DI
BAWAH LANGIT
PUTRI
MELANI
Hallo, perkenalkan nama ku Muhammad Dika.Biasanya aku dipanggil
oleh teman-temanku di Solo “ Dika “.
Aku hidup bersama ibu dan adik perempuanku bernama “ Adel “, ayahku telah
meninggal sewaktu dia ingin pergi kerumah sakit untuk menjenguk ibuku ketika ia
melahirkan adikku adel. Saat itu juga ayahku meninggal karena mengalami
kecelakaan sewaktu aku kecil. Aku dan keluarga sekarang tidak lagi tinggal di
Solo, sekarang kami pergi ke Jakarta untuk mencari hidup yang lebih baik. Kami
adalah golongan keluarga miskin, yang hidup untuk makan sehari-haripun susah.
Dari kecil ibuku banting tulang untuk mencari nafkah, aku dari kecil sudah
terbiasa membantu ibuku bersama dengan menjaga adikku. Sekarang aku telah beranjak dewasa, dan
saatnya sekarang aku berusaha yang mencari nafkah untuk ibu dan adikku karena
aku sekarang adalah tulang punggung keluarga.
Alarm berbunyi menunjukan pukul 05.00 WIB, aku
terbangun dan aku langsung melaksanakan kewajiban didalam hukum agamaku yaitu Shalat. Sewaktu kecil aku sudah
dibiasakan oleh Almarhum ayahku untuk melaksanakan Shalat, aku selalu diajakan
untuk bersedekah walaupun kami termasuk orang yang susah. Dan aku selalu
diajarkan untuk berbuat kebaikan, dan begitupun dengan sekolah, ayahku sangat
menginginkan ku untuk menjadi orang yang sukses kelak sehingga aku bisa merubah
nasib keluargaku. Setelah shalat, aku selalu berolahraga yaitu dengan lari-lari
didaerah sekitar rumah yang kumuh ini. Setelah itu, aku baru membersihkan
badanku dari keringat-keringat sehatku ini.“
Kelak aku menjadi apa? Apakah aku bisa membuat ibuku dan Almarhum ayahku
bangga? “ kalimat yang selalu ada dibenakku. Setelah aku membersihkan diri,
akupun bersiap-siap untuk pergi makan dan pamitan untuk kesekolah.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk kesekolah
baruku di SMA UNGGULAN 1 JAKARTA, aku bisa bersekolah disini karena mendapatkan
beasiswa, dan aku merasa sedikit gugup hari ini. “ Apakah ada yang ingin berteman dengan anak miskin sepertiku disekolah
baruku ini? “ pikiranku. Langkah pertama kakiku telah memasuki gerbang
sekolah, lalu akupun langsung mencari ruangan kepala sekolah. “ Maaf, permisi ya mau nanya. Ruangan kepala
sekolah dimana ya? “ tanyaku kepada salah satu siswa di SMA Unggulan 1
Jakarta. Kemudian, iapun menunjukan arah ruangan kepala sekolah. “ Baiklah, terimakasih “ jawabku.
Langkah kakiku terus maju, sesampai diruangan kepala sekolah. “ Permisi “ ucapku sambil mengetuk
pintu. “ Iya, silahkan masuk “ jawab
kepala sekolah. Akupun melangkah keruangan kepala sekolah dengan rasa percaya
diri. “ Assalammualaikum “ ucapku. “ Iya, selamat pagi nak. Oh, ini yang
mendapatkan beasiswa itu. Benar? “ Tanya kepala sekolah. “ Iya pak benar, nama saya Muhammad Dika
pak. Saya sangat senang dan sangat berterimakasih karena saya bisa diterima di
SMA ini “ jawabku. “ Kamu boleh
langsung masuk kekelasmu, buk Ima ini adalah murid baru dikelas XI.IPA 3 dan
silahkan nak Dika, kamu bisa mengikuti buk Ima karena ini adalah jamnya
sekarang “ ucap kepala sekolah. “
Baik pak, terimakasih banyak. Permisi pak “ jawabku.
