-->

Berlibur Di Pulau Kapuk- Ani Susanti - Lomba Menulis Cerpen

Berlibur Di Pulau Kapuk
Ani Susanti

Pagi yang cerah menyambutku dengan senyumnya, aku terbangun lebih awal dari biasanya. Aku langsung pergi mandi, sholat subuh, beres-beres rumah, lalu….. “Ani…!!!! Ayo cepat makan. Ayah udah nunggu nih !!! “ ibu menyuruhku untuk segera makan bersama-sama. “ baik bu!” aku pun segera pergi ke ruang makan untuk makan pagi bersama ayah dan ibu. Aku selalu pergi ke sekolah di antar oleh ayah, sekaligus ayah pergi ke kantor.
Akhirnya pemberitahuan juara kelas pun di umumkan. Saat pak guru mengucapkan di peringkat pertama dengan jumlah nilai 1043 dan nilai rata-rata 94.81 di raih oleh siswa yang bernama….. “Ani! Ani! Ani Susanti”! teriak teman-teman ku. “Yaaa… benar sekali! Peringkat pertama diraih oleh Ani Susanti” seru pak Adi. “Wooww!!! Aku tak menyangka ternyata nilai dan rankingku bisa naik. Dan aku sangat bahagia ternyata kami bertigalah yang mendapat ranking 1, 2 dan 3 nya dari kelas delapan dua. Tapi aku juga tak tega melihat Yuni yang kecewa dengan hasil raportnya walaupun dia berusaha menutupi itu semua dari ku.
 “Assalamualaikum wr.wb. Amiii!!!! Amiii!!!” seruku dari luar. “Wa’alaikumsalam wr.wb. iya Ani, ayo silahkan masuk”. Jawab Ami. “Mana orang tuamu?” tanyaku sambil masuk kedalam warung. “oohh… baru saja pergi kekebun” jawab Ami. “Ami… liburan kali ini aku tidak akan pergi kemana-mana. Ayahku dapat pekerjaan tambahan di kantornya. Yang aku tau kamu juga jarang pergi berlibur sama orang tua mu. Hm…. Biasanya kamu ngapain kalau libur sekolah selain bantu pekerjaaan orang tuamu? Nanti pasti aku akan bosan tanpa ada kegiatan di rumah selama libur sekolah!” tanyaku pada Ami. “oooohhh… biasanya sih aku pergi ke pulau kapuk. Tau gax, di pulau kapuk itu sangat hebat. Dan kita bisa pergi kesana sendirian. Kita bisa mendapatkan apapun yang kita impikan di pulau itu. Tapi sayang, sekarang aku tak punya waktu untuk pergi kesana. Karena aku harus membantu pekerjaan orang tuaku setiap hari. Mau aku kasih tau gimana caranya pergi kesana! Hah hah!” ucap Ami sambil mengedipkan mata padaku. “Tentu saja aku mau. Gimana caranya? Ayo cepat beri tau aku sekarang”. Jawabku dengan girang. Ami pun membisikanku bagaimana caranya pergi ke pulau kapuk. “tapi kau harus diam-diam ya. Jangan beri tau orang lain tentang masalah ini. Bahkan orang tua mu jangan sampai tau. Jika mereka tau, mungkin kamu tidak akan di izinkan untuk pergi ke pulau itu sendirian”. Pesan Ami padaku. “Hehe! Baiklah. Rahasia ini akan terjaga dengan baik. Ha ha ha! Ada-ada saja, Amiii Amiiii”. Jawabku pada Ami. Kami pun tertawa bersama-sama. “ha ha ha ha ha ha”
“Huaaaaahhh…..!” hm…. Pagi ayah, pagi ibu!”. Sambutku pada ayah dan ibu setelah bangun pagi. “Pagi juga sayang!. Uuuhhh…. Anak ayah udah besar ya. Ayo sini makan pagi bareng ayah dan ibu. Abis itu kamu langsung mandi terus periksa barang-barangmu, apakah sudah lengkap atau belum. Jangan sampai ada yang tertinggal”. Ucap ayah padaku. “baik ayah”. Jawabku dengan lembut. Hm… tak terasa aku sudah harus pergi meninggalkan ayah dan ibu di rumah. Karena aku sekarang seorang siswa baru sekolah menengah atas (SMA) yang berasrma dan letaknya lumayang jauh dari tempat tinggalku. Jam menunjukan pukul 09:00 WIB. “Ani sayang, ayo cepat! Nanti terlambat loh ke asramanya. Barang-barangnya jangan ada yang tertinggal!”. Seru ibu padaku. “Baik bu! Semuanya sudah lengkap. insyaAllah SWT.tidak ada yang tertinggal.” Jawabku pada ibu. Kami pun segera pergi di antar oleh ayah dan ibu ku tersayang. Walau rasanya tak ingin pisah dengan kedua orang tuaku, tapi ini adalah sekolah impianku, dan aku sudah berhasil untuk masuk menjadi salah satu siswa di sana. Hm… ini memang pilihan yang berat tapi ibu selalu memesan padaku “jaga diri baik-baik ya! Jangan lupa sholat, belajar dan jaga kesehatanmu. Turuti perkataan gurumu. Karena di sana gurumulah sebagai orang tuamu di rumah. Ibu dan ayah akan selalu merindukanmu. Jika ada apa-apa, telpon saja ayah atau ibu”. Itu cukup menguatkanku untuk tinggal di sana.
