Gladiator Kampus
Dicky Madikatama
Terik
matahari siang ini serasa menggigiti seluruh permukaan entigumen ku, lelah letih kurasakan siang ini, aliran air yang
masuk kedalam tenggorokan ku pun tak bisa lagi menyegarkan dahagaku.
“Masih semangat kalian dek?” Teriak salah seorang seniorku.
“Masih bang.!!!!!” Balas kami dengan
penuh semangat.
Padahal rasanya inginku bersandar
dan merebahkan tubuhku sejenak, sekedar mengendorkan otot-ototku yang mulai
kaku karena seharian mengikuti PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi
Mahasiswa Baru) disalahsatu universitas negeri ternama di kotaku. Baru beberapa
hari aku berada disini, tapi seluruh tubuhku terasa sudahkebas mati rasa.Jangankan untuk bergerak membawa tubuh kerempeng ini,untuk memejamkan mataku
saja sepertinya aku tak mampu lagi.
“hari
ini ku tinggalkan rumahku, rame-rame bersama denganmu..” ucap kami
menyanyikan lagu mars kebanggaan jurusan kami.
“kurang kuat suaranya dek..!!” teriak bang Mursa wakil panitia
PKKMB.
Rasanya ingin ku teriak sekuat
tenaga mendengar ucapan seniorku itu, bukan karena teriakannya yang
membangkitkan semangat, tapi teriakannya semakin membuat hati ini semakin panas
dan rasanya semua orang inginku pukul saja dengan tanganku ini. Dari pagi kami
telah berada dikampus, serta malamnya telah kelelahan dan strees berat,
pasalnya kami hanya diberikan waktu satu malam untuk menyediakan peralatan dan
bahan PKKMB, sebelum mengikuti PKKMB kami diwajibkan mengikuti kegiatan pra-ospek, disinilah nyali kami di uji.
Bentakan dan teriakan seniorku selalu menggema didalam pikiran, mungkin suara
ini telah terbenamdidalam memori ingatan kami, hingga seisi ruangan ini terasa
penuh sesak oleh bentakan dan teriakan mereka.
“hei..kau
yang tertawa disana, cepat kemari...!!!!” pinta salah seorang senior kepada
wanita yang ada didepanku. “kenapa kamu tertawa disana? Ada yang lucu ...hah?” ucapnya lagi dengan angkuh.
Wanita itu pun berjalan kedepan
kelas sambil menghadap kearah kami, dengan wajah pucat ketakutan ia terus
menundukkan kepalanya, sambil sesekali menatap kearah kami seperti ingin
meminta tolong. Tapi kami tak peduli, gladiator
ison fire now! Membantu itu sama saja bunuh diri bagi kami, tapi bagi
mereka this is show time disinilah
waktu mereka untuk membully,
kesalahan sedikit akan menjadi sebuah bencana besar disini.
“Duduk kamu disini.!!!” Perintahnya
sambil mengambil sebuah kursi. “kita apakan dia dek?? Tanyanya kepada kami.
Kami bingung untuk menjawab apa,
disatu sisi dia juga teman kami, tapi disisi lain kami akan dihukum jika tidak
menjawab pertanyaan mereka dan akhirnya kami pun memilih untuk diam.
“Kalau aku tanya kalian jawab dek...!!!” bentaknya sambil memukul
meja.
(semua
orang hanya tertunduk ketakutan sambil sesekali mencoba untuk menatap kearah
depan)
“Ada orang gak disini...!!!!!!!!!
jawab pertanyaanku tadi...woi...!!!!”
teriaknya keras memecah keheningan kami.
“Ada bang..” jawab salah seorang
dari kami dengan nada pelan.
“Jadi kita apakan dia?? Kita hukum
ya, setuju?? Ucapnya sambil menatap kami dengan sangar.
Tiba-tiba tanpa kusadari, entah setan apa yang merasuki tubuhku
dengan lantang aku membela temanku itu, sembari memohon agar dia tidak dihukum.
“Jangan bang.!!! Dia itu teman kami..!!! teriak ku dengan lantang dari
kursi paling belakang.
“Siapa tadi yang bicara?? Maju
kedepan cepat.!!!” Pintanya sambil berjalan mencari sumber suara yang
menentangnya tadi.
