SAHABAT SOSMED
Karya : Dilla Desvi
Yolanda
Berkali-kali ku lihat handphone seluler yang ada
ditanganku. Salah satu teman dari akun pribadiku di Sosmed memintaku untuk
bertemu dengannya. Berulang kali ku pandang foto yang ada pada akun pribadinya
di salah satu sosmed. Lumayan sih, tapi firasatku kurang enak untuk menemuinya.
Cepat-cepat ku akhiri perkuliahan ku dan berlari turun dari lantai 2 menuju
parkiran. Itukah dia? Memakai baju kemeja kotak bewarna hitam, dengan celana
levis bewarna hitam dan kepalanya yang ditutupi dengan topi bewarna coklat,
dengan posisi duduk dipinggir parkiran diantara motor-motor yang parkir disana.
Jarak beberapa meter membuatku
leluasa melirik raut wajahnya. Wajahnya yang kecil, hidungnya yang tidak
mancung, tinggi berkisar 155 cm ditambah dengan style yang agak berantakan.
Mungkin karena dia adalah salah satu mahasiswa seni lukis. Uhg… Fadly ternyata
kamu biasa-biasa saja. Tidak seperti yang aku bayangkan setelah aku melihat
fotonya yang lumayan tampan tetapi ternyata jauh dari gambaran yang ada.
Kutinggalkan dia dengan jalan
tergesa-gesa dan kembali ke dalam kelas. Terik matahari yang sangat menyengat .
udara pada saat itu panas sekali, ditambah dengan rasa cemas menyelimuti
hatiku. Apakah tadi Fadly melihatku atau tidak? Entahlah. Teman-temanku
melirikku, mereka merasa heran kenapa aku berlari-lari dengan wajah yang sangat
cemas. Terpaksa ku ceritakan semua kejadian itu kepada mereka. Mereka tertawa
terbahak-bahak seolah-olah semua itu menjadi lelucon yang lucu.
“ temui dulu, kasihan. Tak boleh
begitu, dia sudah jauh-jauh mencarimu kesini, ya udah, nanti aku temani kamu
menemuinya” ujar salah satu temanku. Akhirnya aku kembali kebawah dan berjalan
menuju parkiran. Kulihat Fadly ternyata dia masih menungguku disana. Kutarik nafas
dalam-dalam, ku benahi dandanan ku. Pelan-pelan ku langkahkan kaki menuju ujung
parkiran ditemani teman-temanku.
Ditengah perjalanan langkahku sempat
terhenti, aku bimbang ku temui atau tidak.
Kalau kutemui hanya akan menambah rasa kecewa dan kesal. Kalau tidak ku
temui berarti aku tidak menghargai perjuangannya untuk menemuiku. Aku tidak
ingin menjadi orang yang tidak menghargai orang lain.
Akhirnya ku mantapkan hatiku.
Kembaliku langkahkan kakiku menuju kearah dia duduk. Aku segera menyapa dan
memperkenalkan diri. Karena akulah sahabat Sosmed yang dia cari.
“
Hay… ! sapaku dengan ramah walau sebenarnya terpaksa.
“kamu
Fadly kan, maaf sudah lama menunggu, karena tadi aku harus menyelesaikan
perkuliahanku terlebih dahulu” , sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman dan
kutebarkan senyuman. Dan tak lupa juga ku perkenalkan kepada teman-temanku.
Setelah banyak perbincangan, Fadly
mengajakku untuk berkeliling kampus. Setiap dia mengajakku, ku selalu mengelak
dan memberikan alasan-alasan yang sebenarnya gak jelas. Berkali-kali ku lihat
jam ditanganku. Ingin rasanya cepat-cepat pergi dari Fadly. Ku pikirkan cara
agar ku bisa cepat-cepat pergi dari tempat itu. Tepat pukul 12.30 adzan Zuhur
mulai menggema. Akhirnya ku dapat menemukan ide baru agar aku bisa mengelak
darinya.
