Kesabaran
tak akan menghianati diri.
Anisatul Fadilah.
Malam datang diikuti dengan mendung yang sedari tadi
sudah menampakkan awan hitamnya. Aku berdiri di depan jendela kamarku sambil
memandangi rintik-rinting hujan yang kini kian deras menyirami seisi pelataran
rumahku.
Saat sedang nikmat-nikmatnya memandangi rintik-rintik
hujan, ibuku memanggilku “Aliya, sini sebentar, ibu mau bicara” “Iya bu” akupun
menghentikan aktifitasku sejenak lalu beranjak menuju arah ibu. Ya, namaku
Aliya nur maulida. Sekarang aku sedang persiapan untuk pendaftaran di SMA, tapi
aku masih bingung mau melanjutkannya dimana.
“Iya bu, ada apa” akupun duduk disebelah ibu, dan
ternyata disini ada bude juga.
“Oya aliya, kamu mau jadi dimana daftar sekolahnya?
Ibu sama ayah mah terserah sama kamunya. Asalkan menjadi orang yang sukses
dikemudian hari” tutur ibu kepadaku. Akupun masih bingung mau mendaftar diamana.
Pilihanku sebenarnya di SMA N 01 Merah Putih tapi SMA itu pilihan karena
termasuk SMA favorit. Tapi aku harus segera memutuskan mau dimana aku akan mendaftar
karena besok adalah hari pertama pendaftaran, dan hanya 3 hari lamanya. Jadi
aku harus benar-benar memutuskan mana yang menurutku pantas untuk aku pilih.
Dengan bermodalkan tekad dan niat akupun memutuskan pilihanku dengan mantap dan
tegas.
“Bismilah.. aku memutuskan untuk mendaftar di SMA N
01 Merah Putih bu, insya allah itu adalah pilihanku yang tepat, dan mungkin itu
salah satu jalur untuk aku menjadi sukses dikemudian hari.” Jawabku kepada ibu
seraya tersenyum kepadanya, ibupun hanya tersenyum dan berkata “Amin, semoga
pilihanmu tepat” jawab ibu sambil tersenyum kepadaku. Tapi tiba-tiba saja
budeku meremehkan pilihanku, diapun berkata “SMA N 01 Merah Putih itu bukannya
SMA pilihan ya? Dan yang masuk kesana pasti yang pinter-pinter, apa kamu bisa
masuk disana?” sindir budeku seraya tersenyum kecut kepadaku. Akupun hanya
tersenyum dan berkata “Insya allah, jika allah menghendaki aku bisa ditrima kok”
jawabku setenang mungkin, walau sebenarnya ada rasa kecewa karena beliau tak
mendukungku. “Tapi kan SMA itu jauh, kamu mau naik apa? Sepeda aja nggak punya
apalagi motor?” jawab budeku yang membuat semangatku memudar. Tapi aku tetap
berusaha setenang mungkin walau hatiku sudah tidak kuat menndengar perkataan
budeku yang selalu memojokkanku, yang membuat nyaliku ciut. “Insya allah nanti
juga ada jalan keluarnya, allah pasti memudahkan jalan seorang hambanya yang
mau berusaha” jawabku setenang mungkin. Tapi budeku tak mau kalah dengan
jawabanku dia terus meremehkan pilihanku dan memojokkanku, tapi aku hanya diam
mendengarkan ocehannya karena aku tidak mau berdebat dengannya. Akupun memilih
pergi dan menikmati aktifitasku yang tadi tertunda. Sambil memutar apa yang
dikatakan budeku dan mempertimbangkan lagi dengan pilihanku. Hingga tak terasa
setetes air mata menetes dipipiku. Segera kuhapus airmataku dan akupun memilih
tidur karena aku sudah pusing dengan semua ini.
ooO
keesokan harinya Ooo
Aku terbangun dari alam mimpiku, dan kulihat sudah
jam 5 pagi. Akupun bergegas bangun untuk melaksanakan sholat subuh terlebih
dahulu.
Setelah selesai aku membantu ibu memasak untuk
sarapan pagi. Kali ini aku dan ibu membuat nasi goreng kesukaanku dan adikku.
Ibu sangat pandai memasak, semua masakan ibu sangat lezat bagiku. Tak kalah
dengan masakan-masakan di restaurant yang terkenal itu.