Sial ternyata giliranku untuk
dikerjai mereka, padahal niatku hanya untuk menolong temanku itu, tapi mengapa
sekarang jadi aku yang dikerjai mereka. Dengan membusungkan dada aku maju
kedepan kelas, untuk menolong temanku itu.
“Siapa kau berani-beraninya ngomong
kayak gitu?” tanya nya padaku.
“Saya temannya bang, saya ingin membawa dia kembali bergabung bersama kami”
jawabku dengan tenang.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka
mendorongku dan mencoba membuat nyali ku ciut,
tapi mereka salah besar, itu semakin menambah keberanianku untuk menentang
mereka. Dengan berani aku teriak sekeras mungkin membangkitkan semangat
teman-temanku, serta mengajak temanku yang laki-laki untuk berdiri dan
membantuku untuk membawa teman kami yang akan dihukum agar kembali bergabung
bersama kami. Akhirnya karena keberanianku itu, aku dicalonkan sebagai salah
satu kandidat calon komisaris tinggi (komting) stambuk jurusan kami untuk tahun
2016. Salah seorang senior kami pun meminta maaf kepadaku, ia berkata bahwa itu
tadi hanya menguji mental kami, mereka tak bermaksud untuk memarahi atau
mengerjai kami. Tapi, bagiku itu sama saja hanya mereka melakukan kamuflase agar tidak terkesan seperti bully, jadi mereka mengatakan ini hanya
sebuah pembelajaran untuk kami.
Itu semua bagiku sama saja, serigala
tetaplah serigala meskipun mereka memakai balutan kulit domba disekujur
tubuhnya semua itu masih tampak sama. Beginilah potret kehidupan pemuda disini,
yang kuat serta tegar lah yang akan hidup sedangkan mereka yang lemah akan
terus ditindas dan diinjak-injak. Sungguh tragis memang, dijaman yang telah
modern ini masih saja ada pemikiran primitif seperti itu. Disaat banyak kampus
yang lain berlomba-lomba membuat ospek secara kreatif inovatif disini masih
sangat jauh tertinggal, entah apa yang ada dipikiran mereka. Mungkin hanya
pelampiasan dendam mereka karena dulu mereka juga diperlakukan sama seperti
ini, bahkan mungkin lebih parah lagi dari saat ini. Untung saja kami masih
dilindungi oleh undang-undang, jika tidak mungkin saja kami tak dapat lagi
menghirup udara segar esok hari. Bagaimana tidak, suasana disini masih sangat
mencekam penuh dengan dendam. Kepala kami sengaja di plontoskan agar mereka dapat mengenali kami dengan mudah, dimanapun
dan kapanpun kami pasti selalu mereka berikan hukuman dan tidakan-tindakan yang
mempermalukan kami. Bahkan, makan pun kami harus memilih tempat karena jika
tidak kami akan menjadi bulan-bulanan mereka. Tapi karena ingin mengejar
cita-cita serta membahagiakan orangtua, aku pun masih tetap tegar menghadapi
semua ini.
Dua minggu berlalu dari ospek yang
sangat menyeramkan itu, aku pun kini telah resmi menjadi mahasiswa di salahsatu
universitas negeri kebanggaan provinsi ini. Lepas dari siksaan mahasiswa baru,
lagi-lagi kami harus dihadapkan dengan gladiator yang lebih beringas lagi
mereka sering dijuluki dengan Aslab.
Mungkin jika kita menyebutkan kata ini, langit seakan-akan bergetar dan bumi
berguncang dengan kuatnya. Begitulah maha dahsyatnya Aslab di fakultas ini,
bahkan dosen pun masih kalah dengan mereka. Sungguh luar biasa kekuatan yang
diperlihatkan mereka, sebelum masuk laboratorium kami harus membuat kontrak
hidup kami dengan mereka diatas materai. Jika sekali saja melanggar kontrak ini
maka kami akan hancur lebur bagai puing-puing debu yang berhamburan
kesana-kemari.
