-->

Hujan dan Kenangan - Dinni Kurnianti - Lomba Menulis Cerpen

Hujan dan Kenangan
Dinni Kurnianti

Memang tidak mudah untuk mencari sahabat setia yang selalu mementingkan sahabatnya, tinggal satu atap bahkan satu kamar dengan sahabat sendiri justru lebih seru, walau saling mengetahui kekurangan satu sama lain tetap selalu menjaga rahasia dan saling melengkapi dari kekurangan tersebut. Siapa yang rela kehilangan sahabat sejati seperti itu cuma gara-gara satu cowo...?
Hari yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba, hari pertama sekolah di boarding school, sekian banyak orang yang berada di sini tak ada seorangpun yang aku kenal. Oh ya, perkenalkan aku NIA, aku memilih boarding school karna menurutku lebih asik jika banyak kawan. Anak tunggal dari keluarga keturunan darah biru, dengan rumah sebesar istana dan ditempati oleh 5 penghuni yaitu aku, mama, papa, bi ijah, dan pak imron supirnya papa. Menurutku itu adalah hal yang membosankan aku lebih suka jika bersama kawan-kawan, itu yang membuat aku menunggu-nunggu hari pertama masuk sekolah ini.
Matahari hampir menghilang dan hari semakin gelap. Tapi, kawan sekamarku sampai saat ini belum datang juga, Tok Tok Tok...!!! seseorang mengetuk pintu.
“assalamu’alaikum...” ucap seseorang yang berada di balik pintu itu.
aku bergegas membuka pintu, dugaan ku benar dia orang yang ku tunggu dari tadi. Dia yang akan menjadi teman sekamar ku. Wow...!!! sungguh, anak ini sangat cantik. Dia memakai gamis berwarna biru soft, jilbab pasmina dengan warna yang senada, sangat cocok dengan kulitnya yang begitu putih nan bersih dengan bola mata berwarna coklat serta bulu mata yang begitu lentik, mampu membuat aku terkesima begitu melihatnya. Ia membawa 2 koper berwarna merah dan biru di samping kanan dan kirinya serta tas ransel berada di belakang pundaknya.
“waalaikumsalam...” Jawabku sembari membuka pintu.
“sini biar aku bantu...”  lanjut ku sambil membawakan kopernya.
“trimakasih ya...” jawabnya dengan senyuman yang begitu indah.
Setelah membereskan barang masing-masing serta membersihkan kamar, kami istirahat di atas kasur. Disini satu kamar hanya ditempati oleh 2 orang. Asrama ini memiliki 3 tingkat dengan 20 kamar pada setiap tingkatnya, setiap kamar di lengkapi oleh : spring bed 1 untuk berdua,2 meja belajar,2 lemari dan ber-AC.
“oh ya... kenalkan mana saya nia, nama kamu...?” tanya-ku sambil mengulurkan tangan...
“nama saya putri fika... panggil fika aja ya...” jawabnya dan menyambut tangan-ku sambil tersenyum...
..... ------- .....
Sudah setahun lebih berlalu sejak perkenalan kami waktu itu, hingga kini kami menjadi sahabat yang selalu tertawa bersama, susah senang bersma, dan manis pahitnya hidup selama setahun lebih ini telah kami lalui bersama. Tidak ada rahasia lagi di antara kami yang aku tau hingga hari itu tiba, aku tak mengerti apa yang terjadi tapi, fika belakangan ini jarang berada di kamar, dan seakan dia selalu menghindar dan menjauh dari ku. Malam minggu ini seperti biasanya aku pergi ke balkon asrama yang berada di atas lantai tiga, hal yang paling aku suka, dan selalu aku lakukan setiap malam minggu ataupun untuk menenangkan diri adalah berbaring di bawah luasnya langit hitam yang bertaburan bintang yang begitu indah sinarnya, itu membuat seolah beban ku hilang di bawa embusan angin malam.
“fika, sini cepetan ntar aku  jaga di depan...!!!” teriak seeorang.
Aku penasaran apakah tadi aku tak salah dengar.
Fika...??? fika kenapa...??? memangnya fika mau ngapain...? tanya ku dalam hati.
aku langsung berdiri dan melihat seseorang berdiri di dekat gazebo yang berada di taman. Taman tidak terlalu jauh dari asrama jadi, aku bisa melihat dengan jelas dari atas balkon asrama, apa yang mereka lakukan di sana. Hati ku terus brmunculan beribu pertanyaan.
Elsa...? ngapain dia di gazebo malam-malam begini...? tanya ku dalam hati.
 Ya memang sekarang masih jam 8 malam tapi apa yang elsa dan fika lakukan di sana...? apa ini yang membuat fika menjauh dari aku slama ini...? beribu alasan mulai bermunculan di benak ku... tananpa berfikir panjang aku langsung menuruni tangga dengan sedikit berlari aku menuju gazeboo, namun aku hanya melihat dari kejauhan agar tidak ketahuan dengan mereka, di sana aku melihat roy dan fika sedang ngobrol.
Roy...? ngapain roy sama fika ketemuan malam-malam begini...? semakin aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi...
....-------....

