-->

PENCARIAN HIDUP Kemana Harus Kucari dirimu ayah? - Hayatun Nufus - Lomba Menulis Cerpen

PENCARIAN HIDUP
Kemana Harus Kucari dirimu ayah ?
Hayatun Nufus 

Suasana ini masih terasa walupun belasan tahun telah berlalu dan usiaku saat ini 20  tahun ,kembali ke tempat ini menyimpan cerita dalam catatan perjuangan hidup . di sebuah desa  yang memberikan kesejukkan jiwa  , keindahan alam maupun masyarakatnya yang penuh kebersamaan
Rumah kenangan tempat aku tinggal dahulunya ,rumah yang sederhana  dimana aku dan keluargaku   tinggal dengan kakek ,nenek dan saudara ibu lainnya, terasalah suasana suka cita di dalam rumah itu, aku terlahir sebagai anak bungsu bernama Nafiz  dengan 2 kakak laki-lakiku tak jarang kasih sayang  ayah dilebihkan untuk putri kecilnya .Setiap malam aku tidur dengan ayahku sambil memintanya menceritakan dongeng ataupun cerita lucu sebagai penutup tidurku, seringkali  aku menggenggam tangannya  ketika menjelang tidur.di pagi hari aku sering  meminta ayah untuk menggendongku dengan rute ke kamar mandi ataupun berjalan-jalan di sekitar rumah ,karena tubuh ayahku yang tegap dan cukup gemuk akupun berusaha memeluknya meskipun katak terjangkau karena tubuhku yang kecil.
Setiap pulang kerja ayah selalu  membelikan cokelat dan makanan ringan lainnya ,jika tidak dibelikan aku selalu berpose merajuk sehingga ayahpun mengajakku ke warung.Setiap  kali ayah ke luar kota aku selalu memintanya agar membelikanku boneka dan ayahpun membelikannya ,dan tak lupa menanyakan kabarnya “apakah ayah sudah makan”,tanyaku.Sisi lain dari ayah ia tak pernah memukuliku jika aku berbuat salah, ketika marah padaku ia segera mencairkan suasana dengan kelucuannya, karena itulah aku sangat menyayanginya.Kenangan  yang cukup berkesan ketika kami berlima pergi jalan-jalan ke pasar malam dengan vispa tua, kedua kakakku duduk di belakang bersama ibuku dan aku duduk diatas paha ayah ,meskipun ramai dan kondisinya sangat sempit aku sangat bahagia ,walupun pada akhirnya kami terjatuh kedalam lubang dan dilarikan ke tempat pijat namun  kebersamaan itu penting bagi kami.

