CATATAN
SANDAL
Faiz Deja Ramadhan
Cinta, sesuatu yang tak pernah aku
rasakan, keyakinan akan cinta sejati adalah pencarian yang panjang, harapan,
kesabaran, pengorbanan, serta menyakiti diri sendiri. Semua itu hanya untuk
pencarian cinta yang aku
harap tak pernah gagal.
Kisah
ini diambil dari catatan harian yang saling berbalas antara Kabu dan Risha,
cinta sejati seperti sepasang sandal.
Catatan kesekian,
Masih
sama seperti hari-hari biasanya. Jam sekolah hanya ku habiskan untuk
merenungkan pelajaran dan gurauan yang tak tentu arah. Mungkin aku terlalu
serius dalam pelajaran. Orang bilang aku cupu. Atau mungkin memang aku tidak se-kece teman-teman yang lain. Masih
beruntung aku dapat dekat denganmu, seorang bunga kelas.
Lonceng
mengakhiri mata pelajaran hari ini, sudah aku duga akan terjadi lagi. Selalu
begitu. Bahkan aku masih ingat betul kata-katamu yang selalu saja sama setiap
kamu akan pergi dengan cowok entah yang mana.
“
Kamu ada acara hari ini?”
“
Engggggak...... tepatnya ada sih sebentar, tapi cuma sebentar saja.”
“
Aku nitip tugas Bahasa Indonesia untuk besok pagi dan Matematika buat minggu
depan ya.”
“
Mau kemana?”
“
Biasa...”
“
Dengan cowok mana lagi sekarang? “
“
Kerjakan saja tugasnya.”
“
Jangan lagi besok kau menangis di punddakku !!! “
“
Who cares ?
“
Aku
bahkan hanya seperti asistenmu saja, tapi aku masih menerima ini, mungkin aku
sabar. Ya, aku sabar karena aku ingin selalu ada untukmu. Tapi Who cares with me? LOL
Hanya
senyum, entah kali ini pacar ke berapa.
Bahkan aku lupa dan harus membuka catatanku yang lain tentang curhatmu padaku.
Mungkin aku terlalu dekat denganmu, sehingga tak dilirik sedikitpun, semacam
peribahasa. Cinta di depan mata tak terlihat, sedangkan penghianatan di ujung
sungai malah disamperin. Kisah yang selalu berulang. Seenggaknya aku masih bisa
membuatmu tenar di sekolah
karena nilaimu selalu menyamaiku dari tugas-tugas itu. Kamu akan tau pada
waktunya.
Hari-hari setelah
kencan,
Jika
suatu pagi aku melihatmu ceria itu berarti kencan pertamamu atau kencan ke dua
ke tiga bahkan ke sekian itu berjalan dengan lancar. Atau
kau bawakan aku coklat dan minuman ringan untuk teman mendengarkan kisah
kencanmu yang mungkin akan panjang lebar. Aku bahkan hafal dan bisa menebak
alurnya. Cowok pilihanmu selalu saja monoton. Nonton, ke mall, makan, belanja.
Kaum borjuis tak pernah lepas dari itu.
“
Pagi... Kabu.”
“
Tugasmu?”
“
Aku sudah percayakan itu padamu, jadi ngapain aku tanya tugas lagi. Sudah jadi
kan?”
“
Trus?”
“
Tau enggak kemarin, kencanku sukses, nonton film romantis banget. Ceweknya mati
sih, tapi cowoknya ikutan mati. Dia tidak mau cari penggantinya. Aku ingin
pacarku seperti
itu.”
Aku
selalu mendengarkan kesan-kesan romantis yang tak mungkin aku lakukan padamu.
Aku takkan mampu. Bahkan mencintaimu saja hanya mimpi dan angan-angan saja. Saat
mendengarkan itu rasanya aku ditusuk dengan samurai oleh tujuh ronin kemudian
di tendang jatuh dari lantai enam lalu kejatuhan tangga. Tapi aku tak pernah
menyerah menantimu menyadari aku ada tak hanya sebagai pendengarmu.
