-->

Surga Beratap - Vinta Nurjannah - Lomba Menulis Cerpen

 Surga Beratap 
vinta nurjannah
                                   
Keluarga adalah hal terindah yang pernah ada dalam hidup ini dan membuat semua orang lupa akan segalanya. Karena keluarga kita relakan apapun yang kita miliki. Bagi setiap anak selalu rela menunggu hujan berhenti dibalik jendela dan berdoa dibalik sujud, semua yang indah belum tentu yang utuh dan sebalik nya. Kenalin aku cahaya duduk dibangku kelas 1 SD dengan dua lesung pipit yang manis dan postur badan tinggi, aku anak ke 3 dari dua bersaudara. Ibu ?, ibu adalah wanita termanis yang pernah aku kenal dengan satu lesung pipit nya. Ayah ?, ayah berkulit sao matang dengan senyum tipis dan kegagahan nya. Abang ?, ia orang kedua pengganti ayah yang mempunyai bentuk mata dengan tatapan yang tajam. Teteh ?, wanita kedua sebagai tempat curhat setelah ibu. Rumahku sederhana dengan segala perabot dan dingding berwarna abu, ayah dan ibu gemar membacakan dongeng yang memotivasi semua kehidupanku, bahwa ayah mengajarkan hidup itu berawal dari gelap sebelum pelangi tiba. Malem ini surga datang menghembus lewat angin yang sangat dingin dan terdengar suara wanita dibalik selimut.
“ suatu saat monyet baik itu akan dibalas dengan kebaikan. “ ujar teh satri,  “ teteh dongeng nya sudah beres ?. “ jawab aku, “ dongeng nya sedikit lagi beres sampai kau benar-benar tertidur. “ jawab teh satri, “ dongeng itu akan cepet beres apabila dibacakan ibu teh ! “ ujar aku, dengan nada sedih. Dan teh satri hanya dapat tersenyum sambil berkata bahwa satu minggu lagi ayah dan ibu akan kembali  pulang dari tugas nya di aceh. Hingga tertidur pulas dan mencium kening aku dibalik selimut, wajah nya polos dengan kesucian, kulit nya begitu lembut dan bahkan sangat rindu dicium kening oleh ibu.
Kukuriukkk... Pagi,yeee pagi. Aku pasti akan melihat wajah ibu dan ayah 6 hari lagi, aku akan kembali dibacakan dongeng dengan ibu, tidur bersama ibu dibalik selimut, menatap wajah cantik ibu dengan satu lesung pipit yang sama seperti wajahku. Ibuuu aku kangen sekali, kangen masakan manis ibu seperti wajah ibu yang manis. Ayah aku kangen sekali, kangen digendong ayah, lihat ayah gadis kecilmu ini sudah bertumbuh dewasa dan sangat cantik, ( sambil menari-nari diatas kasur ). Tiba-tiba saja terdengar suara tegas dari arah luar, bahwa bang zaki telah mengingatkan aku untuk bersiap siap berangkat sekolah. Setelah selesai mandi aku langsung bergegas mengenakan seragam putih dengan romp kotak-kotak dan rok berwarna merah, sambil menyisirkan rambut aku langsung menghadapkan wajah kekaca. Ibu udah hampir 35 halaman lagi sisa dongeng yang belum kau bacakan, kalau nanti ibu dan ayah pulang aku akan menceritakan setengah motivasi dari dongeng yang dibacakan oleh teh satri. Tiba-tiba saja teh satri berteriak memanggil bahwa sarapan harus segera dilaksanakan. Aku segera lari dan duduk dimeja makan. Teh satri telah menyiapkan segala sarapan yang sangat kusukai, mulai dari lauk dan pauknya, buah-buahan dan sayur-mayurnya, teh satri memang benar-benar penggganti ibu selama ibu tidak dirumah. Sedangkan bang zaki hanya bisa menatap wajahku dengan tajam dan berkata, “ Sebelum makan jangan lupa berdoa. “ ujar nya, “ iya bang, ibu dan ayah telah mengajarkan terlebih dahulu soal itu. “ jawab cahaya dengan lancang, tiba-tiba saja bang zaki langsung menggebrakan piring dan berkata baahwa sudah tidak akan adalagi ayah dan ibu untuk ditunggu, aku dengan kaget hanya dapat berkata bahwa ayah dan ibu akan pulang 6 hari lagi, itupun disampaikan oleh  teh satri. Teh satri hanya memelukku dengan erat dan mecium keningku sambil memastikan kerinduanku. “ 6 hari mendatang ibu dan ayah akan pulang sayang. “ ujar teh satri, “ iya teh 6 hari lagi kita semua bersama ayah dan ibu. “ jawab cahaya sambil menangis, “ kalau begitu kita berangkat kesekolah  nanti kamu telat ya. “ ujar teh satri. Aku pun menghapus air mata dan kesedihanku, melupakan semua kerinduanku  pada ayah dan ibu bahkan melupakan tingkah