KEMULIAAN RIDHO ORANG TUA
Sinta
Wachyu Winatasari
Dunia
adalah tempat manusia untuk menjalankan semua tugasnya dari tuhan, ada yang
taat menjalankannya tapi ada juga yang mengikari tugasnya. Sebenarnya tugas
yang Diberikan dari tuhan sesungguhnya sangatlah mudah, tapi jika ada orang
yang berkata sulit untuk menjalankannnya, itu hanya mereka sendiri yang membuatnya
sulit. Dari mulai orang tua hingga anak-anaknya sudah memiliki tugasnya
masing-masing. Dimana orang tua yang mengarahkan anak-anaknya menjadi anak yang
soleha maupun soleh dan tentunya menjadi anak yang sukses. Dan dimana sebagai
seorang anak kita berkewajiban mematuhi perintah tuhan dan orang tua, karena
dengan itu insaallah hidup kita menjadi berkah didunia ini.
Perkenalkan
nama saya adalah Nur Cahya Keisha panggil saja saya dengan sebutan Nur, kedua
orang tuaku memberikan nama itu dengan harapan agar aku bisa menjadi cahaya
bagi mereka didunia maupun diakhirat nanti. Kedua orang tuaku sangatlah ingin
mempunyai anak yang soleha sampai-sampai dari lulus SD sampai kelas 3 SMA aku
di masukkan ke pesantren oleh mereka berdua, meskipun begitu aku tetap percaya
pada kedua orang tuaku pasti pilihan mereka adalah pilihan terbaik untukku.
Karena aku tak ingin mengecewakan mereka berdua, maka dari itu aku tak pernah
membantah apapun kemauan kedua orang tuaku, karena aku hanya satu-satunya anak
yang dimiliki oleh mereka maka dari itu aku ingin membahagiakan mereka sampai
kapanpun. Dan saat ini aku telah lulus dari pesantren, aku sangatlah bahagia
karena aku dapat menyelesaikan pendidikanku di pesantren dengan sangat baik.
“Assalamualaikum” salamku saat
sesampainya dirumah, saat itu aku baru pulang dari pesantren.
“Wa’alaikumsalam” jawab salam dari bapak dan ibu disaat mereka
membuka pintu.
“Ibu..
bapak.. “ kataku dan langsung mencium tangan mereka.
“Nur..
kamu sudah pulang nak? Kamu kok tidak telfon ibu atau bapak nak, kalau kamu
telfonkan bisa ibu jemput nak, tapi kamu sehat-sehat aja kan?” kata ibu yang
khawatir denganku, karena aku tak menghubungi mereka berdua saat aku ingin
pulang ke rumah.
“Iya
bu.. Nur minta maaf ya sama ibu sama bapak karena Nur tidak menghubungi kalian
dulu, sebenarnya Nur ingin buat kejutan untuk ibu sama bapak, ya.. kalau kejutan
Nur ini bikin ibu khawatir Nur minta maaf ya bu?” kataku.
“Udah
dong bu.. kasian tu Nur nya lihat aja mukanya udah kecapean kayak gitu, ayo nak
kamu masuk dulu, terus makan baru kamu bisa cerita sama ibu sama bapakmu ini”
selat bapak.
“Iya
pak.. pasti Nur bakal cerita semua ke bapak “ kataku.
“Ibu
enggak nih, enggak diceritaiin apapun?” selat ibu.
“Ih,
ibu ini kayak anak kecil aja, Nur bakal cerita semua ke ibu dan bapak kok, Nur
janji deh” kataku dengan sedikit bercanda.
Akhirnya
aku masuk ke dalam rumah dan aku langsung membersihkan badanku yang sangat
terasa lelah sekali karena perjalanan yang cukup jauh tadi. Setelah
bersih-bersih aku segera menuju ke ruang makan karena ibu telah memasakkan
makanan kesukaanku.
“Subhanaallah.. ibu masak kesukaan Nur?” kataku
saat melihat makanan kesukaanku.
“Iya
nak.. karena ibu tau Nur pasti kecapean kan? karena perjalanan jauh dan
pastinya perut kamu terasa sangat lapar, nah.. maka dari itu ibu masakin
makanan kesukaan kamu” jawab ibuku.
“Ibu..
makasih ya bu.. Nur sayang banget sama ibu sama bapak, yaudah sekarang kita
makan yuk bu.. perut Nur udah laper banget nih” katakku sambil memeluk ibu.
Ditengah-tengah
makan aku melihat ibu dan bapak saling memberikan kode-kode yang sangat aneh,
yang tak dapat aku mengerti.