“fika... dari mana aja sih...!!! Dari tadi aku cariin tau...?” tanya ku berpura-pura tidak tau.
“hmm...? oh itu... hmm... tadi aku,  eee... aku dari koperasi beli cemilan...!!!” jawab fika agak terbata-bata.
“Fika, abis ngobrol apa aja sama roy tadi....?” tanya ku to the poin.
“ha...???” tanya fika setengah terkejut.
“aku ngga ngerti kenapa kamu ngejauh dari aku fika, apa aku ada buat salah sama kamu...??? hmm...???” tanya ku sambil mendekati fika.
“maaf nia, aku ngga bermaksud untuk bohongin kamu, aku juga ngga mau kamu terluka ni... iya, memang benar tadi aku ngobrol sama roy... dia bilang kalau dia suka sama aku, tapi aku bilang kalau  aku tak suka sama dia, karna aku tau kamu suka sama dia. Aku tetap menjaga persahabatan kita ni...!!! aku tak ingin Cuma karena roy, kita tak sahabatan lagi ni... aku bukan ngejauhin kamu nia...” jawab fika dengan nada penyesalan. Dan bulir-bulir air mulai berjatuhan di pipinya.
“maaf fika aku tak tau apa yang kamu dan roy bicarakan tadi, maaf karna sudah suuzon sama kamu fika, maaf juga karna berfikiran yang tidak-tidak tentang kamu, dan trimakasih udah jaga perasaan aku, dan trimakasih juga udan jaga persahabatan yang udah kita bangun selama ini” jawab aku sambil tersedu-sedu
Aku tidak sanggup lagi menahan air mata ku yang ingin mengalir ini... akhirnya persahabatan kami kembali seperti sediakala, kami berpelukan dan saling meminta maaf atas tindakan kami slama ini... aku yang salah, karena tidak langsung bertanya dari awal dengan fika apa yang sebenarnya terjadi. kunci persahabatan ialah saling percaya satu sama lain, menjaga kepercayaan itu dan kejujuran.
....------....
Tetes demi tetes air turun dari langit... yap...!!! hujan... hujan turun,,,
“Nia... buruan...!!!”  teriak fika
“ya ya ya.... ntar deh...!!! fika tunggu ya... awas aja ninggalin aku...!!!” sahut ku dari kamar
Setelah kejadian itu aku dan fika suka bermain hujan, karna menurut kami dengan berjalan di bawah deras hujan tidak akan ada orang yang mengetahui bahwa kita sedang menangis... di setiap tetes hujan menyimpan sejuta kenangan ku bersama fika... dan air itu membawa semua kenangan buruk serta masalah kami ikut mengalir bersamannya.
 “HAAAA.....” teriak fika sambil berlari di bawah deras hujan.
“fika tungguin lah... kamu lari cepat amat si....!!!” kata ku sambil ngos-ngosan.
“nia buruan sini aku mau nunjukin sesuatu ni sama kamu,,, cepetan...” kata fika sambil berteriak.
“cepetan kek napa,,, lelet amat si kamu ni, baru lari bentar aja udah kecapean....” sambung fika.
“ya ya ya.... apaan si...???” tanya ku heran.
“mau ngga kita bikin nama kita di pohon ini...???” tanya fika sambil mengangkat sebelah alisnya.
“boleh... sini biar aku yang buat....” kata ku sambil mencari batu.
“awas aja kalau sampai jelek...!!!” ledek fika pada ku.
Dengan teliti aku mengukir nama “NIA DAN FIKA” di pohon itu. Pohon yang akan menyimpan beribu kenangan aku dan fika tentang persahabatan kami, serta sejuta kisah yang telah kami lalui bersama... pohon nama itu bisa di kenang nanti, saat aku dan fika terpisahkan oleh jarak karena waktu... persahabatan ini sangat berharga dalam hidupku dan sangat mengesankan karena fika selalu menantang ku bersaing dalam segala hal yang positife...
“nia udah siap belum....?” tanya fika pada ku.
“tunggu ni tinggal sentuhan terakhir...!!!” jawab ku sambil menyelesaikan ukiran itu
“emang kita mau ke mana si....?”  tanya ku heran karena fika menarik tangan ku ketika aku siap mengukir nama di pohon itu.
Sambil berjalan di bawah hujan yang semakin deras aku di bawa nia menusuri jalan dan menuju ke arah tebing, fika melihat ke arah ku, mengedipkan matanya lalu ia menganggukkan kepalanya, aku mengerti apa yang di maksud dengan fika. Dengan memandang lurus ke depan....

“SAHABAT HARI INI...!!! ESOK...!!! DAN S’LAMA-LAMANYA...!!!” teriak kami, sambil bergandengan tangan... kini kan kami biarkan hujan menjadi saksi bisu persahabatan kami...!!!
1 Comments for "Hujan dan Kenangan - Dinni Kurnianti - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top