-->

Kesabaran tak akan menghianati diri - Anisatul Fadilah - Lomba Menulis Cerpen

Kesabaran tak akan menghianati diri.
Anisatul Fadilah.

Malam datang diikuti dengan mendung yang sedari tadi sudah menampakkan awan hitamnya. Aku berdiri di depan jendela kamarku sambil memandangi rintik-rinting hujan yang kini kian deras menyirami seisi pelataran rumahku.

Saat sedang nikmat-nikmatnya memandangi rintik-rintik hujan, ibuku memanggilku “Aliya, sini sebentar, ibu mau bicara” “Iya bu” akupun menghentikan aktifitasku sejenak lalu beranjak menuju arah ibu. Ya, namaku Aliya nur maulida. Sekarang aku sedang persiapan untuk pendaftaran di SMA, tapi aku masih bingung mau melanjutkannya dimana.

“Iya bu, ada apa” akupun duduk disebelah ibu, dan ternyata disini ada bude juga.

“Oya aliya, kamu mau jadi dimana daftar sekolahnya? Ibu sama ayah mah terserah sama kamunya. Asalkan menjadi orang yang sukses dikemudian hari” tutur ibu kepadaku. Akupun masih bingung mau mendaftar diamana. Pilihanku sebenarnya di SMA N 01 Merah Putih tapi SMA itu pilihan karena termasuk SMA favorit. Tapi aku harus segera memutuskan mau dimana aku akan mendaftar karena besok adalah hari pertama pendaftaran, dan hanya 3 hari lamanya. Jadi aku harus benar-benar memutuskan mana yang menurutku pantas untuk aku pilih. Dengan bermodalkan tekad dan niat akupun memutuskan pilihanku dengan mantap dan tegas.

“Bismilah.. aku memutuskan untuk mendaftar di SMA N 01 Merah Putih bu, insya allah itu adalah pilihanku yang tepat, dan mungkin itu salah satu jalur untuk aku menjadi sukses dikemudian hari.” Jawabku kepada ibu seraya tersenyum kepadanya, ibupun hanya tersenyum dan berkata “Amin, semoga pilihanmu tepat” jawab ibu sambil tersenyum kepadaku. Tapi tiba-tiba saja budeku meremehkan pilihanku, diapun berkata “SMA N 01 Merah Putih itu bukannya SMA pilihan ya? Dan yang masuk kesana pasti yang pinter-pinter, apa kamu bisa masuk disana?” sindir budeku seraya tersenyum kecut kepadaku. Akupun hanya tersenyum dan berkata “Insya allah, jika allah menghendaki aku bisa ditrima kok” jawabku setenang mungkin, walau sebenarnya ada rasa kecewa karena beliau tak mendukungku. “Tapi kan SMA itu jauh, kamu mau naik apa? Sepeda aja nggak punya apalagi motor?” jawab budeku yang membuat semangatku memudar. Tapi aku tetap berusaha setenang mungkin walau hatiku sudah tidak kuat menndengar perkataan budeku yang selalu memojokkanku, yang membuat nyaliku ciut. “Insya allah nanti juga ada jalan keluarnya, allah pasti memudahkan jalan seorang hambanya yang mau berusaha” jawabku setenang mungkin. Tapi budeku tak mau kalah dengan jawabanku dia terus meremehkan pilihanku dan memojokkanku, tapi aku hanya diam mendengarkan ocehannya karena aku tidak mau berdebat dengannya. Akupun memilih pergi dan menikmati aktifitasku yang tadi tertunda. Sambil memutar apa yang dikatakan budeku dan mempertimbangkan lagi dengan pilihanku. Hingga tak terasa setetes air mata menetes dipipiku. Segera kuhapus airmataku dan akupun memilih tidur karena aku sudah pusing dengan semua ini.
                                                ooO keesokan harinya Ooo

Aku terbangun dari alam mimpiku, dan kulihat sudah jam 5 pagi. Akupun bergegas bangun untuk melaksanakan sholat subuh terlebih dahulu.
Setelah selesai aku membantu ibu memasak untuk sarapan pagi. Kali ini aku dan ibu membuat nasi goreng kesukaanku dan adikku. Ibu sangat pandai memasak, semua masakan ibu sangat lezat bagiku. Tak kalah dengan masakan-masakan di restaurant yang terkenal itu.
