-->

KAYLA - MHD. FRIA FACHRAMA SUMITRO - Lomba Menulis Cerpen

KAYLA
MHD. FRIA FACHRAMA SUMITRO

Air mata sudah berjatuhan bagaikan air terjun yang deras. Wanita itu hanya bisa menangisi kepergiannya. Ia padahal berharap untuk tidak menangis lagi. Tapi, Tuhan berkata lain. Ia lagi-lagi ditinggal pergi.
“Ku harap, kau bisa melepaskan kepergiannya.” kata Anita­-teman wanita itu-mencoba untuk menenangkannya.
Wanita itu kemudian berhenti menangis dan menghapus air matanya. Ia berkata, “Aku tahu ini pasti terjadi lagi. Ternyata, semua yang ia katakan adalah pertanda kepergiannya.”
Anita kemudian memeluk wanita itu, menangis, dan berkata, “Tolong jangan bersikap seperti saat kepergian Ryan. Kau terlalu terlelap dalam kesedihan. Aku yakin Kayla masih tetap selalu bersama mu.”
“Harusnya, aku tidak mengatakan seperti itu kepadanya. Itu pasti sangat menyakitkan hatinya,” kata wanita itu dan menangis. “padahal aku hanya ingin membuatnya senang tapi aku tidak dapat melakukannya.” lanjutnya.
Dan dia untuk kedua kalinya terlelap dalam kesedihan yang dibuat olehnya.
***
“Ibu akan datang, kan ?”
Gadis kecil itu sedang berdiri dan ibunya sedang memakaikan baju balet ke tubuhnya. Kayla dan teman-temannya yang lain akan tampil di sebuah pertunjukan. Ia mengambil kelas balet setiap hari Selasa.
“Oh, entahlah, Nak. Ibu sepertinya akan sibuk hari ini. Apakah itu tidak apa-apa ?” tanya ibunya.
Kayla hanya tersenyum kecil dan mengangguk. Padahal, ia sangat berharap ibunya datang dan melihat penampilannya. Karena, ini kali kedua ibunya tidak memiliki waktu untuk melihat dirinya tampil menari balet. Ibunya selalu melihat hasil jepretan kamera yang diambil oleh teman ibunya, Anita. Lalu, ibunya memujinya dan meberikannya hadiah. Tapi, bukan ini yang ia mau.
Ibunya seorang pekerja keras dan sibuk. Ia seperti itu setelah kepergian suaminya, Ryan, dua tahun yang lalu. Membuat waktu antara Kayla dan ibunya semakin sedikit. Saat kepergian ayahnya, ibunya hanya terduduk diam. Gadis kecil itu lalu menghampiri ibunya dan berkata, “Ibu jangan sedih, ya ? Karena, Kayla akan selalu bersama Ibu. Kayla akan menjadi Bintang yang selalu menemani Ibu di setiap malam yang indah.
Kemudian, ibunya mengambil sepasang sepatu balet dan memakaikannya ke kaki Kayla. Kemudian ia berkata, “Lho, sepatu kamu sudah kelihatan tidak bagus lagi. Kenapa kamu tidak bilang ? Nanti Ibu belikan yang baru, ya ?”
Gadis itu diam saja. Ia pun sudah siap untuk tampil. Ia sudah kelihatan seperti manekin kecil yang mengenakan baju balet. Ia harus sudah sampai ke gedung pertunjukan pukul 9. Meskipun sudah pernah tampil sebelumnya, ia sedikit merasa gugup.
“Kalau misalkan ini hari terakhir Kayla bersama Ibu, Kayla mau Ibu menonton penampilan Kayla nanti. Ibu, kan, jarang lihat Kayla menari balet.” kata Kayla tiba-tiba.
Ibunya yang sedang berjalan bersamanya menuju pintu apartemen, menghentikan langkah kakinya. Lalu berkata, “Kayla kenapa bicara seperti itu ?”
“Bisakah Ibu mengabulkan permintaan Kayla yang satu ini ?” tanya Kayla, memohon.
“Baiklah, Kayla. Ibu akan mengusahakannya. Sekarang, kita harus pergi ke gedung pertunjukan. Mereka pastinya tidak ingin ballerina cilik yang anggun ini terlambat.” kata Ibunya, menyemangati Kayla.
***
“Ku pikir dia akan suka dengan hadiah itu.”
Wanita itu berhenti di sebuah toko bunga. Ia membeli sebuah karangan bunga untuk orang yang spesial, yaitu Kayla. Itu adalah sebuah kumpulan bunga mawar yang harum. Sebenarnya, ia berbohong tentang ia sibuk hari ini. Itu semua adalah rencananya. Ia ingin memberikan kejutan untuk Kayla yang tidak pernah ia berikan sebelumnya. Melihat anaknya menderita akan kurangnya rasa senang, membuatnya harus melakukan sesuatu dan inilah itu.