Akupun melangkah dengan kakiku menuju kelas
baruku yaitu XI.IPA 3. Buk Ima masuk kekelas bersamaku, “ Selamat pagi anak-anak “ ucap buk Ima. “ Selamat pagi buk “ ucap serentak siswa kelas XI.IPA 3. “ Baiklah anak-anak, ibu disini tidak
sendiri. Ini adalah murid baru dikelas ini. Baiklah nak, perkenalkan nama kamu
sekarang “ ucap buk Ima. “ Baiklah
buk, baiklah teman-teman perkenalkan nama saya Muhammad Dika. Kalian bisa
memanggil saya Dika. Saya pindahan dari SMA Negeri 1 Solo. Terimakasih “ ucap
ku dengan penuh percaya diri. Setelah memperkenalkan diri, buk Ima
memperbolehkan ku duduk disamping anak perempuan bernama Nia Lestari. Saat aku
menuju ketempat duduk, Nia terlebih dulu memberikan senyumannya dan menyapa “ Hallo “ kepadaku.
Waktu belajarpun telah habis, sekarang adalah
waktunya untuk beristirahat. “ Hai,
perkenalkan nama gue Nia “ ucap Nia sambil tersenyum. “ Hai Nia, aku Dika “ ucapku. “
Loh ternyata dari SMA Negeri 1 Solo ya. Itukan salah satu SMA Favorit dan
Unggulan juga disana? Berarti loh ini termasuk siswa berprestasi ya? “
Tanya Nia. “ Iya aku dari SMA Negeri 1 Solo, tidak kok aku siswa biasa seperti
kalian semua “ jawabku. “ Kenapa loh
pindah Dika? Padahalkan itu salah satu SMA Unggulan juga? “ Tanya Nia. “ Aku dan keluargaku memutuskan pindah ke
Jakarta, dan sekolah ku di Solo memberiku untuk dapat bersekolah disini “
jawabku. “ Eh, berarti loh ini
mendapatkan beasiswa diSMA ini? Waw, selamat ya. Oh iya, seandainya loh punya
masalah tentang SMA ini seperti dimana lokasi perpustakaan dan lain sebagainya
kamu jangan sungkan-sungkan untuk bertanya kegue. Oke? “ ucap Nia. “ Terimakasih ya Nia, kamu memang sangat
baik “ jawabku. “ Ayo kita makan
kekantin “ ajak Nia. “ Maaf Nia,
sebenarnya aku sudah membawa makanan dan minuman dari rumah. Kamu mau? “ sambil
mengambil dan membuka kotak makanan. “
Loh selalu membawa makanan dan minuman dari rumah ya Dik? Waw, ibu loh pasti
sangat menyayangi loh “ ucap Nia. “
Ayo kamu mau makan? Ini terjamin sehatnya karena ini buatan rumah “ jawabku.
“ Boleh? “ Tanya Nia. “ Iya, ayo Nia “ ucapku. “ Wah, masakan ibu loh ini sumpah
benar-benar enak Dika “ ucap Nia. Setelah makan, akupun ingin
keperpustakaan untuk membaca dan meminjam buku, dikarenakan aku tidak sanggup untuk membeli buku kecuali hanya
meminjam dan memperpanjang waktu dari perpustakaan. “ Oh ya Nia, perpustakaan dimana ya? “ tanyaku. “ Loh mau kesana? Ya ayo, gue sekalian ikut
kesana “ jawab Nia. Sambil menuju perpustakaan, kami bicara cukup banyak. “ Eh kapan-kapan gue boleh dong main kerumah
loh? Gue mau makan masakan ibu loh lagi. Masakan ibu loh itu memang benar-benar
enak, nyokap gue mah mana bisa masak seenak dan selezat itu “ ucap Nia. “ Iya boleh, tapi kamu pasti tidak nyaman
dirumahku. Karena rumah kami sangat kecil Nia “ jelasku. “ Ya ampun dika, loh kira gue ini anaknya
pilih-pilih teman gitu? Gini ya, kasta itu bukan hal yang gue utamakan dalam
berteman. Siapapun boleh saja berteman dengan gue, lohkan teman gue jadi loh
jangan sampai berpikiran seperti itu dika “ ucap Nia. “ Aku tidak bermaksud seperti itu Nia, aku hanya takut nanti kamu tidak
mau kerumah ku lagi karena melihat kondisi rumahku seperti itu “ jelasku. “ Ya udah, mending kita langsung masuk ajak
keperpustakaan “ ajak Nia. Kamipun masuk keperpustakaan dan aku meminjam
beberapa buku dari perpustakaan.
