-->

HARI NAHAS - Garizah Sae - Lomba Menulis Cerpen

HARI NAHAS

          Garizah Sae 

Tiga kali sudah aku terbangun. Tidurku malam ini benar-benar tak nyenyak. Semua menjadi hambar, karna masa penantianku kian berujung. Aku memang tak sabaran tapi, bukan berarti musibah ini bagus untukku. Beberapa waktu lalu aku membuat kesalahan karna tak berpikirpanjang. Membuat teman-temanku geram dan mereka harus menahan emosi yang meluap-luap untukku. Seperti yang telah digariskan Tuhan, kita akan mendapat balasan dari apa yang kita lakukan. Aku memaknai balasan itu sebagai terguran, dan materi yang bagus untuk mulai intropeksi diri. Seperti yang terlihat, aku bukanlah orang yang suka melimpahkan kesalahan pada orang lain. Karna musibah ini muncul tidak lain untuk memjadi pengingat bagiku agar tak tergesa-gesa, selalu berdzikir serta meminta petunjuk Allah sebelum memutuskan sesuatu.
Jauh-jauh hari aku membuat list kebutuhan dan pengeluaran saat pulang, oleh-oleh dan segala titipan orang rumah telah dipersiapkan. aku berasal dari pulau kecil di ujung negri yang sedang menimba ilmu dikota apel. setiap liburan semester aku pulang kekampung halaman untuk sekedar memanjakan rindu dan melewati masa puasa bersama keluarga. Namun, kali ini keinginanku untuk pulang harus dipendam dalam-dalam. Semuanya menjadi abu-abu. Tentang rumah,  bis, dan tempat-tempat yang lain saat akan kulalui ketika menuju kampung halaman. Aku mencari alasan apa yang bisa diterimah? Sehingga membuat ibu mengerti, tanpa harus menceritakan kebenaran yang sesungguhnya. Aku tak biasa berbohong pada ibu, namun tak ada yang bisa aku lakukan kecuali berbohong.
Tak adakah alasan yang bisa aku pakai untuk kebaikan. Alasan kenapa aku tak bisa pulang? Aku sangat ingin bertemu ibu yang juga merindukanku. Tapi, dengan apa aku pulang?. Bahkan untuk mengisi perut saja aku memilih makanan yang paling murah asal mengenyangkan. tebakanmu benar, aku tak punya uang. Mungkin ada satu dua lembar uang biru. Tapi, itu tak cukup untuk banyar ongkos angkutan. Semua serba abu-abu, aku tak bisa membayangkan bagaimana aku hidup disini tanpa memegang uang sekecukupan makan satu bulan saja. Apalagi untuk ongkos pulang yang serba butuh uang. Mulai dari bekal perjalan sampai buang air kecil  saja butuh uang. Sedang uangku raib seketika seiring hembusan angin menyapa mesin ATM dikala itu.
Aku tertipu undian berhadiah, dan melakukan transaksi entah untuk apa. Seingatku waktu itu aku seperti orang terhipnotis, aku tak bisa berargumen dan menerima semua perintah dari balik telfon genggam. Hatiku sangat bahagia karna kalimat-kalimatnya yang begitu menyenangkan. Otakku memutar Bayangan memiliki uang puluhan juta. Hatiku benar-benar girang, banyak rencana yang tak berani kubayangkan sebelumnya, kini siap untuk kuwujudkan. Seperti membeli mobil dan umroh bersama ibu. Logika berkali-kali mencoba mengingatkanku, Naluri menolak perasaan bahagia yang bersemayam dihati, karna tak mungkin dengan cara semudah itu aku bisa mendapat uang puluhan juta.  Namun semua kalah oleh nafsu yang telah menguasai hatiku. Aku mentrasfer uang kenomer ATM sesuai petunjuk dari telpon genggam. Banyak keanehan yang kurasa, namun terabaikan karna mata hatiku telah buta oleh bayang-bayang uang puluhan juta.
Keesokan harinya aku baru bangun dari pengaruh hipnotis. Mesin ATM kembali kudatangi, berharap itu semua hanya mimpi, namun saldoku benar-benar telah hilang hanya tersisa lima angka yang diawali angka 1 padahal sebelum dua hari sebelumnya ATMku  memiliki enam angka. Ingin rasanya aku menangis dan merengek pada siapa saja yang aku temui dikala itu. Namun, aku terlalu malu untuk melakukannya. Hingga saat ini, kejadian itu hanya akan menjadi rahasia hidupku seorang. Rahasia tentang kebodohanku yang sangat mudah terpengaruh. Rahasia tentang kelemahan imanku hingga aku terhipnotis.  Begitu sakit jika diingat namun tak akan bisa dilupakan. Aku putuskan untuk ikhlas dengan semuanya. Tapi, aku tak tahu. Apa yang bisa aku lakukan untuk mengembalikan keadaan seperti sebelum hari nahas itu.
Liburan semester segera tiba, itu berarti aku harus pulang. Dengan apa aku pulang? sedang kiriman dan jatah makanku satu bulan telah aku ikhlaskan untuk penipu itu.
Lalu bagaimana???
Seandainya aku langsung meminta maaf pada teman-teman karna telah diam-diam mengumbar aib mereka, akankah aku tetap mendapat musibah ini?
Seandainya aku selalu berdzikir disetiap keadaan, apakah aku akan tetap terhipnotis oleh suara yang bersih dan ramah itu?
Allah selalu menyembunyikan aib hambanya.
Allah selalu memaafkan kesalahan hambanya yang bertaubat.

Sekian

(27 januari 2014)
0 Comments for "HARI NAHAS - Garizah Sae - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top