Deadline selalu menghantui kami,
kebingungan mencari bahan praktikum pun juga menjadi kambing hitam yang harus
kami persalahkan jika nilai kami mengalami minus. Satu bulan kuliah disini
seperti 7 tahun rasanya, tidur tak nyenyak makan pun juga tak enak. Begitulah
yang kami rasakan setiap mahasiswa baru di sini, hal inilah yang membuat tubuh
kami mudah terserang oleh penyakit. Tapi mereka pun tak peduli sedikit pun
tentang kesehatan kami, tenaga serta otak kami pun diperas habis hingga tersisa
sedikit untuk kami sekedar menikmati hidup yang penuh dengan tantangan ini.
Ketika aku mulai nyaman dengan
aktivitas ku ini, tak ku sangka aku terkena penyakit yang membuatku tak dapat
memasuki laboratorium kimia untuk sementara waktu. Hal ini pun pasti mengganggu
aktivitasku untuk beberapa tahun kedepan, jika aku teruskan untuk melanjutkan
kuliah disini maka kesehatanku akan terancam sedangkan jika aku melepaskan
kuliah disini maka aku mendapatkan kerugian besar karena telah melepaskan
kampus yang sangat luar biasa ini.
Kebimbangan pun hadir dihadapanku
memperlihatkan segala kemungkinan-kemungkinan yang membuatku semakin terpuruk,
ditambah lagi aku gagal diterima disalahsatu perusahaan BUMN ternama di
kabupatenku. Semua ini terjadi secara bersamaan, tak ada lagi hal yang dapat
aku harapkan untuk masa depanku kini. Hari-hariku semakin terpuruk, hidupku
mulai gelisah aku tak dapat melanjutkan kuliah ku disini dan juga tidak
memiliki pekerjaan.
Seminggu telah berlalu aku masih
saja mengalami keputusasaan hingga akhirnya aku menemukan titik terang setelah
mengingat kedua orangtuaku, aku sadar hidupku masih belum berakhir aku harus
berjuang untuk mencapai segala cita-citaku. Aku harus terus berusaha lebih
keras lagi membawa mimpiku hingga berada dipangkuanku. Dan akhirnya aku
diberitahu oleh salah seorang temanku bahwa aku dapat mengajukan permohonan
pindah jurusan ke salahsatu jurusan yang tidak membuatku masuk kedalam
laboratorium kimia.
Dengan wajah yang bahagia aku
kembali kekampusku tercinta sembari mengkhayalkan masa depanku akan kembali
kehadapanku, sesampainya dikampus aku langsung melapor ke wakil dekan 1, akan
tetapi saya diminta untuk menunggu hingga uts berakhir. Dan hari itu pun tiba,
dengan semangat aku kembali menghadap untuk memohon perpindahan ku kesalahsatu
jurusan lain yang ada di kampus ini. Tapi bukan seperti yang kubayangkan,
ternyata aku diminta mengajukan permohonan mengundurkan diri, ini kembali
menghancurkan harapanku.
Kemudian aku pun terus merenungi
nasibku sepanjang hari, ini kegagalanku utnuk yang kesekian kalinya. Gladiator
kampus itu pun tak hanya senior, aslab dan teman-temanku bahkan gladiator itu
juga kini telah merasuki birokrasi kampus, yang tanpa belas kasihan langsung
mengahancurkan mimpi-mimpiku.
Setelah keputusasaan ini kembali
melanda, ada sebuah harapan yang muncul kembali dihadapanku. Aku menemukan
salah satu kampus swasta terbaik yang dengan ramah menyambutku, tak seperti
kampusku yang dulu, disini aku disambut dengan hangat dan penuh keramahan. Aku
pun memulai kehidupan baruku dan mencoba memulai merangkai mimpi-mimpiku
kembali yang telah hilang beberapa waktu yang lalu. Aku yakin Allah selalu
bersamaku, dan pasti dibalik kesusahan ini aku akan menemukan kebahagiaan yang
telah Allah persiapkan untukku dimasa yang akan datang. Terus berdoa dan
berusaha itulah salahsatu kunci untuk mendapatkan kesuksesan dan inilah saatnya
aku merubah hidupku untuk menjadi lebih baik lagi.
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "Gladiator Kampus - Dicky Madikatama - Lomba Menulis Cerpen"