Kamipun makan bersama-sama. Setelah selesai aku
segera bersiap-siap untuk mendaftar di SMA N 01 Merah Putih, walaupun sekolah
itu jauh dari rumahku tapi aku harus selalu semangat. Pejuang-pejuang kita dulu
juga selalu semangat mempertahankan tanah air kita, kok kita gak semangat untuk
sekolah hanya karena sekolah kita jauh? Kan ada pepatah yang bilang
“tuntutlah ilmu walaupun sejauh negeri
cina” masa kita yang jauhnya hanya 5 km aja males? Yang sampe ke negeri cina
aja semangat. Iya kan? Makanya kita harus semangat menuntut ilmu selagi kita
mampu.
Akupun pamit kepada orang tuaku, semoga saja mereka
meridhoiku dan mendukung keputusanku. Dan semoga saja aku bisa diterima di SMA
itu. Aminnn....
Aku hanya membutuhkan waktu 5 menit saja untuk
sampai di perempatan jalan, dari sana aku akan menggunakan angkot untuk sampai
ke sekolah. kira-kira 20 menitanlah untuk sampai disekolah dan aku akan sampai
disekolah sekitar jam 7 kurang 15 menit, masih mendinglah aku punya waktu 15
menit di sekolah sebelum pelajaran dimulai. Akupun berjalan seorang diri menuju
perempatan, tapi tiba-tiba saja ada sebuah motor yang berhenti didepanku. Membuatku
kaget seketika dan mengurungkan langkahku. Aku bingung sebenarnya siapa dia?
Tapi sepertinya aku pernah lihat orang itu. Dan benar saja, ternyata dia Ane
teman madrasahku dulu. Dia termasuk kaka kelasku. Tapi aku tidak tahu sekarang
dia melanjutkan dimana sekarang.
“Hay mba Ane bukan?” tanyaku masih gak percaya.
“Iya.. kamu Aliya kan?” tanyanya kemudian. Akupun
hanya mengangguk tanda jika pertanyaannya tadi benar. “wahh udah lama ya gak
ketemu. Mau kemana Aliya?” tanyanya kemudia. “mau mendaftar di SMA N 01 MP”
jawabku “ Wahh.. serius? Aku juga sekolah disitu. Sekarang mau di kelas 9”
jawabnya kemudian. “Wahh berarti kalo aku ditrima kita bakal satu sekolah dong?
Jawabku antusias, aku sangat senang sekali kalo bisa satu sekolah dengan Ane,
karena dia teman yang sangat baik. “Iya, oh ya ikut sama aku yuk? Aku juga mau
kesekolah nih” jawabnya kemudian. “Hmm
yaudah makasih yah..” akhirnya aku naik
kemotornya.
Sesampainya di sekolah aku langsung diantar Ane
menuju kelas pendaftaran. Kebanyakan murid-murid baru yang mendaftar dianter
sama orang tuanya. Aku sempat bingung untungnya ada Ane yang selalu siap
membantuku. Akhirnya selesai juga, batinku dalam hati. Anepun mengantarkanku
pulang, karena dia juga akan pulang kerumah.
“Makasih ya mba?” ucapku kepada Ane, “iya tenang aja
aliya.. kalau kamu disekolah butuh seesuatu tinggal kekelasku ya, aku siap
bantu kok” jawab Ane sambil tersenyum manis kepadaku. “iya kalau ketrima”
akupun bales tersenyum kepada Ane. “pasti di trima kok, nilai kamu kan bagus”
“amin..” akhirnya Anepun meminta pamit kepadaku, dan melajukan motornya lagi
meninggalkanku.
Sudah 3 hari sejak pendaftaran, dan hari ini adalah
hari hasil penerimaan siswa baru. Semoga saja aku termasuknya. Akupun meminta
bantuan ke tanteku untuk mengantarku karena dialah yang sudah mempunyai motor.
“tante anterin aku dong” jawabku baik-baik, tapi balesannya sangat menyakitkan
hatiku “makannya sekolah jangan jauh-jauh jadinya nggak ngerepotin orang lain”
jawab tanteku dengan nada ketusnya “iya tuh, sekolah yang deket aja banyak
ngapain jauh-jauh” timbal nenekku juga. Astaghfirullah haladzim... sebegitu
bencikah kalian dengan keputusanku? Mataku serasa panas, ingin rasanya
menumpahkan air mataku tapi aku tidak bisa. “cepetan ouh, jangan nglamun”
bentak tanteku membuatku tersentak dari lamunanku. Akupun cepat-cepat duduk
dibelakang tanteku.