“Hai… siapa namamu dik?” Tanya salah satu siswa disana yang menyambutku. Hm… mungkin dia adalah salah satu siswa senior disini. “Ani kak! Hm… Ani Susanti”. Jawabku dengan gugup. “Ooohhh…. Ani Susanti! Sepertinya aku mengenal namamu, kalau tidak salah kamu sekamar denganku. Sekolah ini memang mencampurkan siswa kelas sebuluh, sebelas, dan dua belas dalam sarama. Agar mereka bisa bersosialisasi dengan baik dan tidak ada senioritas di sekolah ini. Oh iya, perkenalkan nama kakak Nada Melinda. Mari kakak antar kekamar mu. Mana ayah dan ibumu?. Sambut kak Nada dengan ramah padaku. “baiklah kak! terimakasih banyak kak Nada. Ayah dan ibu sedang menunggu di ruang tunggu!” jawabku. Kami pun berjalan menuju kamar kami yang kebetulan sekamar. “Nah ini kamarmu. Tempat tidurmu tepat berada di atas tempat tidurku. Nah itu ada kak Agustin kelas dua belas, Kak Rena kelas sebelas dan Nabila kelas sepuluh sepertimu. Semoga kamu nyaman ya tinggal di sini”. Ucap kak Nada padaku. “InsyaAllah kak! Terimakasih kak Nada”. Jawabku. “Hai! Nama mu Ani Susanti ya. Perkenalkan namaku Nabilla Riskia. Panggil saja Billa. Senang bisa berkenalan denganmu! Semoga kita bisa berteman dengan baik ya”. Sambut Billa padaku. “iya! Senang berkenalan denganmu juga!”. Jawabku. Aku pun segera pergi ke ruang tunggu untuk menemui ayah dan ibuku. “Gimana sayang kamarnya? Kamu senang tidak?”. Tanya ibu padaku. “iya bu. Ani nyaman dan senang di kamar itu. Ani sekamar dengan kak Nada, Kak Agustin, Kak Rena dan Nabilla. Di kamar itu bukan hanya siswa baru, tapi bercampur dengan kakak kelas. Kakak-kakak nya juga sangat ramah padaku. Dan aku juga sekamar dengan Nabilla siswa baru kelas sepuluh sama sepertiku. Dia juga sangat baik dan ramah padaku. Aku sudah cukup nyaman disini bu”. Jawabku pada ibu. Walau aku sangat sedih karena sebentar lagi ayah dan ibu ku akan pulang ke rumah pergi meninggalkanku sendirian di asrama ini. Yaa.. aku tau di sini anak-anaknya memang baik dan ramah-ramah. Tapi aku tak ingin berpisah dengan ayah dan ibuku. “ya sudah, ibu dan ayah pamit ya. Jaga dirimu baik-baik. Ingat pesan ibu. Berteman dan bersahabat baiklah dengan baik disini”. Ucap ibu padaku sedari menahan air mata yang ingin menetes dari tadi. “baik bu! Ibu aku menyayangimu”. Kata-kata itu muncul begitu saja selagi aku memeluk ayah dan ibu. Aku pun tak bisa menahan air mataku yang sejak tadi ingin keluar karena tak ingin di tinggalkan ayah dan ibu.