Kamipun makan bersama-sama. Setelah selesai aku segera bersiap-siap untuk mendaftar di SMA N 01 Merah Putih, walaupun sekolah itu jauh dari rumahku tapi aku harus selalu semangat. Pejuang-pejuang kita dulu juga selalu semangat mempertahankan tanah air kita, kok kita gak semangat untuk sekolah hanya karena sekolah kita jauh? Kan ada pepatah yang bilang “tuntutlah  ilmu walaupun sejauh negeri cina” masa kita yang jauhnya hanya 5 km aja males? Yang sampe ke negeri cina aja semangat. Iya kan? Makanya kita harus semangat menuntut ilmu selagi kita mampu.
Akupun pamit kepada orang tuaku, semoga saja mereka meridhoiku dan mendukung keputusanku. Dan semoga saja aku bisa diterima di SMA itu. Aminnn....
Aku hanya membutuhkan waktu 5 menit saja untuk sampai di perempatan jalan, dari sana aku akan menggunakan angkot untuk sampai ke sekolah. kira-kira 20 menitanlah untuk sampai disekolah dan aku akan sampai disekolah sekitar jam 7 kurang 15 menit, masih mendinglah aku punya waktu 15 menit di sekolah sebelum pelajaran dimulai. Akupun berjalan seorang diri menuju perempatan, tapi tiba-tiba saja ada sebuah motor yang berhenti didepanku. Membuatku kaget seketika dan mengurungkan langkahku. Aku bingung sebenarnya siapa dia? Tapi sepertinya aku pernah lihat orang itu. Dan benar saja, ternyata dia Ane teman madrasahku dulu. Dia termasuk kaka kelasku. Tapi aku tidak tahu sekarang dia melanjutkan dimana sekarang.
“Hay mba Ane bukan?” tanyaku masih gak percaya.
“Iya.. kamu Aliya kan?” tanyanya kemudian. Akupun hanya mengangguk tanda jika pertanyaannya tadi benar. “wahh udah lama ya gak ketemu. Mau kemana Aliya?” tanyanya kemudia. “mau mendaftar di SMA N 01 MP” jawabku “ Wahh.. serius? Aku juga sekolah disitu. Sekarang mau di kelas 9” jawabnya kemudian. “Wahh berarti kalo aku ditrima kita bakal satu sekolah dong? Jawabku antusias, aku sangat senang sekali kalo bisa satu sekolah dengan Ane, karena dia teman yang sangat baik. “Iya, oh ya ikut sama aku yuk? Aku juga mau kesekolah nih”  jawabnya kemudian. “Hmm yaudah makasih yah..”  akhirnya aku naik kemotornya.
Sesampainya di sekolah aku langsung diantar Ane menuju kelas pendaftaran. Kebanyakan murid-murid baru yang mendaftar dianter sama orang tuanya. Aku sempat bingung untungnya ada Ane yang selalu siap membantuku. Akhirnya selesai juga, batinku dalam hati. Anepun mengantarkanku pulang, karena dia juga akan pulang kerumah.
“Makasih ya mba?” ucapku kepada Ane, “iya tenang aja aliya.. kalau kamu disekolah butuh seesuatu tinggal kekelasku ya, aku siap bantu kok” jawab Ane sambil tersenyum manis kepadaku. “iya kalau ketrima” akupun bales tersenyum kepada Ane. “pasti di trima kok, nilai kamu kan bagus” “amin..” akhirnya Anepun meminta pamit kepadaku, dan melajukan motornya lagi meninggalkanku.
Sudah 3 hari sejak pendaftaran, dan hari ini adalah hari hasil penerimaan siswa baru. Semoga saja aku termasuknya. Akupun meminta bantuan ke tanteku untuk mengantarku karena dialah yang sudah mempunyai motor. “tante anterin aku dong” jawabku baik-baik, tapi balesannya sangat menyakitkan hatiku “makannya sekolah jangan jauh-jauh jadinya nggak ngerepotin orang lain” jawab tanteku dengan nada ketusnya “iya tuh, sekolah yang deket aja banyak ngapain jauh-jauh” timbal nenekku juga. Astaghfirullah haladzim... sebegitu bencikah kalian dengan keputusanku? Mataku serasa panas, ingin rasanya menumpahkan air mataku tapi aku tidak bisa. “cepetan ouh, jangan nglamun” bentak tanteku membuatku tersentak dari lamunanku. Akupun cepat-cepat duduk dibelakang tanteku.