Setelah sampai aku langsung menuju ke mading sekolah
untuk melihat apakh aku ditrima atau tidak, tapi disana terlalu ramai. Jadinya
aku harus bersabar menunggu antrian. Setelah lama menunggu akhirnya aku
mendapat giliran untuk melihat hasilnya. Akupun mencari namaku Aliya nur
maulida, dan “yeyy.....” sontak aku berteriak senang membuat orang-orang yang
berada di sampingku memandangku dengan aneh. “maaf maaf, kebawa senang” akhirnya
mereka tidak melihat kearahku lagi, akupun langsung berlari menuju tanteku yang
sudah menungguku sejak tadi. “lama amat
sih, bete tau” jawab tanteku ketus, seketika akupun menundukkan wajahku,
“kenapa gak ditrima ya? Makanya jangan coba-coba mendaftar di sekolah favorit,
lagian nekat sih” akupun sontak kaget dengan jawaban tanteku karena itu tidak
benar. “hii.. aku ke..” belum sempat aku melanjutkan ucapanku, tanteku sudah
memotong pembicaraanku. “udah lah ayo pulang” akupun menurut saja.
Sesampainya dirumah ibuku bertanya kepadaku “kok
mukanya ditekuk gitu? Emang kenapa?” tanya ibuku sehalus mungkin, membuat
hatiku sedikit tenang. “nggak papa kok bu” akupun berusaha menutupi perasaanku
kepada ibu.
Tapi sepertinya naluri seorang ibu sangat kuat, dia
tetap tahu apa yang sedang aku rasakan, “jangan pikirkan omongan orang lain,
lagian ibu dan ayah sangat mendukungmu kok. Buktikanlah pada mereka bahwa kamu
sungguh-sungguh niat sekolah disana, tunjukan prestasimu” ucapan ibu membuatku tenang, dan seketika aku
memeluk tubuh ibu dan menangis di pelukannya.
“udah-udah jangan nangis, oh ya gimana hasilnya?
Ditrima nggak?” ibupun berusaha menenangkanku, seraya bertanya hasil seleksinya
“alhamdulillah bu, ditrima” akupun kembali memeluk ibuku hingga tak terasa aku
tertidur di pelukannya.
ooO-----------------------------Ooo
hari ini hari pertama berangkat sekolah, aku masih
bingung mau berangkan menggunakan apa? Kalau pake angkutan aku belum tahu jam
berangkatnya. Akupun meminta bantuan tanteku lagi, walaupun dia mau
mengantarkanku tapi sifatnya seperti nggak ikhlas, dia selalu menyindirku
sebelum berangkat. Akupun hanya trima saja dengan ucapannya. Dan berusaha tidak
memasukkannya kedalam hati. Tapi tetap saja omongannya sangat pedas dan menusuk
hatiku. belum lagi tetanggaku yang juga selalu memojokkanku. Aku serasa sedang
diuji kesabaranku. Tapi aku hanya ikhlas. Walau hatiku ingin sekali
memberontak. Yang jadi pertanyaanku adalah apakah aku salah sekolah disitu?
Apakah aku salah jika sekolah di tempat yang lumayan jauh? Apakah mereka
menganggap aku tidak akan mampu bersekolah disitu karena sekolah itu termasuk
favorit dan yang sekolah disitu orang yang pintar-pintar? Apa salah aku? Aku
hanya ingin bersekolah di tempat yang berpendidik, yang baik, agar aku bisa
menjadi orang yang berpendidik pula. Kenapa mereka semua meremehkanku. Tapi aku
bisa apa coba?.
Satu minggu sudah aku seolah disitu, teman-temanku
sungguh baik dan juga pintar-pintar. Mereka semua memiliki cita-cita yang
sangat tinggi. Membuat mereka selalu beeusaha semaksimal mungkin dan semangat
45 untuk mewujudkan cita-citanya. Aku sangat mendukung mereka semua, karena aku
juga memiliki cita-cita yang sangat tinggi pula.
Sudah satu minggu lebih tapi aku masih saja
menyusahkan tanteku, karena selalu memintanya untuk mengantarku, walaupun dia
mau tapi aku tahu dari raut wajahnya jika dia sangat malas untuk mengantarku.