“Ya, dia pasti suka. Dia tidak pernah mendapatkan kejutan dari ku sebelumnya.” jawab Ibu Kayla.
Ia langsung berlari keluar dari toko dan menuju gedung pertunjukan. Gedung pertunjukan itu sedikit jauh dari toko itu. Tapi, dapat ditempuh dengan cepat dengan berlari kencang. Ia tidak ingin naik taksi. Ia berpikir bahwa itu memperlambatnya. Apalagi lalu lintas di sekitar situ agak macet. Ia membawa karangan bunga, sepatu balet baru di tasnya, dan juga sebuah kartu ucapan untuk Kayla. Berpikir bahwa ini semua akan menjadi kejutan yang sangat apik. Ia sudah tidak sabar melihat bagaimana ekspresi Kayla nanti. Namun, sebuah panggilan telepon dari seseorang  menghentikannya.
“Halo, Anita. Ada apa ? Apakah aku sudah terlambat ? Jika iya, aku akan berlari lebih kencang lagi.” kata Ibu Kayla dengan napas terengah-engah.
“Ehm, aku ingin mengatakan sesuatu. Kau mungkin telah melihat beberapa ambulan dan mobil damkar lewat di jalan itu beberapa kali,” kata Anita, terdengar seperti sedang ketakutan. Ia melanjutkan, “ini soal Kayla.”
***
“Kayla !! Kayla !!”
Wanita itu hanya bisa berteriak memanggil nama anaknya yang tengah di bawah ke IGD. Gedung pertunjukan itu menjadi sebuah tempat yang hitam karena dimakan api. Itu membuat anaknya menjadi salah satu korban. Anaknya hanya bisa terbaring lemas dan kesakitan di tempat tidur itu. Ia tidak tampak lagi seperti seorang ballerina cilik yang anggun. Dia sekarang menjadi bocah yang sekarat. Semua tubuhnya terbakar. Gadis itu mengalami luka yang sangat parah.
Kemudian, Kayla memerhatikan Ibunya. Wajahnya membuat Ibunya tak tahan untuk menahan air mata. Kayla seperti ingin mengatakan, “Ibu jangan sedih, ya. Ibu gak akan sendirian, kok. Kayla, kan sudah janji kalau Kayla akan selalu berada di sisi Ibu.”
Dan itulah kata-kata terakhir yang ia dengar dari hati anaknya itu. Ia sama sekali tidak menyangka akan kehilangan malaikat kecilnya. Dan saat ini ia benar-benar menginginkan kehadiran seseorang yang dapat memutar balikkan waktu, tapi itu tidak bisa.
Wanita itu hanya terduduk di sebuah kursi. Dia merasa semua yang ia lakukan adalah sia-sia. Mulai dari karangan bunga mawar, kartu ucapan, dan bahkan sepasang sepatu balet baru. Wanita itu tadi sudah berharap bahwa Kayla pasti senang melihat kedatangannya saat ia sedang menari. Namun, ia lagi-lagi mengambil keputusan yang salah. Ia lagi-lagi kehilangan orang yang dicintainya.
Anita datang menghampiri wanita itu kemudian berkata, “Aku sangat menyesal atas kepergian Kayla.”
“Dia sama sekali tidak kelihatan bahagia saat menari, bukan ?” kata wanita itu, mencoba untuk tidak menangis lagi.
Anita diam sebentar. Ia tidak mau menjawab itu. Ia takut lagi-lagi akan membuat sedih temannya itu. Tapi ia lalu berkata, “Ya. Dia sedikit murung saat itu. Sepatu baletnya yang lusuh menambah kemurungan itu.”
 “Aku bahkan tidak sempat memberikan sepatu yang baru kepadanya,” Hening sejenak. Ia menghela napas dan melanjutkan perkataannya, “Ternyata, ini terjadi lagi padaku. Aku sama sekali tidak memerhatikan perkataannya saat itu. Aku gagal membuatnya senang.”
“Saat aku bertemu dengan Kayla, ia mengatakan bahwa dia tidak apa-apa kalau kau tidak datang. Dia masih tetap bahagia karena di dalam hidupnya dia masih memiliki seorang Ibu yang sangat baik.”
Wanita itu kali ini tidak bisa membohongi lagi apa yang dirasakannya. Ia langsung menangis. Anita kemudian memeluknya dan berkata, “Kayla pasti tidak akan membiarkanmu sendirian. Aku yakin itu.”

“Kalau saja aku bisa kembali ke waktu di mana aku dan Kayla selalu bersama, maka ini pasti tidak akan terjadi, Anita.” kata wanita itu sambil terus menangis.
0 Comments for "KAYLA - MHD. FRIA FACHRAMA SUMITRO - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top