Setelah sampai aku langsung menuju ke mading sekolah untuk melihat apakh aku ditrima atau tidak, tapi disana terlalu ramai. Jadinya aku harus bersabar menunggu antrian. Setelah lama menunggu akhirnya aku mendapat giliran untuk melihat hasilnya. Akupun mencari namaku Aliya nur maulida, dan “yeyy.....” sontak aku berteriak senang membuat orang-orang yang berada di sampingku memandangku dengan aneh. “maaf maaf, kebawa senang” akhirnya mereka tidak melihat kearahku lagi, akupun langsung berlari menuju tanteku yang sudah menungguku sejak tadi.  “lama amat sih, bete tau” jawab tanteku ketus, seketika akupun menundukkan wajahku, “kenapa gak ditrima ya? Makanya jangan coba-coba mendaftar di sekolah favorit, lagian nekat sih” akupun sontak kaget dengan jawaban tanteku karena itu tidak benar. “hii.. aku ke..” belum sempat aku melanjutkan ucapanku, tanteku sudah memotong pembicaraanku. “udah lah ayo pulang” akupun menurut saja.
Sesampainya dirumah ibuku bertanya kepadaku “kok mukanya ditekuk gitu? Emang kenapa?” tanya ibuku sehalus mungkin, membuat hatiku sedikit tenang. “nggak papa kok bu” akupun berusaha menutupi perasaanku kepada ibu.
Tapi sepertinya naluri seorang ibu sangat kuat, dia tetap tahu apa yang sedang aku rasakan, “jangan pikirkan omongan orang lain, lagian ibu dan ayah sangat mendukungmu kok. Buktikanlah pada mereka bahwa kamu sungguh-sungguh niat sekolah disana, tunjukan prestasimu”  ucapan ibu membuatku tenang, dan seketika aku memeluk tubuh ibu dan menangis di pelukannya.
“udah-udah jangan nangis, oh ya gimana hasilnya? Ditrima nggak?” ibupun berusaha menenangkanku, seraya bertanya hasil seleksinya “alhamdulillah bu, ditrima” akupun kembali memeluk ibuku hingga tak terasa aku tertidur di pelukannya.
                                                ooO-----------------------------Ooo
hari ini hari pertama berangkat sekolah, aku masih bingung mau berangkan menggunakan apa? Kalau pake angkutan aku belum tahu jam berangkatnya. Akupun meminta bantuan tanteku lagi, walaupun dia mau mengantarkanku tapi sifatnya seperti nggak ikhlas, dia selalu menyindirku sebelum berangkat. Akupun hanya trima saja dengan ucapannya. Dan berusaha tidak memasukkannya kedalam hati. Tapi tetap saja omongannya sangat pedas dan menusuk hatiku. belum lagi tetanggaku yang juga selalu memojokkanku. Aku serasa sedang diuji kesabaranku. Tapi aku hanya ikhlas. Walau hatiku ingin sekali memberontak. Yang jadi pertanyaanku adalah apakah aku salah sekolah disitu? Apakah aku salah jika sekolah di tempat yang lumayan jauh? Apakah mereka menganggap aku tidak akan mampu bersekolah disitu karena sekolah itu termasuk favorit dan yang sekolah disitu orang yang pintar-pintar? Apa salah aku? Aku hanya ingin bersekolah di tempat yang berpendidik, yang baik, agar aku bisa menjadi orang yang berpendidik pula. Kenapa mereka semua meremehkanku. Tapi aku bisa apa coba?.
Satu minggu sudah aku seolah disitu, teman-temanku sungguh baik dan juga pintar-pintar. Mereka semua memiliki cita-cita yang sangat tinggi. Membuat mereka selalu beeusaha semaksimal mungkin dan semangat 45 untuk mewujudkan cita-citanya. Aku sangat mendukung mereka semua, karena aku juga memiliki cita-cita yang sangat tinggi pula.