“Ibu..
bapak.. kalian kenapa kok matanya ketip-ketip sih, mata ibu sama bapak lagi
sakit ya? Kok tidak dibawa kerumah sakit sih bu, nanti parah lo, atau enggak
Nur anterin aja kerumah sakit sekarang” kataku.
“E..ee..
enggak usah nak, eemm.. ibu boleh ngomong sama kamu?” kata ibu dengan
terbata-bata.
“Iya
tentu boleh dong bu.. memangnya ada apa sih bu?” tanyaku dengan rasa
kebingungan.
“Gini
nak sebenarnya ibu sama bapak sudah mendaftarkan kamu ke universitas pilihan
kita berdua, ibu sama bapak sudah mendaftarkan kamu ke universitas islami yang
ada disini, kamu enggak marahkan nak? Kalau kamu enggak suka kamu bisa pilih
universitas yang lain kok nak, yang kamu suka” kata ibu.
“Ya
allah bu.. soal itu.. ibu.. bapak.. asal kalian tau ya.. Nur enggak pernah
marah sedikit pun sama ibu dan bapak, karena Nur percaya bahwa keputusan apapun
yang kalian ambil buat Nur itu hal yang terbaik buat Nur kan? Nur janji, Nur
akan turutin semua keinginan ibu sama bapak selama itu membuat kalian bahagia”
jawabku dengan memberikan senyuman
kepada ibu dan bapak.
“Subhanaallah... makasih ya nak, selama
ini kamu selalu bikin hati ibu sama bapak bahagia terus kamu enggak pernah
ngecewain ibu sama bapak, ibu sangatlah bersyukur mempunyai anak yang soleha
seperti kamu nak” kata ibu.
“Iya
nak, bapak juga sangat bangga sama kamu” kata bapak.
“Iya
pak.. bu.., karena Nur percaya ridho orang tua itu juga sama seperti ridhonya
allah, dan Nur juga sangat bangga punya orang tua seperti bapak dan ibu, owh
iya.. terus kapan Nur bisa masuk kuliahnya?” kata dan tanyaku.
“Kamu
bisa masuk 2 hari lagi nak, sekali lagi bapak sama ibu mengucapkan terima kasih
banyak sama kamu ya nak” jawab bapak.
“Iya
pak, yaudah sekarang kita terusin makannya
aja ya” kataku.
Aku
sangatlah bahagia meskipun aku sudah menjadi anak yang dewasa, tetapi orang
tuaku masih mau untuk memerhatikan semua kebutuhanku. Aku seperti menjadi anak
yang sangat beruntung didunia ini dan aku tak berhenti bersyukur kepada allah
yang telah memberikan orang tua sebaik mereka. Dan sudah tiba saatnya hari ini
untuk pertama kalinya aku masuk kuliah, aku sangatlah tidak sabar melihat
kampus baru itu dan aku juga tak sabar memperoleh teman-teman baru tentunya.
“Nur..
Nur.. kamu sudah siap nak?” teriak ibu.
“Iya
bu..” jawabku dari dalam kamar yang sedang mempersiapkan peralatan untukku
bawah kuliah, dan setelah selesai mempersiapkan apa yang aku butuhkan, aku
segera menuju ke ibu dan bapak yang menungguku diruang tamu.
“Bu..
pak.. Nur sudah siap” kataku sesampainya didepan mereka.
“Subhanaallah.... ini Nur anak bapak?
Kamu cantik sekali nak, kamu sudah terlihat dewasa sekali nak” kata bapak saat
melihatku.
“Bapak
bisa aja, yaudah ya pak.. bu.. Nur berangkat dulu ya.. doain Nur supaya
semuanya dilancarin sama allah” kataku yang meminta restu kepada ibu dan bapak.
“Pasti
nak, ibu dan bapak akan selalu doain kamu” kata ibu.
“Yaudah
kalau gitu Nur pamit ya bu.. pak.. Assalamualaikum”
jawabku.
“Wa’alaikumsalam” jawab ibu dan bapak.
“Mari
pak Amir (orang yang bekerja sebagai supir dikeluarga kami) kita berangkat”
kataku.
“Iya
mbak mari” jawab pak Amir.
Akhirnya
aku dan pak Amir segera pergi ke kampus karena kami takut telat, karena aku tak
mau hari pertamaku masuk kampus menjadi telat. Selama diperjalanan aku sungguh
tak sabar ingin segera sampai di kampus baruku dan setelah menempuh perjalanan
selama 25 menit akhirnya aku dan pak Amir sampai juga di kampus baruku. Dan
entah kenapa sesampainya dikampus hatiku tiba-tiba terasa dag dig dug saat akan
membuka pintu mobil.
“Mbak
Nur.. kita sudah sampai, mbak enggak mau turun?” kata pak Amir, karena pak Amir
merasa bingung kenapa aku tak segera turun dari mobil.