Akupun berfikir keras untuk tidak menyusahkannya lagi, karena aku tidak enak
hati kepadanya. Akupun memutuskan untuk naik angkot saja nanti pagi, karena
tidak mau lagi menyusahkan orang lain. Karena ini juga keputusanku untuk
sekolah disini, sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari rumahku jadi aku harus
menanggung konsekuensinya sendiri.
ooO-----------------------Ooo
pagi ini aku percepat berangkatku, yang biasanya
pukul 06:20 pagi sekarang pukul 06:00 pagi. Karena aku tidak mau ketinggalan
angkot.
Akupun mencium tangan ibuku dan pamit kepadanya.
Lalu kulangkahkan kakiku menuju perempatan jalan untuk menunggu angkot. Setelah
sampai, ternyata angkot belum berangkat. Syukurlah kalau begitu. Akupun duduk
di dalam angkot yang kebetulan juga sudah ada seseorang. “hayy Aliya, kamu naik
angkot juga” tanya seseorang yang membuatku kaget, akupun menengok kearah
sumber suara tadi, dan ternyata itu Ane, temanku. “ehh mba Ane, iya nih. Lagi
pengin” akupun tersenyum dan kembali sunyi lagi hingga akhirnya angkotpun mulai
berangkat.
Sesudah sampai, akupun turun dan membayar biaya
angkotnya yang hanya 2000 ribu rupiah saja. Akupun melangkahkan kakiku memasuki
gerbang dan menuju kekelas.
Ting tong ting tong bel tanda pulangpun akhirnya
berbunyi. Menandakan pelajaran hari ini sudah selesai. Akupun membereskan
bukuku yang berserakan di tas dan memasukkannya kedalam tas biruku.
“jangan lupa hari ini berangkat pramuka ya? Jangan
sampai gak berangkat soalnya ini hari pertama berangkat pramuka” oceh Lia
temanku, didepan kelas untuk mengingatkan kembali teman-teman sekelas agar
tidak lupa berangkat ekskul pramuka. “iya, kalem” jawab teman-teman serempak
tak terkeculai denganku.
Akupun berjalan keluar kelas menuju kedepan sekolah
untuk menunggu angkot disana. Suasa di depan sekolah masih sangat ramai karena
banyak orang yang akan pulang menggunakan sepedanya masing-masing. Tapi ada
juga yang menunggu jemputannya masing-masing. Akupun terus menunggu angkot yang
akan kugunakan untuk pulang. Tapi angkot yang aku tunggui tidak muncul-muncul.
Ada sih yang muncul tetapi selalu sesak dan tidak menerima penumpang lagi.
Waktupun berlalu hingga tak terasa sudah jam 1 siang. Padahal nanti jam 2 aku
harus berangkat ekskul, belum juga nyiapin keperluan buat pramuka, aku sudah
kalang kabut sekarang, hari sudah mulai siang. Sekolah sudah mulai sepi, tapi
aku belum juga pulang karena belum mendapatkan angkot sama sekali.
Akhirnya akupun memutuskan untuk berjalan kaki saja
sambil menunggu ada angkot lewat. Didalam perjalanan aku sangat takut sekali.
Sampai-sampai mataku sudah panas sekali ingin menangis. Akupun terus berjalan
sambil sesekali menyeka air mataku. Aku takut dan juga malu, mereka yang naik
motor melihatku seakan iba, tetapi mereka tidak mereka tidak menolongku dan
tidak membantuku pulang. Apakah mereka hanya simpati saja? Tapi kenapa mereka
tidak sampai empati kepadaku?
Hingga tak lama kemudian sebuah angkotpun datang,
akupun langsung melambaikan tangan dan memasukinya.
Sesampainya dirumah aku segera mempersiapkan
alat-alat pramuka dan mencuci mukaku dan meminta ibuku untuk mengantarkanku
menggunakan motor tanteku, walaupun aku sedikit tidak enak hati tapi mau gimana
lagi? Aku sudah terlambat.
Akhirnya ibuku di perbolehkan meminjam motor tanteku
asalkan dibelikan bensin terlebih dahulu, ibukupun hanya setuju saja karena
harus mengantarkan aku secepatnya.
Akupun sampai disekolah 5 menit sebelum Apel pramuka
dimulai “syukurlah” ucapku setelah sudah sampai didepan gerbang. Akupun
melangkahkan kakiku menuju kelasku.
Jam dinding kelasku sudah menunjukkan pukul 16:30
sore. Sudah saatnya untuk mengakhiri ekskul ini. Kamipun bersiap-siap untuk
pulang kerumah masing-masing. Akupun melangkahkan kakiku menuju depan sekolah
berharap ibuku sudah menjemputku.