Sudah satu minggu lebih tapi aku masih saja menyusahkan tanteku, karena selalu memintanya untuk mengantarku, walaupun dia mau tapi aku tahu dari raut wajahnya jika dia sangat malas untuk mengantarku. Akupun berfikir keras untuk tidak menyusahkannya lagi, karena aku tidak enak hati kepadanya. Akupun memutuskan untuk naik angkot saja nanti pagi, karena tidak mau lagi menyusahkan orang lain. Karena ini juga keputusanku untuk sekolah disini, sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari rumahku jadi aku harus menanggung konsekuensinya sendiri.
                                                ooO-----------------------Ooo
pagi ini aku percepat berangkatku, yang biasanya pukul 06:20 pagi sekarang pukul 06:00 pagi. Karena aku tidak mau ketinggalan angkot.
Akupun mencium tangan ibuku dan pamit kepadanya. Lalu kulangkahkan kakiku menuju perempatan jalan untuk menunggu angkot. Setelah sampai, ternyata angkot belum berangkat. Syukurlah kalau begitu. Akupun duduk di dalam angkot yang kebetulan juga sudah ada seseorang. “hayy Aliya, kamu naik angkot juga” tanya seseorang yang membuatku kaget, akupun menengok kearah sumber suara tadi, dan ternyata itu Ane, temanku. “ehh mba Ane, iya nih. Lagi pengin” akupun tersenyum dan kembali sunyi lagi hingga akhirnya angkotpun mulai berangkat.
Sesudah sampai, akupun turun dan membayar biaya angkotnya yang hanya 2000 ribu rupiah saja. Akupun melangkahkan kakiku memasuki gerbang dan menuju kekelas.

Ting tong ting tong bel tanda pulangpun akhirnya berbunyi. Menandakan pelajaran hari ini sudah selesai. Akupun membereskan bukuku yang berserakan di tas dan memasukkannya kedalam tas biruku.
“jangan lupa hari ini berangkat pramuka ya? Jangan sampai gak berangkat soalnya ini hari pertama berangkat pramuka” oceh Lia temanku, didepan kelas untuk mengingatkan kembali teman-teman sekelas agar tidak lupa berangkat ekskul pramuka. “iya, kalem” jawab teman-teman serempak tak terkeculai denganku.
Akupun berjalan keluar kelas menuju kedepan sekolah untuk menunggu angkot disana. Suasa di depan sekolah masih sangat ramai karena banyak orang yang akan pulang menggunakan sepedanya masing-masing. Tapi ada juga yang menunggu jemputannya masing-masing. Akupun terus menunggu angkot yang akan kugunakan untuk pulang. Tapi angkot yang aku tunggui tidak muncul-muncul. Ada sih yang muncul tetapi selalu sesak dan tidak menerima penumpang lagi. Waktupun berlalu hingga tak terasa sudah jam 1 siang. Padahal nanti jam 2 aku harus berangkat ekskul, belum juga nyiapin keperluan buat pramuka, aku sudah kalang kabut sekarang, hari sudah mulai siang. Sekolah sudah mulai sepi, tapi aku belum juga pulang karena belum mendapatkan angkot sama sekali.
Akhirnya akupun memutuskan untuk berjalan kaki saja sambil menunggu ada angkot lewat. Didalam perjalanan aku sangat takut sekali. Sampai-sampai mataku sudah panas sekali ingin menangis. Akupun terus berjalan sambil sesekali menyeka air mataku. Aku takut dan juga malu, mereka yang naik motor melihatku seakan iba, tetapi mereka tidak mereka tidak menolongku dan tidak membantuku pulang. Apakah mereka hanya simpati saja? Tapi kenapa mereka tidak sampai empati kepadaku?
Hingga tak lama kemudian sebuah angkotpun datang, akupun langsung melambaikan tangan dan memasukinya.
Sesampainya dirumah aku segera mempersiapkan alat-alat pramuka dan mencuci mukaku dan meminta ibuku untuk mengantarkanku menggunakan motor tanteku, walaupun aku sedikit tidak enak hati tapi mau gimana lagi? Aku sudah terlambat.
Akhirnya ibuku di perbolehkan meminjam motor tanteku asalkan dibelikan bensin terlebih dahulu, ibukupun hanya setuju saja karena harus mengantarkan aku secepatnya.
Akupun sampai disekolah 5 menit sebelum Apel pramuka dimulai “syukurlah” ucapku setelah sudah sampai didepan gerbang. Akupun melangkahkan kakiku menuju kelasku.