“Saya
ngerasa gugup pak, enggak tau kenapa nih pak” jawabku.
“Owh..
mbak Nur gugup, enggak papa mbak ini wajar kok, yakiiin.. mbak Nur belum mau turun,
nanti telat lo mbak” kata Pak Amir yang
mencoba menenangkan ku agar aku tak merasa gugup lagi.
“Iya
bapak bener, yaudah kalau gitu saya masuk dulu ya pak, terima kasih sudah
nganterin saya, Assalamualaikum “
jawabku.
Untuk
pertama kalinya aku merasa menjadi manusia yang baru, karena aku merasa alam
menyambutku dengan penuh kesejukan, kehangatan dan ketenangan hati yang nyaman,
rasa itu kurasakan disaat aku turun dari mobil. Entah kenapa aku merasa sangat
nyaman dilingkungan kampus ini, padahal baru pertama kalinya aku menginjakkan
kaki di kampus ini. Dan aku yakin semua yang kurasakan ini karena ridho dan
restu yang ku perolah dari kedua orang tuaku.
Dan
ternyata benar dengan ridho dan restu yang diberikan oleh ibu dan bapak, aku merasa
sangatlah bahagia menjalankan tugasku sebagai seorang mahasiswa, aku merasa tak
mengalami kesulitan yang berarti saat menerima tugas-tugas dari kampus. Selain
itu juga disini aku memperoleh teman-teman yang sangat baik, mereka dapat
menerimaku dengan apa adanya diriku ini. Disini kami saling bertukar pengalaman
hidup, bertukar fikiran, selalu berdiskusi tentang islam, tentang ujian hidup, tentang
hobi dan tentunya tentang banyak hal yang lainnya juga.
Owh
iya.. kalian pasti berfikir bahwa hidupku selama ini sangatlah bahagia sejak
dari kecil, tidak selamanya aku mengalami kemudahan dalam hidup. Ada saat dimana
cobaan hidup mengujiku untuk membuatku lebih kuat lagi, yaitu pada saat aku harus
beradaptasi dengan lingkungan pesantren, dimana aku harus tinggal terpisah
dengan kedua orang tuaku selama 6 tahun, dan dimana aku harus meninggalkan
semua impian dan cita-citaku yang ku impikan sejak kecil, dan juga aku harus
hidup mandiri disini, semua hal apapun harus ku lakukan sendiri. Dan tak
selamanya dipesantren aku merasa tenang dan nyaman, kadang kala aku merasa
ingin hidup bebas seperti remaja lainnya, tetapi disaat fikiran seperti itu
datang dalam diriku segeralah aku mengucap istighfar dan aku langsung mengingat
wajah kedua orang tuaku, dan disaat itu juga aku kembali fokus dengan tujuan
hidupku dimana aku ingin membahagiakan mereka berdua. Meskipun hal-hal itu
sangatlah berat untuk kujalani, tapi aku berusaha ikhlas dengan sepenuh hati,
dan tak akan ku jadikan semua hal itu sebagai beban bagi diriku, semua hal itu
akan ku jadikan motivasi terbesarku untuk dapat membahagiakan kedua orang tuaku.
Mengapa
aku sangat percaya dengan ridho kedua orang tuaku, itu karena selama aku menjalani
hidup dari ridho allah dan ridho kedua orang tua semua permasalahan maupun
kesulitan yang menghampiri hidupku dapat ku selesaikan dengan mudah dan baik.
Memang tak selamanya orang tua selalu benar, dan sebagai anak kita berkewajiban
itu mengingatkannya, tapi janganlah kita mengingatkannya seperti menggurui
mereka, meskipun ilmu yang kita miliki lebih tinggi dari mereka, berilah
pengertian bagi mereka dengan kelembutan dan kasih sayang yang tulus dari
seorang anak, pasti mereka dapat menerimanya dengan hati yang lapang.
Saat
ini aku telah menyelesaikan kuliah ku selama 4 tahun, dan saat ini juga aku
sudah berada di kairo Mesir untuk menjalankan S2 ku disana. Tak kusangka aku
mendapatkan beasiswa ke kairo selama 3 tahun, itu karena aku berhasil mendapat
juara satu lomba mengaji tingkat Nasional dan orang tuaku sangatlah bangga
kepadaku. Dan tak ada hentinya aku sangatlah yakin itu semua tak luput dari doa
dan ridho kedua orang tuaku, karena ridho allah dan ridho orang tua sebuah
penerang jalan untuk seorang anak dapat mengarungi kehidupan di dunia ini.
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "KEMULIAAN RIDHO ORANG TUA - Sinta Wachyu Winatasari - Lomba Menulis Cerpen"