Akupun kembali ke kamar dan langsung tiduran di tempat tidurku sambil menutup wajahku dengan bantal karena aku tak ingin ada yang tau bahwa aku sedang menangis. Tapi tetap saja mereka mengetahui itu. “Ani! Ani kenapa? Ani sedih ya karena orang tua Ani udah balik ke rumah. Tenang saja ya Ani, kan di sini ada kami. Kami disini juga sebagai kakak dan saudara kamu. Kita disini akan dibimbing untuk menjadi keluarga. Kakak dulu juga seperti Ani. Tapi lama-kelamaan kakak nyaman dan senang disini bersama keluarga baru yang sangat baik-baik”. Ucap kak Nada padaku. Akupun tak sadar hingga ku terlelap.
“Ani bangun! Udah mau maghrib nih. Ayo bangun mandi, lalu sholat maghrib sama-sama”. Seru Nabilla sambil menggoyang-goyangkan badanku agar aku  terbangun. “Eeemmmhhhhh….. Oh iya! Terimakasih ya. Udah jam berapa sekarang Billa?”. Tanyaku sambil meregangkan badanku sehabis tidur. “sudah jam 17:30 WIB nih, ayo cepat mandi lalu siap-siap pergi ke mushola menunaikan sholat maghrib berjamaah. Sepetinya akan ada pengumuman di mushola nanti sehabis sholat maghrib. Karena tadi ada pengumuman dari kakak kelas bahwa kita harus menunaikan sholat maghrib bersama-sama di mushola karena akan ada yang ingin disampaikan oleh pak Andi salah satu guru asrama di sekolah kita”. Jawab Billa pada ku. “Oooh baiklah. Terimakasih Billa!. Ucapku padanya.
Sehabis makan malam, aku duduk di kursi taman tidak jauh dari asramaku. Aku melihat ke langit yang nampak indah di hiasi oleh bulan yang terang dan bintang-bintang yang berkelap kelip.
Palembang, 15 Juli 2015
Dear diary,
Malam terlihat terang
Aku termenung di bawah kebesaran Tuhan
Melihat keindahan alam
Yang dia ciptakan untuk mahluk-makluknya tersayang
Tapi apa jadinya jika salah satunya menghilang
Bagaikan bulan yang kini bersinar terang
Bintang-bintangpun bisa ikut menghiasi malam
Bintang, bulan, malam
Dan aku…
Apa artinya aku dibandingkan dengan semua kebesaran Tuhan…

“Pagi Ani! Udah bangun nih. Ayo cepat mandi lalu siap-siap kesekolah”. Ucap kak Nada yang baru saja selesai mandi. “Pagi juga Kak Nada! Baik kak! Oh ya, mana Billa?”. Tanyaku pada kak Nada. “Billa lagi mandi tuh”. Jawab kak Nada singkat. Akupun langsung bangun lalu mengambil handuk dan pergi kekamar mandi.
Hari ini sungguh melelahkan. Walaupun hari ini adalah hari pertama aku masuk sebagai siswa SMA, tapi pengenalannya cukup melelahkan. Di sekolah ini tidak ada masa orintasi seperti sekolah-sekolah lain. Tapi hari pertama disini pengenalan untuk seluruh siswa dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Sekolah ini memang berbeda, tidak ada senioritas seperti SMA-SMA yang lain. Disini juga tidak ada Orientasi sebagai pengenalan siswa baru, tapi disini siswa baru langsung bersosialisasi dengan lingkungan baru dan orang-orang baru disekitarnya. Kakak-kakak kelas disini ramah dan baik-baik. Terutama Kak Nada. Dia mengenalkanku dan memberitauku serta membimbingku tentang apa-apa saja yang ada di sini serta peraturan-peraturannya. Dia sungguh baik dan perhatian. Baru kali ini aku merasakan seperti mempunyai kakak kandung sendiri. Karena aku adalah anak tunggal dari ayah dan ibuku. Begitu juga dengan Billa, dia sungguh teman yang baik. Aku satu kelas dengannya. Hm, aku jadi teringat dengan sahabat-sahabatku disana. Kami pisah sekolah sesuai dengan sekolah yang kami impikan masing-masing. Tapi ya sudahlah, mungkin ini yang terbaik untuk kami semua.
