereka
sekelas bersama.Mereka sedikit berat untuk
berpisah karena selama ini mereka terus bersama tapi mereka sadar ini keputusan
mereka.
“Ini kelas kita, guys! Aku harap
anak-anaknya seru.” Seru Ninta.
“Mudah-mudahan gitu Nin.” Tambah Ilina
“Oiya, gimana dengan Azila, Niall sama
Ando?” Tanya Archie
“Hai, Archie!” Sapa Revan yang tiba-tiba
memegang pundaknya.
“Eh kamu ngambil Bahasa? Aku kira IPA”.
“Hehe nggak kok. Aku duduk bareng ya
sama kamu?”
“Siip deh” Jawab Archie.
***
Azila
berangkat duluan, Niall dan Ando berangkatnya agak mepet jam 07.00 WIB karena
ada acara sebentar kata Ando. Azila hanya termenung di tempat duduknya, dia
tidak tahu mau ngapain, dia merasa asing dengan anak-anak baru di kelas IPS.
“Zil, murung kenapa?” Tanya Niall yang
baru saja tiba dengan Ando.
“Hmm aku ngerasa asing. Aku juga bingung
mau duduk sama siapa. Kamu mah enak duduk bareng sama Ando.” Keluh Azila.
“Aku cariin teman duduk deh.” Kata
Niall.
“Vera, kamu duduk sama Azila ya”.
“Ah sory
aku udah janji sama Rena.” Jawab Vera seraya meninggalkan mereka.
“Hmm tuh kan, apa aku bilang, asing
semuanya.” Keluh Azila lagi.
“Aku duduk sama kamu ya Ndo untuk
sementara waktu”
“Lho kalau gitu caranya kamu nggak bisa
dapat teman baru Zil” Jawab Ando.
“Udah tenang aja, toh nanti juga kamu
ada teman duduknya” Tambah Niall.
“Iya percaya aja sama Niall”. Ando
mencoba menenangkan Azila.
Setelah sekian menit sambil menunggu guru masuk,
akhirnya Azila dapat teman duduk, dia Sissy.
“Hai, boleh kenalan?” Tanya Azila sambil
mengulurkan tangan kanannya. Mereka berdua belum saling kenal, maklum namanya
juga baru pindah kelas, tidak semua murid dikenal.
“Sissy.” Jawabnya datar seraya duduk di
sampingnya.
“Aku, Azila.” Jawabnya sambil senyum
tapi tak sedikit pun Sissy membalas senyumannya. Idih, nggak nyenengin banget
sih anak, mending kalau dibales sama-sama senyum. Hmm oke lah.
Tidak
ada reaksi antara Azila dan Sissy, dia hanya berdiam, sibuk dengan sendirinya
padahal Azila sudah mencoba membuat chemistry
di antara mereka tapi lagi-lagi Sissy hanya berdiam saja. Akhirnya, Azila tidak
lagi bertanya, dia memilih diam.
“Ah nyebelin banget sih, sombong.
Padahal aku sudah mencoba membuka pembicaraan tapi aku hanya dapat kacang
doang.” Gumam Azila di dalam hati sambil cemberut.
***
Kriing... Jam istirahat tiba.
“Ke kelas Bahasa yuk!” Ajak Azila kepada
Niall dan Ando. Mereka sambil berjalan.
“Ninta.” Sesampainya di kelas Bahasa,
Azila memanggil dengan nada memelas dan memeluk Ninta.
“Lho kamu kenapa Zil?” Tanya Ninta
kebingungan.
“Dia punya masalah sama teman duduknya.”
Jawab Ando.
“Kasian banget kamu, makanya di kelas
Bahasa bareng kita kan enak.” Celetuk Ilina.
“Kamu lagi, sahabat masih sedih malah
kamu nyalahin, lagian ini udah jadi keputusan kita bersama, udah lah kita bahas
aja bersama-sama di kantin, nggak enak juga di sini kan rame.” Ajak Archie.
Tiba
di kantin, Azila menceritakan semua masalahnya kepada sahabat-sahabatnya.
“Mungkin kamu nanya tentang privasi dia
kali?” Tanya Archie.
“Nggak kok, aku cuma tanya hal-hal umum
doang seperti dari SMP mana. Emang salah ya?” Cerita Azila mencoba menyeka air
matanya.
“Eh hampir nangis dia, kayak anak
kecil.” Celetuk Ilina lagi disertai ketawa kecil.
“Ilina!” Bentak Ninta, Archie, Niall dan
Ando.
“Eh salah ya. Iya deh maaf. Maksud aku
agar nggak tegang gini suasananya.” Ilina cemberut.
“Tapi ini bukan saatnya!” Jawab Niall
dan Ando serempak.
“Terus gimana dong? Aku jadi serba salah
gini.” Sambung Azila.
“Gini aja deh kamu cari tahu dia suka
apa?” Usul Archie.
“Iya yang dikatakan Archie benar
biasanya kalau suka dengan apa sama, cocok deh.” Sambung Niall.
“Iya itu salah satunya sih.” Kata
Archie.
“Hmm, dikiranya aku kepo lagi. Aku
pingin duduk sama Ando tapi dia bilang nanti aku nggak dapat teman baru.”
“Iya itu benar Zil. Kalau kamu gabung
sama mereka berdua aja, kamu temannya sedikit.” Kata Ninta.
“Kalau kayak gitu Niall dan Ando juga
harus dipisahkan, mereka berdua kan duduk bareng.” Suruh Azila.
