-->

Please, Jangan Tinggalkan Ku Sendiri - Ani Susanti - Lomba Menulis Cerpen

Please, Jangan Tinggalkan Ku Sendiri
Ani Susanti

”Ayaaaah…! Ayah bangun! Ayo bangun!!!” aku terus saja menangis dan mengoyang-goyangkan badan ayahku agar dia terbangun. “sudahlah sayang, Ayah mu sudah kembali pada Sang kuasa. Ini semua sudah takdir. Kamu harus tabah dan sabar menerimanya. Sekarang kita doakan saja agar ayahmu tenang di alam sana. Ibu yakin, kamu kuat kok! Kan masih ada ibu disini.”. ucap ibu padaku agar aku bisa menerima semua ini.
Pagi ini aku terbangun lebih awal dari biasanya. Aku langsung ke dapur dan melihat ibu yang baru saja selesai masak. “Pagi sayang! Tumben pagi-pagi begini sudah bangun. Ayo sini makan bareng ibu”. Ucap ibu padaku. “Pagi juga bu! Ayah mana? Kok tidak makan bareng kita?”. Tanyaku pada ibu. “Sayang, ayah kamu kan sudah tidak ada seminggu yang lalu. Kamu lupa ya? Ayo sini duduk samping ibu”. Ucap ibu sambil mengusap air matanya dan memeluk ku. Hm, aku tanpa sadar menanyakan ayah yang sudah tiada. Mungkin aku belum terbiasa hidup tanpa ayah, karena biasanya ayah selalu menyambutku setiap kali aku bangun tidur dan kami selalu makan bersama setiap hari. Hari ini rumah nampak sepi nan sunyi tanpa ada kebisingan suara televisi siaran bola yang biasa ayah tonton dan sekarang ibu pergi berjualan di pasar untuk menanggung beban hidup kami berdua setelah ayah pergi. Seminggu lagi liburan sekolah akan usai dan aku akan memasuki sekolah baru sebagai siswa baru di junior hingh school cremea tidak jauh dari rumahku.
“Linda sayang, ayo bangun! Nanti kamu telat loh pergi kesekolah. Masa sih siswa baru udah telat. Itu sekolah yang menerapkan kedisiplinan yang kuat loh. Ayo cepat bangun!”. Seru ibu sambil menggoyang-goyangkan badanku agar aku terbangun. “iya bu, Linda udah bangun kok!”. Jawabku sambil meregangkan badanku sehabis tidur. Akupun langsung mengambil handuk lalu mandi dan bersiap-siap kesekolah. “Ibu, Linda pergi sekolah dulu ya!” seruku pada ibu sambil memakai sepatu di depan teras. “Sayang, makan dulu! Ini udah ibu siapin di meja makan”. Jawab ibu. “Enggak usah bu! Udah telat nih”. Jawabku. “ya sudah, tapi bawa bekal ini. Hati-hati di jalan ya sayang!”. Ucap ibu sambil datang menghapiriku untuk memberikan bekal. “baik bu. Dah ibu!”. Jawabku sambil mengecup tangannya lalu pergi dengan berlari-lari karena takut telat.
Teeettt! Teeeettt! Teeett! Bunyi bel telah terdengar dan aku telah sampai di depan gerbang. “syukurlah tepat waktu”. ucapku dalam hati. Akupun segera masuk gerbang dengan nafas yang masih ter-engah engah karena berlarian dan untung saja pintu gerbang belum di tutup oleh pak satpam penjaga gerbang sekolah. Siswa barupun berkumpul dan diberikan arahan serta di bagikan kelas masing-masing. Aku masuk kelas tujuh dua bersama Resma sahabatku dari SD.. Kelas kami berada di lantai dua, Sehingga kami harus naik tangga dulu untuk sampai disana. Aku duduk satu meja dengannya. Bahagia bisa satu kelas lagi dengan sahabatku.
Teeet! Teeet! Teeet! Bel pulangpun telah berbunyi. Saatnya kami pulang kerumah masing-masing. Resma di jemput oleh ayahnya, sedangkan aku pulang berjalan kaki. Setelah ganti baju aku langsung pergi kepasar menemui ibuku untuk membantunya. “Hai bu!”. Sambutku pada ibu. “Hai juga sayang, udah pulang ya. Gimana sekolahnya?”. Tanya ibu padaku. “iya bu, sudah. Hm, cukup menyenangkan bu!”. Gimana jualannya bu? Kelihatannya laku nih!’. Tanyaku balik pada ibu. “Alhamdzulillah sayang, jualan hari ini laris. Lihat kue-kuenya tinggal sedikit. Hm, lebih baik sekarang kita pulang saja. Ibu juga sudah capek nih. Ayo bantu ibu bawa tas ini!”. Seru ibu padaku sambil meyodorkan tasnya. “Baik bu!”. Jawabku singkat.
Malam ini, aku teringat ayah. Di depan jendela aku melihat langit yang begitu indah di hiasi oleh bulan dan bintang-bintang. Biasanya ayah mengajakku keluar untuk melihatnya dan dia memberitahuku nama beberapa bintang, salah satunya bintang Serius. Dia adalah bintang yang paling terang. Tapi kata ayah, bintang yang sangat terang itu memancarkan energi yang sangat terang pula, sehingga memperpendek umurnya. Aku ingin sekali bisa menjadi seperti bintang serius. Walau mempunyai umur waktu yang singkat, tapi ia sangat berguna dan sangat indah dalam menghiasi langit malam. Aku ingin bisa berguna untuk orang-orang yang aku sayangi.