Beberapa minggu telah terlewati. Aku tak tau, aku merasa tak enak badan. Memang sih di sekolah itu ada bidan di klinik yang siap setiap saat. Tapi aku tidak ingin pergi ke klinik. Walau kak Nada, Billa dan kakak-kakak lainnya sudah menyuruhku untuk pergi ke klinik tapi tetap saja aku tidak mau. Di tengah malam aku terbangun, kepalaku pusing sekali bahkan aku mual. Badanku panas dan mukaku terlihat pucat sekali. Aku pergi kekamar mandi, saat aku kembali kekamar ternyata kak Nada terbangun mendengar pintu yang kubuka berbunyi. “Ani, dari mana kamu?”. Tanya kak Nada dengan wajah yang masih kelihatan mengantuk. “Dari kamar mandi kak. Uhuk! uhuk!”. Jawabku. Aku berjalan menuju ranjangku dan tanpa sengaja aku terjatuh. “Ani kamu kenapa? Hm, badanmu panas dan muka mu pucat banget. Sini tiduran di tempat kakak saja. Jangan naik keatas nanti kamu jatuh”. Ucap kak nada padaku selagi dia menolongku untuk naik ke atas tempat tidurnya. “baik kak! Terimakasih banyak”. Jawabku dengan pelan. “Ini obat penurun panas punya kakak. Semoga bisa menurunkan panas badanmu. Lebih baik besok kamu pergi ke klinik ya. Biar besok kakak yang antar kamu ke klinik. Ayo cepat minum”. ucap kak Nada sambil memberikan obat dan segelas air putih padaku. “Terimakasih banyak ya kak Nada. Kamu sungguh baik sekali”. Ucapku pada kak Nada. Kak Nada pun tidur di ranjangku tepat diatas ranjang tidurnya dan aku tidur di ranjang kak Nada. Kak Nada sungguh baik. Dia seperti kakak kandungku. Aku sungguh menyayanginya dan aku tak ingin kehilangannya.
Hari terus berlalu, aku dan Nabilla sekarang menjadi sahabat dan kak Nada menjadi kakak angkat ku dan hari ini Nabilla tiba-tiba datang padaku lalu… “Ani!!! Cukup ya. Aku muak dengan semua tingkahmu di belakangku. Okay kita memang sahabat, tapi untuk apa jika kamu tusuk aku dari belakang. sudah cukup! Aku kecewa padamu Ani. Kamu beri tau semua rahasiaku pada Fira yang kamu bilang dia mengesalkan bagimu. Tapi apa buktinya, kamu beri tau semua rahasiaku padanya. Aku sungguh kecewa padamu Ani”. Billa mendorongku lalu pergi meninggalkanku tanpa aku bilang sepatah katapun. Aku bingung, apa yang Billa katakan. Aku sungguh tak mengerti dengan semua itu. Aku menangis lalu pergi menemui kak Nada dan menceritakan kejadian tadi. “Hm… sudahlah, mungkin ini salah paham. Sekarang biarkan saja Billa sendirian. Kamu jangan ganggu dia dulu. Besok coba kamu bicara sama dia dan jelaskan yang sebenarnya”. Ucap kak Nada menasehatiku. “Baiklah kak! Oh ya kak, besok ayah dan ibuku akan datang mengunjungiku. Maukah besok kakak menemaniku menemui orang tuaku?”. Tanyaku pada kak Nada. “Baiklah. Tapi kakak tidak janji ya, soalnya besok kalau tidak salah kakak ada tugas kelompok yang  harus di kerjakan sama teman-teman kakak”. Jawab kak Nada.