Kumpulan curhatmu,
Kadang
hidupku bukan hanya aku
habiskan untuk mengejar cintaku yang entah ada atau tidak, tapi mencintaimu
seakan membuatku semakin jatuh bahkan menyakiti diriku sendiri. Tapi aku
menganggap diriku Titanium, tak terkalahkan. Bahkan untuk mengejar cintamu yang
semakin hari semakin jauh. Hariku yang ini aku gunakan untuk mendengarkan
curhatmu yang kesekian kali tentang laki-laki yang menyakitimu. Hubunganmu itu
selalu seumur jagung. Mungkin bisa
dibilang cuma dimanfaatkan. Dua minggu atau paling lama dua
bulan, kamu pasti putus. Jodohmu kan aku (harapku saja).
“Bu,
masak kemarin aku diputusin Randy. Dia bilang sudah tak cocok lagi. Aku terlalu
ini itu. Katanya lagi dia juga sudah punya pacar. Parahnya lagi aku melihat
mantanku si Samy, ingat kan? Dia lagi jalan sama pacar barunya. Nyesek banget
kan aku habis putus malah ngeliat mantan jalan bermesraan dengan pacanya.”
Kamu
merasa
nyesek, bahkan sakit hati. Lalu apa yang aku rasakan? Tapi aku juga belajar untuk
mencintai dan setia kepadamu dari curhatmu itu. Kamu menangis lagi dipundakku,
di bawah pohon yang sama seperti minggu-minggu yang lalu. Mungkin pohon itu
juga bosan melihat kita galau di bawahnya. Ditinggal selingkuh lagi. Kamu
terlalu cantik Sha, tapi tidak terlalu pintar mencari orang yang benar tulus
mencintaimu. Aku juga hanya menjawab seperti jawabanku yang lalu.
“Ini adalah pembelajaran, kelak kamu akan
menemukan orang yang benar menyayangimu dengan cinta, bukan karena yang lain.
Mungkin Samy, atau
Randy hanyalah media bagimu untuk belajar bahwa cinta itu butuh keduanya. Bukan
hanya satu sisi saja. Kamu belajar, akupun belajar. Seperti ini cinta. Pendekatan, jadian, mesra-mesraan, putus,
nangis, musuhan? Move On Sha, masih ada yang lebih baik.” (Dan dalam hatiku selalu ingin ku
katakan, itu aku).
Namun
aku tak cukup berani untuk mengungkapkannya, aku cukup mempunyai banyak alasan untuk tidak bilang
cinta padamu.
Pertama aku
bukanlah orang dari kalangan sepertimu, aku hanya orang biasa yang tak berharta
sepertimu atau pacarmu yang lalu.
Kedua aku
tak sekeren mereka, mungkin kamu akan malu jalan denganku, bahkan diejek oleh yang lain.
Ketiga aku
bukan tipe-tipe pujaanmu cowok yang dengan gamblang kamu ceritakan padaku.
Tapi
dari semua itu aku berusaha belajar, belajar memahami dirimu, belajar dari
cerita-cerita serta kehidupanmu. Hubunganmu, dan kesakitanmu. Mungkin suatu
hari nanti itu akan menjadi kristal yang mendorongku untuk berani mengungkapkan
cinta padamu, suatu hari nanti.
Ruang putih VVIP
Aku
menunggumu berbaring di ranjang dengan tangan penuh sayatan. Kamu kehilangan
banyak darah. Aku tak mengira kamu berani melakukan ini demi cinta. Mengakhiri
hidup karena cintamu selalu gagal adalah hal paling bodoh Sha. Kamu telah
membunuh cinta kepada keluargamu, orang-orang terdekatmu (dan aku tentunya yang
selalu berharap kamu hidup bersamaku).
Aku menunggumu hingga sadarkan diri. Kalau kau mati karena cinta itu justru
membuat mantanmu bersorak riang. Mereka menang mempermainkan hatimu. Mungkin
hanya hal-hal semacam ini yang dapat aku berikan padamu. Hal yang tak pernah
kau lihat dan rasakan. Bahkan mungkin kau akan membenciku karena membiarkanmu
hidup lagi. Tapi aku tak pernah rela kau pergi meninggalkanku dengan perasaanku
yang belum terjawab. Bermalam-malam aku disini, sekolah, ke rumah sakit
mengerjakan tugas kita, hanya agar nilaimu tak jauh tertinggal dan aku bisa
selalu disampingmu, karena di kelas aku kehilangan teman sebangku, dan tak ada
yang curhat, nangis, dan bawakan aku coklat. Kadang aku kangen kau sakiti.