Skotlandia, 20 November 2012
Dear diary
Langit begitu indah
Ditemani bulan yang begitu terang
Dan bintang-bintang yang berkelap kelip menghiasi malam
Linda sayang ayah
Semoga ayah di sana senang
Dan nyaman disisi Tuhan
Tak terasa tiga tahun telah berlalu tanpa ayah. Ibu sudah punya toko kue baru, sehingga ibu tak perlu lagi berjualan di pasar. Saat ku untuk melanjutkan ke jenjang sekolah selanjutnya nih! Tapi aku masih bingung mau masuk sekolah yang mana. Aku ingin sekali masuk senior high school claundia. Tapi sekolah tersebut berada di luar kota dan merupakan sekolah berasrama. Aku mendapat surat panggilan dari sekolah tersebut tanpa tes. Tapi aku juga tak ingin meninggalkan ibuku sendirian di rumah setelah ayah pergi meninggalkan kami tiga tahun yang lalu. Aku mencoba bicara pada ibu tentang sekolah tersebut. Ibu hanya bisa bilang “itu terserah kamu sayang. Ibu memang tak ingin jika kamu jauh dari ibu, apalagi hingga ke luar kota. Tapi ibu juga tidak bisa mencegah dan memaksa kamu untuk tidak sekolah di sana. Itu adalah pilihanmu dan itu mungkin yang terbaik untukmu. Ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu sayang”. Aku putuskan untuk tidak menerima tawaran itu. Aku memilih sekolah di senior high school florince tak jauh dari rumah ku. Setidaknya aku bisa membantu dan menjaga ibu di rumah. Aku tak ingin pisah jauh dari ibu. Walau aku harus mengorbankan sekolah impianku selama ini.
Menjadi siswa baru di senior high school florince pun di mulai. Masa orientasi di hari pertama membuatku sangat kesal. Ada kakak kelas sebagai student council SMA tersebut yang sewenang-wenang meyuruhku ini itu. Yaa, aku tau dia salah satu yang membimbing siswa baru di sekolah ini. Tapi kenapa harus aku yang dia mainkan. Aku sangat benci menari, tapi dia malah meyuruhku menari di depan semua orang. Itu membuatku sangat malu, apalagi semua orang tertawa melihatku. Aku membencinya. Sangat sangat membencinya. Jika aku boleh memohon, aku tak ingin bertemu dengannya lagi.”gerutuku dalam hati”. Keesokannya saat makan siang, dia datang padaku. Memberikan sebatang coklat dan bilang “Sorry ya atas kejadian kemarin. Aku gak bermaksud mempermalukanmu. Maaf juga udah buat kamu menangis kemarin. Aku benar-benar tak bermaksud begitu. Aku hanya ingin membuat suasana ceria dan aku tau siapa yang bisa membuat itu semua. Aku dengar kamu adalah siswa yang mendapat ranking pertama dalam memasuki sekolah ini. Dan aku mau tau kemampuanmu di bidang lain. Sekali lagi aku minta maaf ya. Please jangan masukin ke dalam hati kejadian kemarin”. Ucap dia padaku dengan wajah yang menyesal. “iya tidak apa-apa kok! Aku udah maafin kok. Aku tak marah pada kakak. Aku hanya kesal karena kakak udah bikin aku malu di depan semua orang”. Jawabku dengan jutek. Aku pun segera bergegas pergi meninggalkannya di taman sekolah.
Hari terus berlalu, ternyata aku semakin dekat dengan kakak itu. Namanya Rhido. Aku tak menyangka ternyata dia baik dan perhatian. Dia mengajarkanku banyak hal.  Yang paling tak ku sangka, dia juga jago masak. Wow! Jarangkan zaman sekarang cowok suka masak. Setiap hari di sekolah aku menghabiskan banyak waktu bersamanya. Belajar bersama, bermain basket, membuat karya ilmiah dan menjaga klinik karena kami juga anak PMR.  Walau kami kakak dan adik kelas, tapi kami bisa selalu bersama di luar jam pelajaran. Malam ini aku jadi teringat ayah kembali setelah beberapa tahun yang lalu. Aku menemukan laki-laki yang mirip ayah. Baik dan perhatian. Aku duduk di teras depan rumahku sambil melihat langit yang bergejola di hiasi oleh bintang-bintang.
Dear diary
Angin malam meniup bulu-bulu tanganku
Dingin, membuatku kaku
Ayah aku rindu padamu
Aku menemukan seseorang yang mirip denganmu
Semoga dia yang terbaik untukku
Sebagai bintang yang bisa menghiasi hatiku