Tapi ternyata ibuku belum menjemputku akupun duduk
di depan warung depan sekolah bersama orang-orang yang menunggu jemputan
sepertiku. Jam sudah menunjukan pukul 17:00 sore, sekolah mulai sepi.
Orang-orang yang tadinya menunggu jemputanpun sekarang mulai pulang. Tinggal
aku sendiri sekarang disini, aku takut. Akupun berniat untuk naik angkot, tapi
angkot sore-sore begini sudah tidak ada. Aku bingung sekarang, aku harus
bagaiman? Apa aku harus jalan kaki? Tapi hari sudah mulai senja, sekarang juga
sudah pukul 17:30 wib. Hampir maghrib tetapi aku belum juga pulang. Aku terus
berdo’a kepada allah agar aku dapat pulang sekarang. Aku takut sekarang, tetapi
aku sadar allah selalu ada didekatku, allah selalu ada bersamaku, jadi aku
tidak usah takut, karena aku tidak sendiri. Masih ada allah yang menemaniku.
Hingga pada akhirnyaa ada seseorang yang akan
mengantarkanku pulang, dia pemilik warung depan sekolah, dia juga sedesa
denganku tetapi aku tidak terlalu kenal, dia akan mengantarkanku kerumah. Aku
sebenarnya sedikit takut dengan orang asing, apalagi dia ingin mengantarkanku
pulang. Tapi aku harus apa? Sekarang aku harus pulang kerumah, lagian besok aku
masih sekolah. akhrnya akupun menerima tawarannya. Diapun melajukan motornya
dengan kecepatan sedang. Di tengah-tengah perjalanan dia selalu menanyaiku
diamana letak rumahku, tapi aku hanya diam saja. Mungkin aku sedikit tidak
sopan, tapi mau giamana lagi, aku masih memikirkan semua ini. Kenapa ibuku
tidak menjemputku sampai sesore ini? Apa ibu lupa? Ah tidak mungkin. Ingin
rasanya aku cepat-cepat pulang dan menanyakan semua ini? Menanyakan kenapa ibu
tidak menjemputku. Gerutu dalam hati
Sesampainya didepan gang akupun turun dan
berterimakasih kepada orang yang sudah mengantarkanku. Akupun berjalan melewati
rumah-rumah tetanggaku, ada juga yang bertanya “kok pulang sendiri? Gak
dijemput ya, kasihan sekali. Makannya sekolah tuh gak usah jauh-jauh” kata
salah satu tetanggaku. Akupun hanya tersenyum, kupingku serasa panas mendengar
perkataannya. Mataku juga sudah sangat panas, ingin sekali menangis.
Akupun masuk kedalam rumah dan melihat ibuku sedang
menyapu, hah beliau gak sibuk tapi kenapa tidak menjemputku. Pikirku dalam
hati. Setelah ibu melihatku beliaupun langsung mengahmpiriku dan memelukku
seraya menangis dipelukanku dan meminta maaf. “maafkan ibu aliya, ibu gak bisa nganter
kamu” “emang kenapa?” kataku dengan suara parau yang memang sedari tadi sudah
ingin menangis. “tadi ibu mau meminjam motornya tetapi malah dia masuk kekamar
dan menguncinya” akupun hanya tersenyum kecut mendengar semua itu. Sebegitu
jahatnyakah dia membiarkan keponakannya sendiri menunggu jemputan sendirian
didepan sekolah? memang benar sekarang keluargaku tidak memiliki kendaraan.
Tapi lihat saja nanti, aku akan belajar lebih giat agar bisa mewujudkan
cita-citaku dan menjadi orang sukses agar bisa menaikan derajat orang tuaku.
Akupun memaafkan ibuku karena dia toh gak salah. Akupun beranjak menuju kekamar
mandi untuk membersihkan tubuhku yang sudah lengket.
ooO---------------------------------------------------Ooo
aku duduk bersama teman-temanku yang dipilih untuk
mengikuti lomba. Kami semua di beri arahan terlebih dahulu oleh guru. Aku
dipilih untuk mengikuti lomba melukis tingkat kabupaten. Sedangkan anggita
teman disebelahku dipilih untuk mengikuti lomba tilawatil qu’an tingkat
kabupaten juga. Aku harus berusaha semaksimal mungkin agar dapat memenangkan
lomba ini, aku ingin membanggakan sekolahku, terutama orangtuaku. Aku juga
ingin membuktikan kepada mereka yang selalu meremehkanku bahwa aku bisa dan aku
pantas bersekolah disekolah yang favorit ini. Walaupun aku sangat lemah dengan
pelajaran hitung-hitungan setidaknya aku memiliki bakat di pelajaran seni rupa.