Makanya aku menunggumu sampai sembuh. Tak ada satupun mantan yang menjengukmu.
Happy sweet seventeen
Risha.
Alasan
ini juga yang membuatmu samakin ingin mengakhiri hidupmu lebih cepat. Saat usia
bertambah menjadi 17 dan tak memiliki pasangan, mungkin kamu malu. Tak ada
ucapan spesial atau dinner
romantis dengan sang pujaan. Bagiku apa itu perlu Sha?
Hari
ini aku tahu kamu akan bahagia, meski tak sebahagia yang kamu harapkan. 17
tahun, memiliki KTP, SIM dan kamu akan menjadi cewek yang lebih dewasa (aku
harap pemikiran dan sikapmu juga). Dapat mengabaikan tulisan 17+ di bioskop
atau di tempat lain. Aku tak ingin berlomba-lomba memberikan ucapan tengah
malam untuk yang pertama. Aku bahkan sudah lelap tertidur. Aku sibuk, sibuk
membungkus kado yang mungkin tak berharga bagimu. Aku juga bersiap untuk
mengucapkan happy Sweet Seventeen untuk yang terakhir, karena aku ingin jadi
yang terakhir pula di hatimu. Itupun kalau aku berani mengungkapkannya. Kalau
tidak catatan ini yang akan bicara. Rangkuman singkat catatan harianku yang
turut ku bungkus dalam kadomu.
Aku
hanya memberimu sepasang sendal yang mungkin harganya ccuma 135,000 saja bersama cerpen
singkat ini (tapi ini kisah nyataku). Sungguh tak ada malu dan tak ada artinya
bagimu. Tapi aku ingin kita (entah sahabat atau sebagai pasangan) dapat belajar
dari sandal. Selalu berpasangan dalam kondisi apapun. Sama-sama diinjak,
sama-sama kena becek, berjalan beriringan, kemanapun dimanapun selalu bersama. Bahkan ketika satu diantaranya sudah
putus dan tak terpakai, selalu bersama. Sama halnya ketika kita menua bersama.
Mungkin khayalanku
terlalu tinggi. Aku sudah cukup lama memendam ini.
“Sebenarnya,
aku hanya ingin memberimu satu sandal saja, dan aku berharap kamu datang
kepadaku untuk menanyakan sandal yang lain. Pasangannya. Saat itulah kamu
menemui pasangan hidupmu juga. Namun aku urungkan niatku karena aku tahu kamu
tidak akan melakukannya. Sendal itu tak berarti, dan juga aku. Mungkin aku
hanya teman, teman yang ada di belakang hubungan-hubungan semu yang kau punya.
Hingga aku sadar cinta sejati itu tak pernah ada dan mencintaimu adalah kesalahan
serta kegagalan besar. Filosofi
sandal tak berlaku bagi kita. I've
failed to loving you.”
Happy Sweet Seventeen Risha
-Kabu-
Dalam
lembar yang kosong selanjutnya, aku menulis. Aku begitu bodoh untuk tak menyadarinya.
Siapa yang ada di dekatku selama ini. Ini
menjadi kado yang tak pernah aku lupakan. Kamu membuat ulang tahunku bermakna
meski tanpa pasangan. Kabu, aku akan mencarimu, menemuimu. Bukan untuk mencari
pasangan sandal yang kau berikan. Tapi aku mencari kepingan hatiku yang selama
ini aku cari juga. Aku pasangan hidupku, dan itu kamu. Aku tak mencari harta atau siapa dia yang
terkeren, tapi aku juga belajar dari catatanmu yang singkat. Yang ku tahu kamu
tak pernah gagal Kabu, kamu telah menemukan cinta sejatimu dan itu aku. Tuhan menjawab doa-doamu, menjawab kesabaran
dan kesakitan yang aku timbulkan. Aku akan datang. Kita akan saling mencintai
sampai akhir nanti pusara kita disandingkan dan ditaburi bunga oleh anak-anak
kita, mungkin kita masih terlalu muda untuk berkhayal, namun ketulusan dan harapan
tak pernah memandang usia, setahuku. You are never fail to love me.
-Risha-
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "CATATAN SANDAL - Faiz Deja Ramadhan - Lomba Menulis Cerpen"