Hari ini aku tak melihat kak Ridho di manapun. Aku telah mencari kesudut-sudut sekolah, tapi aku tetap saja tak menemukannya. Begitu sepi tanpa ada canda dan tawanya. Hm, aku termenung duduk di kursi taman sekolah sehabis pulang sekolah. “Hai! Hayo lagi ngelamunin siapa?”. Resma tiba-tiba datang dan mengejutkanku. “Hm, apa! Aku tak ngelamunin siapa-siapa kok. Kamu dari mana? Tumben baru muncul setelah sekian lama tak kelihatan batang hidungnya. Mentang-mentang udah beda kelas nih ya, dan sepertinya udah ada cowok baru nih!”. Sindirku padanya. “He he! Sorry sorry, setiap hari aku melihat kamu sibuk dengan tugasmu dan sibuk juga dengan kakak itu. Siapa namanya, hm,,, Kak do, hah Kak Ridho! Jadi aku gak mau ganggu deh!”. Sindir Resma padaku. “siapa juga yang sibuk dengan kak Ridho. Kebetulan saja eskul kami sama. Jadi kami punya waktu latihan untuk eskul bersama-sama.”. jawabku dengan cemberut. “iya deh, iya deh. Percaya aja deh sama sahabatku yang genius ini. Hehe!”. Jawab resma dengan tawa.
Tak terasa waktu cepat berlalu. Hari-hariku begitu banyak cerita dan warna-warna yang indah selama SMA. Kak ridho yang selalu melukis warna-warna itu sekarang sudah harus melanjutkan ke jenjang study selanjutnya. Akupun harus merelakannya untuk masa depannya. Terakhir kali aku bertemu dengannya yaitu sehari sebelum UN. Dia minta doakan supaya UNnya lancar dan universitas yang dia impikan bisa tergapai. Setelah itu, aku tak pernah melihat dan mendengar kabarnya. Aku sangat merindukan canda dan tawanya. Perasaan yang aneh muncul saat ku dekat dengannya. “Apakah ini yang dinamakan CINTA?” pikir ku. “Hah apa-apaan sih aku! Kenapa aku berfikir seperti itu. Haaaaaaah!!! Stop stop stop! Berhenti mikirin dia!!!” tiba-tiba aku ngomel dengan sendirinya.
“Ning nong! Ning nong!” Handphone ku bergetar pertanda ada pesan masuk. “hah, nomor baru. Siapa ya ?” pikirku dalam hati. Aku mencoba membuka pesan itu. “Assalamualaikum wr.wb.  Hai Linda! Gimana nih kabarnya? Kakak harap baik-baik saja. Sebelumnya kakak minta maaf kalau selama ini kakak enggak ada kabar, itu bukan sengaja. Tapi setelah UN kemarin kakak langsung dapat panggilan dari Universitas Harvad, dan kakak harus langsung pergi kesana tanpa sempat memberitahumu terlebih dahulu. Maafin kakak ya. Dan makasih berkat doamu kakak bisa lulus menjadi siswa dengan nilai terbaik dan masuk universitas yang kakak impikan yaitu Universitas Harvad. Sekali lagi kakak minta maaf ya!”
By : Ridho Saputra

“Hah, dari kak Ridho!” Akupun segera membalas pesan tersebut.
“Wa’alaikumsalam wr.wb. alhamdzulillah baik kak. Kakak gimana di sana? Oh gitu ya kak, iya enggak papa kok. Linda juga ngerti kok walaupun Linda sempat nyari kakak kemana-mana tapi gax ketemu. Linda kira kakak enggak mau lagi ketemu Linda. Congratulation ya kak! Jaga diri kakak baik-baik di sana.”

Jawab pesan singkatku pada kak Ridho. Waktu demi waktu terus terlewati. Dan kini akhirnya aku berada pada ujung perjalananku di SMA ini, tanpa kak Ridho yang sudah lama tak ada kabar lagi setelah pesan terakhir waktu itu. Hari-hari ku terasa berbeda dan hampa tanpanya. Tapi aku tetap berusaha untuk tidak merasakan apa-apa, rasa yang dulu pernah muncul kini telah kulupan bersama masa yang telah lalu.

Aku menjadi lulusan terbaik di sekolahku pada ujian akhir dan mendapat beasiswa ke Universitas Harvad perguruan tinggi impianku. Bersamaan dengan itu, ibuku pergi meninggalkanku menjemput ayah di surga. ‘Ibuuuu..!!! Ibuuuu….!!!” Aku terus saja menangis dan terus menangis. Rasa pedih, sakit dan hampa pun menyelimuti perasaanku dengan semua kejadian itu. “hidup ini tiadalah berguna lagi. Orang-orang yang kusayangi satu per satu telah pergi meninggalkan ku”. Pikirku dalam hati saat hati ku merintih.

“Please,,, jangan tinggalkan ku sendiri”. Pesan ku pada Tuhan.
0 Comments for "Please, Jangan Tinggalkan Ku Sendiri - Ani Susanti - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top