Ketika usiaku 9 tahun saat itu aku duduk di kelas 3 SD ,ayahku pergi untuk menghadiri  rapat ke luar kota selama 1 minggu,sejujurnya  aku agak sedih tapi aku harus memaklumi  kondisinya .waktunya telah tiba , aku dan kakakku mengantarkan ayah ke persimpangan jalan di depan rumah ,tempat biasanya kenderaan umum lewat .Sebelum berangkat ayah menciumku dan memelukku tidak ada keragauan bagiku  saat melepas kepergian ayah karena ini bukan kali pertamanya ayah pergi ke luar kota.
setelah 1 minggu berlalu akupun merindukan ayah dan selama seminggu aku terus menelponnya namun hpnya tidak pernah aktif ,barangkali ayah sibuk” pikirku” .2 minggu berlalu tiada kabar dari ayah. Aku sangat merindukan ayah setiap menjelang sore aku duduk di persimpangan jalan menunggu ayah dan berlarian sambil bersorak-sorak ketika ada angkutan umum lewat ataupun berhenti,banyak yang mengatakan ayahku meninggalkanku,tapi aku tak  mudah mempercayai asumsi tersebut . kenyataannya tak sejalan hampir  1 bulan tiada kabar dari ayah.Setiap malam aku berdo’a  ayah akan segera pulang  ,  menjelang tidur aku berharap dalam mimpi bisa bertemu dengan ayah ,seringkali  menjelang tidur  aku bersama  kakak kedua  dibanjiri air mata ,tatkala  kakak pertamaku memarahi kami,dengan kalimat:”untuk apa kaliaan menangisi orang yang telah meninggalkan kalian ,belum tentu ia menangisi kalian”.aku tahu ia begitu tegar walau sebenarnya hatinya juga hancur  tapi setetes air matapun tak pernah ku lihat di pipinya .
Setiap saat kami mencari informasi  tentang keberadaan ayah namun belum ada hasilnya. 3  bulan berlanjut  Ramadhan pun datang tak ada lagi sahur dan berbuka puasa dengan ayah ataupun pergi tarawih ke mesjid bersama-sama  ,hatiku sedih jika mengingat ramadhan tahun yang lalu , aku merindukan ayah , aku selalu memeluk bantalnya yang tak lagi terasa hangat ketika akan tidur  .hari raya idul fitri pun datang tak ada lagi salam-salaman dengan ayah dan pergi berkunjung ke rumah  tetangga untuk silahturahmi ,yang tinggal  hanya sepi dan kesedihan melihat anak-anak lain  ketika ayahnya baru pulang dari perantauan dengan penuh gembira dalam gendongan ayahnya  kadang aku berfikir kemana aku harus mencarinya jika tempat  yang di tuju tak beralamat .Ibu selalu menyemangatiku dan berusaha tegar walau sesungguhnya aku tahu ia juga rapuh.
Beberapa bulan kemudian aku mendengar kabar bahwa ayahku ada  di Kota Bangka ,tapi kami sekeluarga tak tahu pasti kebenaran berita tersebut ,keinginanku yang kuat untuk  bertemu ayah, secepat mungkin ibu memesan tiket kapal, tibalah waktu keberangkatan  ibu membangunkanku sekitar pukul 04:00 dini hari mataku masih terpejam dan masih merengek-rengek ibu tetap membangunkanku:”cepat nak kita harus pergi ke persimpangan jalan untuk menunggu angkutan umum “.bisiknya padaku.Lalu akupun bergegas mandi dan berpamitan pada nenek dan keluarga lainnya,karena yang pergi hanya  aku ,ibu dan kakekku,klason angkutan umumpun berbunyi pertanda keberangkatan kami sudah tiba  ,hampir 15 jam lamanya kami dalam angkutan umum  untuk sampai di pelabuhan itupun yang terdekat dari kotaku,walau capek dan mabuk darat ku lalui namun itu karena ku sayang ayah ,akhirnya kami sampai di pelabuhan dan tempat itu sesungguhnya pertama kali aku datangi dalam hidupku dan perjalanan itu pun  baru bagiku, dalam kapal yang cukup besar  terdengar suara hiruk pikuk penumpang aku hanya bisa menyelip diantara kerumunan kakek dan ibuku setalah itu kami sampai di pelabuhan tujuan , meyusuri  tiap –tiap tempat sambil memegang photo ayah  walau jawabannya tak aku dapati ,namun semangatku takkan pudar.
Berhari- hari  kami mencari ayah namun tak ada tanda-tanda  penemuaannya,akhirnya kami memutuskan untuk menginap  dirumah keluarga kakekku, di hari berikutnya kami tetap meyusuri Kota Bangka,hal yang mengembirakan ku dapati karena ada seorang  bapak yang mengatakan barusan ayahku pamit padanya dan mengatakan bahwa ia akan pergi ke Malaysia ,aku berlari mengejar dengan petunjuk yang diberikannya bapak itu,ibu-ibu ayo” teriakku” meskipun kaki ini sudah terasa sakit dan berat untuk dilangkahkan lagi namun hati ini terus memaksaku dengan cucuran air mata dan keringat aku pun melihat ayah sedang duduk memegangi ranselnya,ayah teriakku sambil bergetar’”aku pun mulai berlari dan memeluknya , sambil berkata:”kenapa ayah begini ,apakah ayah sudah tak sayang sama kami semua?,, ayah hanya diam kemudian ia menangis .dan berkata:”ma’af ,sejujurnya ayah sayang kalian namun ayah hanya ingin pergi untuk menenangkan diri”,kemudian aku bertanya lagi :”memang apa masalah ayah?, ayah kami sangat membutuhkan ayah,setiap malam air mataku  hadir mengingat ayah ,apakah tak ada sedikitpun ayah mengingat kami?”.”ma’afkan ayah nak ,mulai  hari ini ayah berjanji  takkan meninggalkan kalian”.Ibu dan kakek pun ikut menangis ,mendengar jawaban ayah.Dengan  wajah yang  berseri dan penuh  senyuman  kami menyusuri  Kota Bangka untuk segera pulang ke desa tercinta bersama orang yang tercinta.

Kembali ke masa sekarang, aku sangat bersyukur allah masih mempertemukanku pada waktu itu ,karena aku sekolah hingga kuliah saat ini berkat dukungan serta bimbingan ayah  yang selalu antar jemput ke sekolah tiap hari  dan kemanapun aku pergi ayah akan selalu mengantarkanku, jutaan terima kasih atas kasih sayang yang ayah berikan sampai saat ini.
0 Comments for "PENCARIAN HIDUP Kemana Harus Kucari dirimu ayah? - Hayatun Nufus - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top