“Gini Zil, kita berlima itu pingin
merubah kamu agar nggak canggung sama anak-anak lainnya. Jadinya Niall dan Ando
duduk bareng.” Cerita Ninta.
“Tapi kalau kayak gini, namanya nggak
adil!”
“Bukannya nggak adil Zil, ini demi
kebaikan kamu juga.” Kata Ando.
“Iya Zil, kita kan sahabat. Mana ada
sahabat mau tega sama sahabat sendiri.” Kata Ilina.
“Tuh benar yang dibilang Ilina.” Sahut
Niall seraya senyum.
“Iya aku percaya kok. Makasih ya.”
Mereka berenam berpelukan.
“Eh, air matamu jatuh tuh.” Kata Ilina.
“Ih kamu dari tadi ngeliatin mata aku
mulu.” Azila tersipu-sipu seraya menghilangkan air mata di pelupuk matanya.
“Hahaha Azila Azila.” Ninta, Ilina,
Archie, Niall dan Ando ketawa serempak.
“Pulang sekolah nanti kita bicarain deh
sambil belajar bareng. Ok!” Usul Ninta.
***
Pulang
sekolah, mereka pergi ke rumah Ilina karena rumah dia yang terdekat dari
sekolahan. Sesampainya di rumah Ilina mereka belajar bersama.
“Di kelasmu diajarin apa aja Il?” tanya
Niall.
“Tadi Antropologi sama Sastra. Kalau
kamu?” Ilina tanya balik.
“Baru sosiologi karena guru lain ada
kepentingan di luar katanya.” Jawab Niall.
“So
guys mau belajar apa? Aku sih pingin coba sastra. Penasaran banget tadi
belum clear.” Kata Ninta menoleh ke
arah Ilina dan Archie.
“Boleh juga. Yuk!” kata Archie.
“Terus aku kapan mau cerita lagi kalau
kalian belajar?” tanya Azila cemberut.
“Iya habis belajar Zil. kita belajar
bareng dulu aja.” Jawab Ando.
“Iya deh, yuk!” Azila mulai tersenyum.
Mereka
berenam belajar secara 2 kelompok karena beda jurusan. Ninta, Ilina dan Archie
belajar Sastra sedangkan Azila, Niall dan Ando belajar Sosiologi. Mereka
membantu satu sama lain walaupun berbeda mereka tetap kompak. Setelah selesai
belajar sesuai dengan rencana mereka bersama membantu Azila menyelesaikan
masalahnya.
“Pokoknya kamu berusaha dekeat sama
Sissy. Buat suasana menjadi berwarna.” Kata Ninta.
“Aku udah berusaha tapi dia tetap diam
nggak ada respon, kacang yang aku dapat malah.” Azila mencibir.
“Seiring berjalannya waktu pasti dia
juga bakal luluh kok.” Tambah Ninta.
“Iya Zil, lagian aku percaya mana ada
orang yang tahan diam-diaman sampai lama.” Tambah Ilina.
“Tuh dengerin kata Ilina, yang
terpenting usaha. Ingat, hal ini jangan bikin waktu belajar kamu terganggu.”
Tambah Archie.
***
Azila
mencoba berbagai cara apa yang sahabat-sahabatnya katakan kepadanya. Tapi hal
itu tidak berhasil juga. Azila semakin bingung apa yang harus dia lakukan agar
Sissy mau berteman dengannya.
“Nggak berhasil-berhasil, susah banget
dia diajak berteman. Padahal berbagai cara udah kulakukan buatnya.” Azila
cemberut.
“Sabar Zil. Ini ujian buat kamu. Tapi kamu
harus percaya, Allah akan menilai usaha yang telah kamu lakukan selama ini. So,
kemudian hari juga pasti ada balasan kebaikannya.” Nasehat Ninta sambil
memegang pundak Azila.
***
Azila
sudah terbiasa dengan sikap Sissy yang dingin. Tapi bukan berarti menyerah. Dia
tetap berusaha dan berharap suatu hari nanti Sissy akan berubah.
Hari
ini Azila pulang sendirian karena Niall dan Ando mengerjakan tugas bareng kelompok
Sosiologi yang sudah ditentukan. Sedangkan Ninta, Ilina dan Archie mengunjungi
salah satu desa yang dijadikan sebagai obyek penelitian tugas Antropologi
tentang pewarisan budaya di suatu daerah terentu.
“Sissy, kamu kenapa?” Azila lari
menghampiri Sissy.
“Aku keseleo, tadi turun tangga
buru-buru.”
“Aduh, kasian kamu. Ya udah pulang
bareng aku aja. Kebetulan aku dijemput.”
“Nggak usah Zil. Aku rasa aku masih
kuat.”
“Jangan Sy. Buat jalan aja susah. Aku
nggak tega.”
“Makasih ya, kamu kok mau nolong aku,
padahal aku udah sombong sama kamu?”
“Iya sama-sama. Aku kan teman sekelas
kamu apalagi kita duduk bareng. Sesama teman kan harus saling tolong menolong.”
“Ma’afin kesalahanku ya selama ini. Aku
udah sombong sama kamu, sering nyakitin juga.” Sissy memeluk Azila.
“Iya, sebelum kamu minta maaf, aku udah
mema’afkanmu kok.” Azila tersenyum dan membalas pelukannya.
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "THINGS ARE GONNA GET BETTER - Firman Affandi - Lomba Menulis Cerpen"