Bel pun berbunyi, menandakan siswa untuk masuk
kekelas masing-masing. Pelajaran selanjutnya akan dimulai. Waktu terus
berjalan, saatnya waktu pulang. Kami semua bersiap untuk pulang, salampun
serentak kami ucapkan bersamaan kemudian seluruh siswa dikelas diperbolehkan
untuk pulang. Akupun keluar dari gerbang sekolah, “ Dika “ teriak Nia dengan menghentikan mobilnya. Akupun berhenti
meneruskan jalanku menuju rumah. “ Ayo
pulang bareng gue, sekalian gue mampir kerumah loh. Gimana? “ ajak Nia. “ Tidak, terimakasih Nia. Nanti lain waktu
saja kamu main kerumahku “ jawabku. “
Baiklah, tapi setidaknya loh harus mau pulang bareng gue sebagai awal
pertemanan kita. Loh harus mau! “ seru Nia. Dengan terpaksa akupun masuk
kemobil Nia, dan niapun mengantarku pulang. “
Disini saja Nia “ ucapku. “ Rumah loh
dimana? “ Tanya Nia. “ Masuk kedalam
gang itu Nia, mobil tidak bisa masuk. Baiklah, terimakasih yak karena kamu
telah mengantarku pulang kerumah “ ucapku. “ Baiklah, sampai ketemu besok ya dika “ ucap Nia. Akupun keluar
dari mobil Nia, dan meneruskan jalanku kerumah. Dan Nia mengikutiku sampai
dirumah tanpa sepengetahuanku, sesaat dijalan aku melihat botol tergeletak
dijalan lalu aku mengambilnya untuk dibuat sesuatu kemudian dijual. “ Untuk apa dika mengambil botol bekas dan
kotor itu? “ ucap didalam hati Nia. Dikapun telah sampai dirumahnya, “ Oh jadi ini rumah Dika? Mengapa dia harus
malu untuk menunjukan rumahnya. Gue senang berteman dengan dia “ ucap
didalam hati Nia. Niapun terus mengawasi Dika dari kejauhan, “ Assalamualaikum. Ibuk adek, kakak sudah
pulang ini “ teriakku. Kemudian ibukupun membuka pintu, “ Kamu bawa botol? Botol itu untuk apa nak?
“ Tanya ibu sambil membukakan pintu rumah. “ Oh ini, botol itu untuk tugas buk. Hari ini hari pertamaku masuk
sekolah, tetapi sudah ada tugas saja “ gurauku. Nia terus mengawasi ku, “ Tugas? Mengapa dia berbohong kepada
ibunya? Padahalkan tidak ada tugas tentang membuat apapun dari botol bekas? “
ucap Nia didalam hati. Tidak lama kemudian, Nia pun memutuskan kembali kemobil
dan pulang kerumahnya. “ Sebenarnya untuk
apa botol itu? Masa iya gue besok harus nanyain itu kedia, nanti gue ketahuan
dong kalo gue mengikuti dia sampai rumah? Ya udahlah, jangan gue pikirkan “ ucap
Nia sendiri didalam mobil.
Aku duduk diluar dan melihat adikku bermain
diluar, ketika melihat adikku itu aku mendapatkan inspirasi untuk membuat
sesuatu yang berguna dari botol bekas itu. Selain dapat dijual, aku juga bisa
menghias rumah dengan botol bekas itu. Setelah mendapatkan ide itu, aku pun
kemudian pengumpulkan banyak botol dirumah. Dan lalu aku membuat berbagai macam
dari botol bekas itu, seperti pot tanaman, kotak pensil, mobil-mobilan dan lain
sebagainya. Setelah membuatnya akupun meminta adakah cat-cat bekas tetangga
yang sudah tidak dipakai. Berhubung disebelah rumah ada yang baru selesai
membuat rumah akhirnya aku memutuskan untuk kesana. Dan ternyata aku
mendapatkan cat berbagai banyak warna. Akupun kemudian pulang dan mengecat apa
yang telah ku buat. Diwaktu kosong, selain aku memanfaatkan waktuku untuk
belajar aku juga terus membuat apapun dari botol yang bisa menghasilkan uang.
Hampir setiap hari aku melakukan itu, dan sehingga bisa terkumpul cukup banyak.
Kemudian, aku memberanikan diri untuk kepinggir jalan dengan mambawa hasil yang
telah ku buat. Dipinggir jalan dengan dilapisi tikar aku duduk disana sambil
menunggu adakah pembeli yang ingin membeli hasil karyaku ini.
Waktu terus berjalan, akupun bosan menunggu
lalu aku memutuskan untuk pulang. Selagi aku membereskan karya-karyaku, “ Maaf nak, ini karya botol-botol dijual? “
Tanya seorang bapak. “ Oh iya pak, ini
dijual dan harganya tidak mahal pak “ jawabku. “ Perkenalkan nak, nama bapak Hermawan. Kebetulan, bagaimana kalau anda bekerja sama dengan saya? “ ucap
pak Hermawan. “ Kerjasama? Maksudnya
bagaimana itu pak? “ tanyaku. “
Begini saja, sebaikanya anda besok datang kekantor saya pukul 14.00 WIB. Saya
permisi, besok saya tunggu ya “ ucap pak Hermawan sambil memberikan kartu
nama. “ Baiklah pak “ jawabku.