Setelah semua sudah diberi arahan, kamipun berangkat
ketempat perlombaan masing-masing. Aku berangkat bersama pak Andi guru
senirupaku. Setelah sampai disana aku merasa grogi dan deg-degan. Apa aku bisa
memenangkan perlombaan ini? Aku rasa peserta-peserta yang lain sangat berbakat.
Tapi aku tidak boleh putus asa, aku harus bisa dan membuktikan kesemua orang
jika aku mempunyai bakat.
Akhirnya perlombaan pun dimulai, sebelum aku
beranjak ketempat yang sudah disediakan, pak Andi menasehatiku membuatku merasa
lebih tenang dan bersemangat. Beliau berkata “melukislah apa yang kamu rasakan,
torehkan semua perasaanmu kedalam lukisanmu. Melukislah dengan rasa cinta yang
kuat, dan semangatlah” kata-kata beliau sangat menyentuh dan membuatku sedikit
tenang mendengarnya.
Akupun mulai melukiskan perasaanku kedalam
lukisanku. Aku harus telatan ketika menggoreskan warna demi warna diatas
kanvasku. Aku tidak boleh ceroboh dalam mewarnai, agar hasilnya rapi.
5,4,3,2,1 akhirnya waktupun berakhir, aku beserta
peserta-peserta yang lain menghentikan aktifitas melukisnya. Aku tidak begitu
yakin dengan lukisanku, tapi tak apalah. Anggap saja ini untuk belajar.
Juripun menilai hasil karya masing-masing peserta,
dan tiba saatnya pengumuman siapa yang akan mendapatkan juara 1,2,dan 3nya.
Akupun merasa deg-degan hingga akhirnya juri memutuskan “juara 3 di menangkan
oleh moh. Malik Ahmad dari SMA N 113” suara tepuk tanganpun sangat meriah
terdengar “dan juara 2 di menangkan oleh Aliya Nur Maulida dari SMA N 01 Merah
Putih” hah... benarkah itu yang dipanggil adalah namaku, benarkah aku juara 2?
Akupun masih tidak percaya hingga pak Andi menegurku untuk segera naik keatas
panggung. Akupun segera naik dengan hati yang sangat bahagia. Tidak
henti-hentinya aku mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT. “dan juara yang
pertama diraih oleh Rachela Paradita dari SMA N 201” sontak tepuk tanganpun
terdengar sangat meriah untuk ketiga pemenangnya termasuk aku.
Aku sangat bangga karena kerja kerasku tidak
sia-sia, aku pulang dengan membawa hadiah sejumlah uang dan piala kejuaraan
serta piagam penghargaan. Aku juga sangat senang karena bisa membanggakan nama
sekolahku.
Akupun pulang kerumah dengan hati yang sangat luar
biasa senang. Ibuku menyambutku dengan sangat senang, ayahku yang mendengar
kabar ini juga sangat bangga kepadaku. Dan sekarang nenek, bude, dan tanteku
tidak lagi meremehkanku karena aku berhasil membuktikan kepada mereka jika aku
bisa. Kugunakan uang hasil hadiah tadi untuk membeli sepeda, agar aku bisa naik
sepeda ketika berangkat sekolah dan tidak lagi merepotkan tanteku.
Aku sangat bersyukur sekali kepada Allah karena dia
aku bisa memenangkan perlombaan ini, aku tahu kok allah akan senantiasa
memberikan jalan yang terbaik untuk umatnya yang mau bekerja keras dan berdo’a
kepadanya. Dan aku akan terus berusaha untuk mencapai cita-citaku dan menjadi
orang yang sukses dikemudian hari agar bisa menaikan derajat orang tuaku. Dan
pastinya tak lupa aku akan selalu berikhtiar dan berdo’a kepada Allah semoga ia
menuntunku kejalan yang lebih baik. Aku tahu kok Allah selalu ada untukku,
dimanapun dan kapanpun aku berada.
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "Kesabaran tak akan menghianati diri - Anisatul Fadilah - Lomba Menulis Cerpen"