Jam dinding kelasku sudah menunjukkan pukul 16:30 sore. Sudah saatnya untuk mengakhiri ekskul ini. Kamipun bersiap-siap untuk pulang kerumah masing-masing. Akupun melangkahkan kakiku menuju depan sekolah berharap ibuku sudah menjemputku.
Tapi ternyata ibuku belum menjemputku akupun duduk di depan warung depan sekolah bersama orang-orang yang menunggu jemputan sepertiku. Jam sudah menunjukan pukul 17:00 sore, sekolah mulai sepi. Orang-orang yang tadinya menunggu jemputanpun sekarang mulai pulang. Tinggal aku sendiri sekarang disini, aku takut. Akupun berniat untuk naik angkot, tapi angkot sore-sore begini sudah tidak ada. Aku bingung sekarang, aku harus bagaiman? Apa aku harus jalan kaki? Tapi hari sudah mulai senja, sekarang juga sudah pukul 17:30 wib. Hampir maghrib tetapi aku belum juga pulang. Aku terus berdo’a kepada allah agar aku dapat pulang sekarang. Aku takut sekarang, tetapi aku sadar allah selalu ada didekatku, allah selalu ada bersamaku, jadi aku tidak usah takut, karena aku tidak sendiri. Masih ada allah yang menemaniku.
Hingga pada akhirnyaa ada seseorang yang akan mengantarkanku pulang, dia pemilik warung depan sekolah, dia juga sedesa denganku tetapi aku tidak terlalu kenal, dia akan mengantarkanku kerumah. Aku sebenarnya sedikit takut dengan orang asing, apalagi dia ingin mengantarkanku pulang. Tapi aku harus apa? Sekarang aku harus pulang kerumah, lagian besok aku masih sekolah. akhrnya akupun menerima tawarannya. Diapun melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Di tengah-tengah perjalanan dia selalu menanyaiku diamana letak rumahku, tapi aku hanya diam saja. Mungkin aku sedikit tidak sopan, tapi mau giamana lagi, aku masih memikirkan semua ini. Kenapa ibuku tidak menjemputku sampai sesore ini? Apa ibu lupa? Ah tidak mungkin. Ingin rasanya aku cepat-cepat pulang dan menanyakan semua ini? Menanyakan kenapa ibu tidak menjemputku. Gerutu dalam hati
Sesampainya didepan gang akupun turun dan berterimakasih kepada orang yang sudah mengantarkanku. Akupun berjalan melewati rumah-rumah tetanggaku, ada juga yang bertanya “kok pulang sendiri? Gak dijemput ya, kasihan sekali. Makannya sekolah tuh gak usah jauh-jauh” kata salah satu tetanggaku. Akupun hanya tersenyum, kupingku serasa panas mendengar perkataannya. Mataku juga sudah sangat panas, ingin sekali menangis.
Akupun masuk kedalam rumah dan melihat ibuku sedang menyapu, hah beliau gak sibuk tapi kenapa tidak menjemputku. Pikirku dalam hati. Setelah ibu melihatku beliaupun langsung mengahmpiriku dan memelukku seraya menangis dipelukanku dan meminta maaf. “maafkan ibu aliya, ibu gak bisa nganter kamu” “emang kenapa?” kataku dengan suara parau yang memang sedari tadi sudah ingin menangis. “tadi ibu mau meminjam motornya tetapi malah dia masuk kekamar dan menguncinya” akupun hanya tersenyum kecut mendengar semua itu. Sebegitu jahatnyakah dia membiarkan keponakannya sendiri menunggu jemputan sendirian didepan sekolah? memang benar sekarang keluargaku tidak memiliki kendaraan. Tapi lihat saja nanti, aku akan belajar lebih giat agar bisa mewujudkan cita-citaku dan menjadi orang sukses agar bisa menaikan derajat orang tuaku. Akupun memaafkan ibuku karena dia toh gak salah. Akupun beranjak menuju kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang sudah lengket.
                                    ooO---------------------------------------------------Ooo
aku duduk bersama teman-temanku yang dipilih untuk mengikuti lomba. Kami semua di beri arahan terlebih dahulu oleh guru. Aku dipilih untuk mengikuti lomba melukis tingkat kabupaten. Sedangkan anggita teman disebelahku dipilih untuk mengikuti lomba tilawatil qu’an tingkat kabupaten juga. Aku harus berusaha semaksimal mungkin agar dapat memenangkan lomba ini, aku ingin membanggakan sekolahku, terutama orangtuaku. Aku juga ingin membuktikan kepada mereka yang selalu meremehkanku bahwa aku bisa dan aku pantas bersekolah disekolah yang favorit ini. Walaupun aku sangat lemah dengan pelajaran hitung-hitungan setidaknya aku memiliki bakat di pelajaran seni rupa.