“hmp…
sepertinya udah adzan ni, gimana kalau kita shalat ke masjid dulu”, ujarku agar
bisa cepat-cepat kutinggalkan dia.
“ya
udah, kita sama-sama kemesjid saja gimana?”, balasnya mengajakku.
“kamu duluan saja, nanti aku nyusul karena aku harus menunggu teman-temanku yang lain”, ujarku sambil mengelak darinya.
“kamu duluan saja, nanti aku nyusul karena aku harus menunggu teman-temanku yang lain”, ujarku sambil mengelak darinya.
Tanpa ada kata-kata aku langsung
pergi begitu saja meninggalkannya dan mengajak temanku ke kantin kampus. Ku
matikan handphone ku. Ku biarkan dia menungguku di depan masjid. Kejam, memang
hari itu aku merasa bahwa diriku memang kejam, tapi ya harus bagaimana lagi. Ku
lupakan kejadian itu, dan pergi bersama temanku. Tepat jam 4 sore ku aktifkan
handphone ku. Ku lihat pesan dari salah satu akun pribadiku.
“Andha,
aku tahu. Kamu pasti kecewa dengan ku. Aku tidak seperti yang kamu fikirkan,
aku Cuma ingin bertemu dengan mu agar persahabatan yang kita jalani selama ini
dapat kita rasakan didunia nyata bukan di social media lagi. Aku tinggalkan
perkuliahanku hari ini. Aku gembira sekali bisa bertemu dengan mu hari ini.
Tetapi aku sedih ternyata kehadiranku tidak disambut dengan hangat. Kau pergi
begitu saja meninggalkanku. Ku akui aku memang bukan laki-laki tampan. Tapi
kita jangan terpaku dengan hal ini, aku yakin setelah ini kamu pasti tidak mau
lagi meneruskan persahabatan kita. Kamu harus menilai seseorang dari dalam hati
jangan melihatnya dari luar saja, karena itu akan menjerumuskanmu. Aku tau aku
tak pantas jadi sahabatmu lagi, aku pergi.”
Pesan Fadly membuatku terdiam
sejenak dan kurenungi kata-kata yang ada dalam pesannya. Semua perkataannya
benar. Gara-gara sosok luarnya saja aku menyia-nyiakannya. Padahal dia begitu
baik. Dia sahabat yang baik.
Fadly maafkan aku, nanti malam akan
ku kirimkan pesan untukmu. Kamu tetap sahabatku. Semua ini akan kujadikan
pelajaran hidup dan takkan pernah terulang lagi.
Tepat jam 8 malam. Ku buka handphone
ku. Niatnya ingin mengirim pesan kepada Fadly dan meminta maaf kepadanya atas
kejadian tadi siang. Tiba-tiba kontaknya hilang. Ku cari-cari tapi tidak
kutemui. Apa dia memblokirku? Sehingga aku tidak bisa lagi melihat akunnya.
Ternyata ia. Dia telah memblokirku. Mulutku terkunci tidak bisa berkata apa-apa
lagi. Air mata menetes membasahi handphone ku. Aku menyesal. Sekarang Fadly
benar-benar pergi meninggalkanku. Sahabat Sosmed yang selama ini selalu ada
untukku.
Sekarang ku sadar, fisik bukanlah
segalanya. Kita harus menerima seseorang apa adanya. Karena memang tidak ada
yang sempurna. Di balik kekurang tersimpan banyak kelebihan. Begitupun sebaliknya.
Di balik kelebihan tersimpan banyak kekurangan. Aku tidak tahu lagi harus
bagaimana. Sekarang Fadly benar-benar pergi meninggalkanku. Aku tidak tahu
kemana harus ku cari dia. Kalaupun aku menemukannya apakah aku masih pantas
menjadi sahabatnya lagi.
SEKIAN
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "SAHABAT SOSMED - Dilla Desvi Yolanda - Lomba Menulis Cerpen"