-->

Cerbung "Lorong Waktu" Bagian 3 - SM


Terdengar sangat menghibur tawaran Hanna itu ditelingaku. Rasanya seakan dialah orang yang paling memahamiku saat ini. Namun, disisi lain aku merasa malu dengannya. “masak aku boncengan sama cewek, aku kan cowok, yang benar saja,” gumamku didalam hati.

Sungguh pun demikian, kali ini aku mencoba membunuh gengsi dan egoku. Aku menerima tawaran hanna degan wajah yang sedikit tertekuk karena malu.

“baiklah, Hanna. Ini karena kakiku terasa sangat sakit, kalau bukan karena takut tertinggal disini sendiri, aku tidak akan mau boncengan sama kamu,” sedikit pembelaan memaksa terucap dari mulutku kepada Hanna.
“iya … iya … aku juga gak bakalan mau nawarin buat bonceng kamu kalau aku tau kamu baik-baik saja,” balas Hanna dengan sedikit ngeledek.

Dan aku pun sekarang boncengan dengan Hanna, sedikit bergegas karena teman-teman yang lain sudah meninggalkan kami lumayan jauh. Meskipun sedikit masih malu, namun Hanna mencoba untuk tetap mencairkan suasana dengan terus memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan kepadaku.

“kamu biasanya pulang dari sekolah ngapain Aal?” Tanya Hanna.

“aku dirumah saja, bisasanya maen game bareng teman-teman,” jawabku sedikit ragu.

“wahhh … aku kira kamu suka main keluyuran,” balas Hanna sedikit menggodaku.

“kamu suka baca buku gak?” lanjut Hanna dengan terus menggoes sepedanya.

“iya aku suka, aku juga suka nulis cerpen dan puisi-puisi singkat kalau lagi mood,” dan sekarang ku jawab dengan sedikit akrab karena ledekan Hanna tadi sedikit berhasil membuatku rileks.

Dan sepeda pun sekarang melaju dangan sedikit kenjang karena kami hampir sampai di tempat tujuan, dan sepertinya teman-teman yang lainpun telah menunggu kedatangan kami.

Tak jau dari tempat yang kami tuju, tiba-tiba kepalaku mulai pusing. Entah apa yang terjadi padaku saat itu. tapi aku tetap berusaha tak menghiraukannya. Semakin lama rasa sakit itu semakin tak tertahankan. Dan akhirnya pegangan ku terlepas dari pundak Hanna, dan akupun terjatuh dari sepeda. Saat itu tidak ada pilihan lain bagiku selain aku kembali menutup mataku karena rasa sakit itu benar-benar membuatku merasa tak berdaya.

Dan lagi, kali ini aku merasakan hal yang aneh saat ku berusaha membuka mataku. Hanna tak lagi ada disampingku, taka ada lagi taman yang indah yang ku lalui bersama Hanna tadi. Sekarang kutemuai diriku terbaring lemah disebuah ruangan yang tak ku kenali. Aku tidak tau, entah ini halusinasiku semata atau kah sebuah mimpi. Atau bisa jadi ini adalah dunia sebenarnya yang ku hidup didalamnya. Entahlah, aku juga belum begitu paham dengan apa yang ku alami ini.

Tak lama, ku dengar suara-suara rame diluar ruangan itu, dan sepertinya aku mengenalinya. Aku yang masih sangat lemas dan tak bisa apa-apa hanya bisa mengamati suara-suara itu dari tempat pembaringanku. Dan kini suara-suara itu mulai sedikit menghilang. Ternyata itu teman-temanku yang datang untuk menjengukku. Mereka pun mendekat dan lebih dekat kepadaku.

Ku amati semua yang datang, namun tetap tak bisa ku untuk berucap apa-apa bahkan mataku tak dapat melihat dengan jelas siapa saja itu. Rasanya inginku menceritakan perjalanan ku tadi kepada mereka. Tapi entah apa ini, aku seakan menjadi patung yang tak bisa apa-apa. Aku hanya bisa mengamati apa yang mereka ceritakan, dan tak bisa membuka mulutku untuk bercerita. Rasanya mulutku ini seakan terkunci dan tak lagi bisa bersuara.

Lama setelah mereka asik bercerita, mereka pun pergi meninggalkan kamar tempatku berbaring. Seorang wanita mendekat dan berdiri disampingku, meski tak jelas kuliahat wajahnya, namun ku mendengar apa yang dia bisikkan ke telingaku.

“Aal, cepat sembuh. Aku merindukan senyumanmu,” wanita itu berucap dengan suara halus.

Aku tak bisa menjawab, tapi entah kenapa, terasa ada aliran air yang tiba-tiba mengalir dipipiku. Entah aku yang sedang menangis atau air mata wanita yang sedang bebisik ditelingaku itu. Entahlah, aku tidak tau dan tidak bisa memastikannya.

“aku tidak mau kamu seperti ini Aal, aku mau kita main lagi kepantai sperti dulu. Sudah begitu lama kamu tidak menjawab satupun apa yang aku katakan. Sudah begitu lama aku menahan rindu yang kini tertahan. Aku benar-benar ingin tertawa bareng kamu lagi, aku rindu!” wanita itu menyambung ucapannya.

Namun aku masih saja terheran-heran, ada apa dengan diriku ini? Dimana aku? Apa yang terjadi dengan diriku? Aku tidak tau, aku bahkan tidak bisa bertanya kepada siapapun. Entah ini dunia nyata atau tidak, yang selalu ku gumamkan adalah “aku mau kembali”. Rasanya seakan ku berada dalam dunia mimpi yang tak tau kapan akan berhenti. Kudapati diriku disuatu tempat yang tak ku kenal dan dalam wkatu yang tak lama ku tinggalkan tempat itu lalu berpindah ketempat baru yang aku tak tau darimana jalannya.
Menanggapi perkataan wanita yang berbisik ditelingaku tadi, aku sedikit membalikkan ingatanku pada seseorang yang lama tak ku dengar kabarnya. Seseorang yang pernah hadir dalam hidupku dan memberi warna yang berbeda. Tapi tak bisaku berpikir lama karena kepalaku yang masih saja terasa sangat sakit.
Dan kini wanita itu pergi, meninggalkan secarik kertas dan diletakkan di meja disamping pembaringanku. Yang aku sendiri tidak tau apa maksudnya. Mungkin kertas itu isinya pesan-pesan yang ingin dia sampaikan kepadaku, jika saja suatu waktu aku membaik dan bisa membacanya. Mungkin itu maksudnya, Entahlah, itu dugaanku semata.

Karena penasaran, aku coba ulurkan tanganku kemeja dimana surat itu ditinggalkan. Ku paksakan sedikit demi sedikit mengangkat badan yang masih sangat lemah. Namun usaha ku kali ini gagal, karena  belum sampai tanganku menggapai kertas itu aku terjatuh dari tempatku berbaring.

Bersambung...
0 Comments for "Cerbung "Lorong Waktu" Bagian 3 - SM"

Back To Top