Keesokan harinya akupun datang kealamat kantor
sesuai dengan kartu nama yang telah diberikan kepadaku kemarin. “ Permisi mbak, mau tanya apakah disini ada
yang bernama bapak Hermawan? “ tanyaku. “
Apakah anda sudah membuat janji dengan beliau? “ tanya salah satu staff
dikantor. “ Kemarin pak Hermawan
menyuruhku datang kemari, ini mbak bukti kartu nama yang beliau berikan kepada
saya kemarin “ ucapku. “ Baiklah sebaiknya
anda tunggu sebetarnya “ jawab salah satu staff dikantor. Setelah lama
menunggu, akhirnya aku diperbolehkan masuk kedalam ruangan pak Hermawan. “ Assalamualaikum “ ucapku. “ Silahkan masuk nak “ jawab pak
Hermawan. Akupun masuk keruangan kantor, dan dipersilhkan duduk oleh pak
Hermawan. “ Baiklah nak langsung saja,
kemarin saya melihat karya-karya yang anda buat. Itu menarik bagi saya,
sehingga saya memutuskan untuk bekerja sama dengan anda dalam memperjualkan
karya-karya anda itu. Bagaimana? “ ucap pak Hermawan. “ Jadi bapak ingin memperluas hasil saya ini pak? “ tanyaku. “ Ya, lebih tepatnya seperti itu nak.
Bagiamana anda tertarik? “ tanya pak Hermawan. Aku tanpa berpikir panjang
lagi menyetujuinya, “ Baiklah nak, ini
adalah kontrak kita. Sebaiknya anda baca dengan teliti dulu baru ditanda tangan
“ ucap pak Hermawan. Akupun membacanya dengan teliti, setelah itu aku
menanda tangan kontrak itu. “ Jadi, sudah
berapa banyak hasil yang anda buat? “ tanya pak Hermawan. “ Sudah cukup banyak pak, sebagian sudah
dicat dan sebagiannya lagi belum dicat karena belum ada catnya “ jelasku. “ Berapa banyak yang telah selesai dicat nak
dan siap untuk dipasarkan? “ tanya pak Hermawan. “ Sekitar 50 buah hasil karya saya sudah siap pak untuk dipasarkan,
dari pot bunga, kotak pensil dan lain sebagainya “ jelasku. “ Baiklah ini isinya uang nak, dan 50 buah
hasil karya anda besok akan saya ambil. Bagimana? “ tanya pak Hermawan. “ Apakah anda bersungguh-sungguh pak?
Baiklah pak, terimakasih banyak pak “ ucapku. Setelah itu, aku pulang
kerumah sambil membawa uang yang telah diberikan pak Hermawan kepadaku.
Sesampai dirumah, aku langsung memberitahu
ibuku. Dan ibuku sangat senang mendengar kabar ini. Keesokan harinya, pak
Hermawan datang kerumah ku dengan alamat yang telah ku berikan kepadanya
kemarin. Kemudian 50 buah karyaku itu telah ku bawa bersama pak Hermawan
kedalam mobilnya. Dan karya-karyaku itu siap untuk dipasarkan. Setiap hari aku
memanfaatkan waktu luang ku setelah belajar untuk membuat karya yang baru lagi
dan menghasilkan uang yang banyak untuk ibu dan adikku.
Satu tahun kemudian, aku telah mendapatkan
uang yang banyak dari karya-karyaku dan membuat ibu dan adikku bangga. Aku
telah bisa membelikan rumah yang layak untuk kami tinggal dengan hasilku ini.
Dan saat kelulusan sekolah, aku mendapatkan nilai tertinggi disekolah. Dan aku
mendapatkan beasiswa di Universitas Indonesia dibidang jurusan Kedokteran.
Kabar inipun membuat ibu, adikku dan sekolah bangga kepadaku.
Beberapa tahun kemudia, sekarang aku telah
menjadi seorang dotker dan telah membuat ibu dan almarhum ayahku bangga
kepadaku. Aku Muhammad Dika telah
menggapai kesuksesanku.
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "DI BAWAH LANGIT - PUTRI MELANI - Lomba Menulis Cerpen"