Keesokannya aku mencoba menemui Billa dan menjelaskan semuanya. “Ha ha ha! Lucu ya lihat kalian bertengkar. Hm,,, coba setiap hari aku bisa lihat kalian seperti ini. Mungkin, aku akan betah tinggal disini. Hahaha!!!”. Ucap Fira yang tiba-tiba datang menghampiri kami yang sedang serius. “Apa maksud kamu Fira? Oh ya, kenapa kamu bilang pada Billa bahwa aku memberitahumu semua rahasianya. Aku tidak mungkin membongkar rahasia sahabat aku sendiri. Apalagi memberitahukannya kepadamu orang yang paling menyebalkan!!! Gertak ku padanya. “Hahaha! Sabar-sabar, aku cuman bercanda kok. Aku bohong padamu Billa. Aku cuman ingin melihat bagaimana sih jika kalian bertengkar. Hahaha! Karena aku tak pernah melihat kalian bertengkar, jadi aku sengaja membuat semua ini”. Jawab Fira dengan santainya. “Hah! Jadi kamu bohongin aku Fira. Oh my God! Sorry ya Ani. Maaf udah nuduh kamu yang enggak-enggak”. Ucap Billa padaku. “Iya enggak apa-apa. Asal kamu tau, aku tidak akan menyakiti apalagi membongkar rahasia sahabatku sendiri kepada orang lain”. Ucapku pada Billa. “Iya, sekarang aku percaya kok! Kamu memang sahabat yang baik Ani”. Jawab Billa. Fira meninggalkan kami tanpa merasa bersalah dan kami juga pergi ke kelas bersama-sama lagi.
Hari ini aku memang udah baikkan lagi sama Billa, tapi aku juga kesal ternyata orang tuaku tidak juga datang. Aku telah menunggunya hingga malam, tapi tak juga kunjung datang dan handphone nya juga tidak bisa di hubungi. Aku sungguh sangat kesal. Tapi untung saja kak Nada tidak jadi menemaniku menemui kedua orang tuaku karena harus mengerjakan tugasnya. “Ani! Ani!”. Seru kak Nada memanggilku. “Iya kak!”. Aku pun segera datang menemuinya. “Ayo ikut kakak menemui pak Andi. Pak Andi ingin bertemu denganmu”. Ucap kak Nada padaku. “Hm,,, emangnya ada apa ya kak! Kok malam-malam begini pak Andi ingin bertemu denganku”. Jawabku. “Kakak juga tidak tau. Ayo ikut saja dan cepat temui dia”. Seru kak Nada padaku. ‘Hah! Benarkah pak! Ini tidak mungkin. Haaaaahhh… Ya Tuhan…!!! Kenapa ini terjadi?”. Aku menangis dan tak percaya dengan kabar berita ini. “Sabar ya Ani. Lebih baik sekarang kita pergi kesana menjenguk kedua orang tuamu”. Ucap kak Nada sambil mengusap air mataku. Aku, kak Nada dan Pak Andi pun segera pergi kerumah sakit mengendarai mobil pak Andi. Ayah dan ibuku kritis sehingga harus di rawat ruang UGD. Aku meminta izin untuk menginap di rumah sakit dan kak Nada juga menemaniku semalaman di sana.
Keesokannya, “Ayaaahh, ibuuuu….!!! Ini tidak mungkin! Tolong selamatkan mereka dokter. Aku tak ingin kehilangannya!”. Aku terus menangis dan menangis. Kak Nada berusaha menenangkanku tapi aku malah jatuh pingsan tak sadarkan diri. Dalam keadaan tak sadar itu aku melihat ayah dan ibuku datang padaku dengan pakaian yang sangat bersih dan putih. Mereka bilang padaku “Jaga dirimu baik-baik ya nak” dan aku mengirim surat padanya
Dear : Ayah dan Ibuku tersayang
Malam ini sangat gelap
Tanpa ada bulan yang meneranginya
Menjadikannya gelap gulita
 Tapi ada satu bintang yang masih setia menghiasinya
Aku sangat menyayanginya


“Ani! Ani! Bangun sayang. Kamu kenapa?”. Ibu membangunkanku dari tidurku yang cukup panjang. “Ibuuuu!” . aku memeluk ibu dengan erat dan tak melepaskannya. “kamu kenapa sayang? Kok tidurnya gelisah banget. Hm,, lihat sudah jam berapa?”. Ucap ibu padaku. Hm, ternyata semua itu hanyalah sebuah mimpi panjang. Inilah pulau kapuk, dimana aku pergi hanya dengan tidur dan akhirnya sampai dengan sendirinya. Tapi itu semua hanyalah ilusi semata, karena itu bukanlah nyata. Aku senang akhirnya aku bisa kembali dari berlibur di pulau kapuk, tapi aku berharap bisa bertemu dengan Kak Nada dan Billa walau mereka hanya muncul dari sebuah mimpi.
0 Comments for "Berlibur Di Pulau Kapuk- Ani Susanti - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top