KARENA AKU DI BULLY
Shinta Nur Pratiwi Ramadhani
Waktu bergulir begitu cepat layaknya bola yang terus
menggelinding di jalan yang curam hingga tak ada satu detik pun yang tersisa
untuk berfikir apakah ini nyata, itulah yang ada di benak Syafa saat ini. Belasan
tahun ia lalui kehidupan yang pedih dengan penderitaan penyakit yang bahkan ia
sendiri tak tahu nama nya hingga tidak mengerti apa yang terjadi. Syafa
terpenjara dalam pikirannya sendiri setiap kali mengingat yang telah terjadi
pada dirinya.
Sejak kecil Syafa mengidap penyakit yang cukup aneh,
Syafa akan menjerit-jerit seperti orang kesakitan tanpa sebab ketika ia tertidur pulas dan setiap kali itu terjadi ia
berada di alam bawah sadarnya, hingga ketika banyak orang bertanya kepadanya ‘mengapa
Syafa menjerit dan menangis di tengah malam yang sunyi’ ia merasa bingung harus
menjawab apa karena ia tak pernah merasa bahwa ia telah mengerang kesakitan
sebelumnya. Hingga tak sedikit orang yang menertawakan keanehan Syafa, mengira
bahwa Syafa memiliki gangguan jiwa. Bahkan saudaranya mengira bahwa Syafa
mengidap penyakit jiwa. Syafa selalu berusaha menyembunyikan penyakitnya di
hadapan teman-teman sekolahnya sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar hingga
Menengah Pertama. Tapi sejak berada di bangku Sekolah Menengah hal itu mulai
berubah, ada satu teman yang tahu tentang penyakitnya, hanya dialah
satu-satunya teman Syafa yang mengetahui semua hal tentang Syafa. Dia adalah
Raja. Ketika banyak orang terus menghina Syafa karena kekurangannya hanya Raja yang
selalu disamping Syafa untuk terus memberikan semangat kepadanya. Bagi Raja
kekurangan bukanlah penghalang baginya untuk sukses.
Suatu ketika Syafa hadir di forum diskusi masyarakat
sekitar, disitu Syafa ditanya cita-citanya. Syafa pun menjawab dengan sangat
bersemangat
“Saya
ingin menjadi seorang dosen, dan saya juga ingin jadi seorang penulis.”
Sontak
suasana menjadi riuh karena hampir semua orang tertawa mendengar pernyataan
Syafa. Satu-satunya orang yang tidak tertawa adalah orang tua Syafa sendiri.
Tiba-tiba ada seorang ibu setengah baya yang berkata
“Nduk, apa kamu mampu jadi dosen? Jadi
dosen itu setidaknya harus sekolah sampai S2, lihatlah kondisi keluarga mu. Mau
makan saja susah masak mau sekolah tinggi-tinggi.”
Mendengar
perkataan ibu itu Syafa terkejut, karena ditengah forum itu juga hadir orang
tuanya. Syafa sangat sedih bukan karena ia ditertawakan banyak orang tapi
karena ia membuat orang tuanya malu. Kenyataan itu yang membuat dada Syafa
terasa terhimpit, kenyataan bahwa kedua orang tuanya sering dipermalukan karena
dirinya. Dan ia sadar bahwa ia telah banyak membuat kedua orang tuanya berada
dalam kesulitan.
Masa SMA telah usai, usaha Syafa
selama tiga tahun terbayar lunas dengan hasil nilai ujian Syafa yang mendapat
predikat A. Orang tua Syafa sangatlah bahagia mengetahui hasil ujian Syafa.
Namun keadaannya sebaliknya terjadi pada Syafa, ia sangat sedih dan bingung
bagaimana ia harus melanjutkan langkah hidupnya. Ia sangat ingin melanjutkan
sekolahnya ke jenjang perguruan tinggi namun Syafa ingat dengan perkataan
seorang Ibu yang pernah merendahkannya dulu, Syafa sebenarnya membenarkan dalam
hati bahwa kondisi ekonomi keluarganya yang tidak bisa membuat Syafa
melanjutkan studinya. Syafa sempat stress memikirkan hal itu. Namun takdir baik
yang tak pernah disangka oleh Syafa menjemputnya melalui Raja.
Ketika
Syafa tengah melamun sendiri di tepi danau dekat rumahnya, tiba-tiba Raja
datang menghampirinya.
“Hai
Syafa” suara Raja membuat Syafa sedikit tersentak
“Eh
Raja. Ada apa kog tiba-tiba datang? Dan kamu tahu dari mana aku disini?”
“Tadi
aku kerumahmu kata ibu mu kamu ada disini jadi aku langsung kesini.”
“Oh,
eh bentar pertanyaan ku belum kamu jawab. Kamu ada apa tiba-tiba mau ketemu
aku?”
“Aku
bawa kabar gembira, tapi sebelumnya aku minta maaf ya kalau aku udah lancang. Sebenarnya
waktu aku mengurus berkas kuliah ku ke Jakarta, aku lihat ada info seleksi
beasiswa untuk masuk ke universitas jadi aku memutuskan untuk mendaftarkan kamu
kesitu. Pengumumannya itu tadi pagi dan ternyata kamu diterima di universitas yang
sama dengan ku dengan beasiswa karena nilai ujian kamu berpredikat A.” Jelas
Raja panjang lebar dan sangat bersemangat.
