Ketika
semuanya berlalu, ku coba kuatkan perlangkahan kecil dengan kaki yang rasanya
baru aku kenali. Aku mencoba untuk tetap berdiri sempurna dan berjalan seperti
biasanya, agar aku tak merasa asing dengan semua perubahan baru yang tak ku
kenal ini.
Ku
iringi langkah kaki hanna menuju teman-temannya yang sepertinya sudah menanti
kedatangan kami, walau aku tau kaki ini takkan bisa mengikuti hanna dengan
cepat karena kaki yang aku gunakan adalah barang asing bagiku.
“Hai
teman-teman, perkenalkan ini teman ku namanya aal, dia anak yang baik dan tentu
nya selalu care sama semua teman-temannya” kata hanna memperkenalkan ku pada
semua teman-temannya.
‘Hai
al, salam kenal’ kata bagus,zela dan aris yang merupakan teman-teman hanna’. Mereka
kelihatan baik dan senang dengan kehadiran ku.
‘Hai
juga semua, senang bisa bertemu dengan kalian semua’ timpal ku.
‘Ayok
ayok kita main sepeda nya bareng-bareng
lagi aja’ kata hanna berusa memecahkan suasana.
Ketika
akan bermain sepeda, aku ditawari untuk mengendarai sepeda bagus. Ada rasa
senang dihatiku, karna rasanya telah lama aku tak bermain sepeda ditaman,
merasakan hangat nya angin yang berhembus ke sekujur tubuhku, dan itu membuat
aku tampak lebih segar dan sehat dari biasanya.
Tapi
sayang, ketika aku mulai mengendarai sepeda itu, kaki ku mulai tak ada rasa
lagi, dia diam tanpa ada respon, aku panik dan mencoba untuk menahan semua
sakit yang ada dikaki ku. ‘Oh tuhan, beginikah rasa sakit yang harus ku alami
setiap kebahagian mulai datang kepadaku? Begitu sulitnya untuk ku mendapatkan
semua kata yang namanya BAHAGIA. ‘
‘kamu
kenapa al, kok belum jalan?’ kamu gak
bisa naik sepeda ya? Ucap aris’
‘Gak, bukan begitu.
Aku.. Aku…’
‘Yaudah
al, kamu boncengan sama aku aja ya. ‘ Kata hanna mencoba menutupi kekhawatiran
ku, seakan-akan dia mengetahui semua
yang aku rasakan
Bersambung...
Tag :
Cerbung "Lorong Waktu"
1 Comments for "Cerbung "Lorong Waktu" Bagian 2 - SF"
Enter your comment katanya, ya udah, comment-lah dikit. Masalah EYD ni Mas Bagus. Di awal paragraf, "ku coba", itu sepengetahuan aku tentang cara penulisan digabung menjadi "kucoba". Trus, penulisan nama tokoh, kok nggak diawali huruf kapital ya? Atau salah tulis mungkin? Hehe. Lagi nih, penulisan "-nya", "-nya" itu kalau dalam istilah linguistiknya kalau tidak salah tergolong prefiks, tidak bisa berdiri sendiri, dan selalu mengikuti kata dasar, sama seperti '-kan' dan '-an'. Jadi penulisan yang dalam cerpen 'sepeda nya' menjadi 'sepedanya'. Haha itu deh, kalau ocehan ini nggak berlaku, abaikan saja, hehe