Setelah semua sudah diberi arahan, kamipun berangkat ketempat perlombaan masing-masing. Aku berangkat bersama pak Andi guru senirupaku. Setelah sampai disana aku merasa grogi dan deg-degan. Apa aku bisa memenangkan perlombaan ini? Aku rasa peserta-peserta yang lain sangat berbakat. Tapi aku tidak boleh putus asa, aku harus bisa dan membuktikan kesemua orang jika aku mempunyai bakat.
Akhirnya perlombaan pun dimulai, sebelum aku beranjak ketempat yang sudah disediakan, pak Andi menasehatiku membuatku merasa lebih tenang dan bersemangat. Beliau berkata “melukislah apa yang kamu rasakan, torehkan semua perasaanmu kedalam lukisanmu. Melukislah dengan rasa cinta yang kuat, dan semangatlah” kata-kata beliau sangat menyentuh dan membuatku sedikit tenang mendengarnya.
Akupun mulai melukiskan perasaanku kedalam lukisanku. Aku harus telatan ketika menggoreskan warna demi warna diatas kanvasku. Aku tidak boleh ceroboh dalam mewarnai, agar hasilnya rapi.
5,4,3,2,1 akhirnya waktupun berakhir, aku beserta peserta-peserta yang lain menghentikan aktifitas melukisnya. Aku tidak begitu yakin dengan lukisanku, tapi tak apalah. Anggap saja ini untuk belajar.
Juripun menilai hasil karya masing-masing peserta, dan tiba saatnya pengumuman siapa yang akan mendapatkan juara 1,2,dan 3nya. Akupun merasa deg-degan hingga akhirnya juri memutuskan “juara 3 di menangkan oleh moh. Malik Ahmad dari SMA N 113” suara tepuk tanganpun sangat meriah terdengar “dan juara 2 di menangkan oleh Aliya Nur Maulida dari SMA N 01 Merah Putih” hah... benarkah itu yang dipanggil adalah namaku, benarkah aku juara 2? Akupun masih tidak percaya hingga pak Andi menegurku untuk segera naik keatas panggung. Akupun segera naik dengan hati yang sangat bahagia. Tidak henti-hentinya aku mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT. “dan juara yang pertama diraih oleh Rachela Paradita dari SMA N 201” sontak tepuk tanganpun terdengar sangat meriah untuk ketiga pemenangnya termasuk aku.
Aku sangat bangga karena kerja kerasku tidak sia-sia, aku pulang dengan membawa hadiah sejumlah uang dan piala kejuaraan serta piagam penghargaan. Aku juga sangat senang karena bisa membanggakan nama sekolahku.
Akupun pulang kerumah dengan hati yang sangat luar biasa senang. Ibuku menyambutku dengan sangat senang, ayahku yang mendengar kabar ini juga sangat bangga kepadaku. Dan sekarang nenek, bude, dan tanteku tidak lagi meremehkanku karena aku berhasil membuktikan kepada mereka jika aku bisa. Kugunakan uang hasil hadiah tadi untuk membeli sepeda, agar aku bisa naik sepeda ketika berangkat sekolah dan tidak lagi merepotkan tanteku.

Aku sangat bersyukur sekali kepada Allah karena dia aku bisa memenangkan perlombaan ini, aku tahu kok allah akan senantiasa memberikan jalan yang terbaik untuk umatnya yang mau bekerja keras dan berdo’a kepadanya. Dan aku akan terus berusaha untuk mencapai cita-citaku dan menjadi orang yang sukses dikemudian hari agar bisa menaikan derajat orang tuaku. Dan pastinya tak lupa aku akan selalu berikhtiar dan berdo’a kepada Allah semoga ia menuntunku kejalan yang lebih baik. Aku tahu kok Allah selalu ada untukku, dimanapun dan kapanpun aku berada. 
0 Comments for "Kesabaran tak akan menghianati diri - Anisatul Fadilah - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top