Mendengar
itu sesaat mata Syafa tak berkedip, jantungnya serasa berhenti berdetak. Tak
lama kemudian Syafa sadar dari lamunannya. Syafa sangat senang dan sangat
berterima kasih pada Raja, karena berkat Raja ia dapat mewujudkan impiannya untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Akhirnya Syafa dapat melanjutkan studinya. Sejak ia
masuk kehidupan perkuliahan Syafa harus berpisah dengan kedua orang tua nya
karena jarak Universitas dengan rumah nya cukup jauh jadi Syafa memutuskan
untuk menyewa tempat dan tinggal disana selama masa kuliahnya. Sejak saat itu
pula Syafa menyadari betapa berharga nya waktu bersama orang tuanya. Setiap
kali Syafa merasa lelah dan menyerah karena merasa berat harus kuliah sambil
kerja, ia selalu ingat bahwa tujuannya seperti ini adalah demi kedua orang tuanya.
Suatu hari pengumuman hasil ujian telah dibagikan.
Syafa tak menyangka bahwa hasil nilai ujiannya dibawah rata-rata, ia
benar-benar tak tahu harus bagaimana. Syafa sangat kecewa dan takut karena
nasib beasiswanya juga bergantung pada nilai yang ia dapat. Syafa kalut
memikirkan apa yang harus ia perbuat, Syafa mengerti bahwa ia memang kurang
fokus pada kuliah nya tapi ia tidak tahu harus bagaimana.
Kringgg…
ditengah lamunannya Syafa dikagetkan oleh ponselnya yang berdering
“Selamat
siang. Apakah benar ini dengan saudari Syafa Auliya?”
“Iya
benar.”
“Saudari
Syafa, anda mendapat panggilan untuk segera ke Bagian Kemahasiswaan perihal
beasiswa. Saya harap anda sekarang dapat segera kesini.”
“Iya
Pak, saya segera kesana.” Jantung Syafa berdegup lebih kencang setelah
mendengar pemberitahuan itu, ia merasa akan ada kabar yang tidak baik untuknya.
Dan benar saja, sesampainya di Bagian Kemahasiswaan Syafa langsung diberi
peringatan oleh pengurus beasiswa. Syafa diperingatkan karena nilainya dibawah
rata-rata, dan jika itu terjadi lagi maka ia akan dikeluarkan dari program
beasiswa tersebut. Syafa sangat sedih, ia bingung harus bagaimana.
Keceriaan Syafa tiba-tiba menghilang, hal itu
dirasakan oleh Raja. Raja mengerti apa yang terjadi pada Syafa dan Raja berusaha
untuk terus menghiburnya. Beban yang ditanggung Syafa terlihat ringan tetapi
sebenarnya beban itu terus menghimpit pikiran Syafa. Raja tak pernah mengira
akan melihat Syafa dalam keadaan terpuruk seperti itu.
“Syafa,
kamu tidak seharusnya begini. Bagaimana pun keadaannya pasti ada hikmah dari kejadian
itu dan pasti ada nikmat yang masih tersimpan dalam keadaan seperti itu hanya
saja kamu belum menyadari nya.”
“Aku
merasa benar-benar tak berdaya sekarang. Aku tidak bisa melakukan apa-apa jika
beasiswa ku itu dicabut. Mungkin benar kata orang kalau aku bermimpi terlalu
tinggi.” Syafa berkata dengan suara terbata-bata.
“Syafa,
sadarlah ada nikmat yang kamu harus tetap syukuri meski itu kecil. Dengan kamu
diperingatkan dari Kemahasiswaan kamu kan jadi tahu apa kesalahan mu. Itu lah
nikmat yang harus kamu syukuri, kamu masih memiliki kesempatan untuk
memperbaikinya. Dan buktikan pada mereka yang telah menghina mimpi-mimpi mu
bahwa kamu bisa meraihnya.” Raja berusaha membuka pikiran Syafa dan berharap
usahanya kali ini berhasil.
Syafa merenungkan perkataan Raja
kepada nya. Pikirannya mulai terbuka. Ia kemudian berusaha bangkit untuk keluar
dari masalah yang ia hadapi. Syafa menjadi lebih sibuk karena sekarang
mengikuti beberapa lembaga kemasyarakatan, ia juga sering mengikuti forum
diskusi dan mengikuti berbagai ajang perlombaan.
Sejak saat itu Syafa mulai berubah, ia menunjukkan
prestasinya dengan menjuarai berbagai perlombaan. Waktu terus bergulir cepat
hingga kini Syafa telah menyelesaikan gelar Sarjana dengan nilai cumlaude. Tanpa disangka Tuhan memberi
kesempatan Syafa untuk melanjutkan studi S2 dengan beasiswa, semua itu berkat
prestasi yang diraih Syafa selama ini. Tuhan sungguh adil, sekarang Syafa
akhirnya bisa membuat kedua orang tuanya bangga dengan prestasinya.
Syafa berhasil membuktikan kepada orang-orang yang
merendahkannya dulu bahwa ia dapat meraih cita-citanya. Kini Syafa telah
menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi ternama di Yogyakarta bahkan ia
telah menerbitkan beberapa buku karangannya. Bahkan dengan usaha dan kerja kerasnya
ia dapat mengangkat derajat keluarganya di tengah masyarakat hingga tidak ada
lagi yang menghina keluarganya. Syafa sangat mensyukuri semua hal yang telah
terjadi pada dirinya, ia sadar bahwa hinaan dan cercaan orang selama ini
membuat Syafa lebih kuat menghadapi kerasnya kehidupan. Berkat sahabatnya pula
ia dapat terus bangkit dari keterpurukan. Syafa melewati peliknya kehidupan
dengan terus menempatkan Tuhan dihatinya karena ia yakin takdir yang dituliskan
Tuhan untuknya adalah jalan yang terbaik dan yang terindah.
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "KARENA AKU DI BULLY - Shinta Nur Pratiwi Ramadhani - Lomba Menulis Cerpen"