menyebalkan bang zaki dihadapanku tadi pagi, aku yakin  6 hari lagi ya ibu,ayah. Hari ini rabu dimana semangat aku harus kembali mengerjakan segala kegiatan sekolah dan mengumpulkan  semua pekerjaan rumah yang telah kuselesaikan malem tadi, semua teman-teman selalu memiliki nilai yang jauh lebih rendah dibawah aku. Sasa, sani dan seline selalu bertanya diajarin sama siapakah aku hingga nilaiku selalu mencapai 100 dan terbaik dari semua kelas yang lainnya, aku selalu menjawab bahwa ayah mengajarkan motivasi kehidupan buat aku dan mereka bertanya motivasi seperti apa cahaya ?. Aku hanya tersenyum sambil menjawab bahwa ayah berkata kalau kehidupan itu berawal dari gelap sebelum datang nya pelangi, lalu mereka hanya tertawa sambil berkata, bagaimana nilai mu bisa besar kalau itu yang diajari oleh ayah mu, sedangkan di soal tidak ada yang menjelaskan mengenai pelangi. Dan semua sekelas menertawakanku bahwa diriku hanya bermimpi, aku hanya bisa menangis dan memastikan bahwa ayah itu ada mereka akan pulang 6 hari lagi dan menghabiskan 35 lembar dongeng yang berisi hal itu, tiba-tiba saja ibu sisil datang dan menjelaskan kesemua teman-temanku yang ada dikelas. Ibu sisil mengatakan bahwa aku tidak mengarang cerita dengan mimpi dan hal itu benar terjadi. Aku hanya tersenyum mendengar kata-kata terbaik dari ibu sisil yang memotivasi diriku bahwa ayah tidak berbohong dan tidak akan pernah berbohong. Siang pun tiba jam menunjukan pukul 12:40, aku menunggu dibawah pohon rindang sambil menunggu teh satri menjemput. Beberapa mobil terbuka dan beberapa putih merah menaik, lalu beberapa motor lewat dan beberapa putih merah pun naik. Semua yang mengenakan seragam itu disambut dengan ayah dan ibu nya untuk beristirahat dirumah dan menjaga setiap anaknya segera pulang. Sedangkan aku harus menunggu 6 hari lagi menanti ayah dan ibu mengantar sekolah dipagi hari dan menjemput pulang sekolah disiang hari, setelah hari ini pasti kecemburuanku akan segera terjawab bahwa ayah dan ibu akan memanggilku tepat dibawah pohon ini dengan mobil putihnya, tiba-tiba saja ada yang memanggil. “ cahaya,cahayaaaa... “ teh satri sambil berteriak. “ teteh, aku lagi nunggu teteh disini dan teteh sangat lama !. “ jawabku dengan jengkel, “ maaf sayang teteh tadi beres masak, nyiapin buat makan siang kamu “ jawab teh satri dengan nada lembut. Kaki pun kembali menginjakan lantai di bawah cat abu ini, aku segera lari berbaring diatas kasur sambil membuka dongeng dan membaca makna halaman ke 35, aku pasti akan menemukan motivasi berikutnya yang pernah dibacakan oleh ibu untukku dan belum sempat membaca teh satri pun datang mengajakku  untuk makan siang, tetapi aku menolak dan akan mulai makan apabila selembar dongeng ini telah kubaca. Teh satri pun mengatakan bahwa ibu menelefon nya untuk meminta menjaga aku agar makan tepat waktu, setelah mendengar  perkataan itu aku langsung memeluk teh satri dan meminta ponsel nya untuk mendengar suara ibu dan ayah lewat telefon, dengan senyum teh satri pun meminta agar aku segera makan terlebih dahulu baru berbicara dengan ibu dan ayah. Ponsel nya itu sangat asing, aku selalu menerima tanggapan dari operator bahwa nomor yang aku hubungi sedang tidak aktif, tetapi balesan sms dari lewat ponsel itu selalu terbalas.
@Ayu sri
5 hari lagi ayah dan ibu bakalan pulang kesini, ibu cahaya kangen. 35 lembar lagi yabu dongeng berikutnya, cahaya mau menunggu ibu yang membacakannya
@Cahaya
Cahaya ibu juga kangen, ibu harap suatu kamu sabar nunggu ibu 5 hari lagi ya. Kalau kamu rindu kirim ibu doa ya nak, itu cara terbaik mengobati rasa kangen kamu
@Ayu sri
Iya ibu, cahaya selalu doakan ibu dan ayah dibalik sujud, cahaya udah besar ibu. Sekarang cahaya kelas satu disemester dua ibu dan sebentar lagi rapot itu dibagiin tepat dihari ibu dan ayah pulang, jadi ibu dan ayah dateng ya
@Ayu sri
Selamat malem ya ibu cantik titip salam buat ayah, cahaya kangen...
Sunyi... semua nya tampak sunyi setelah terobati dengan perasaan rindu, sejak pesan singkat yang belum terbalas rasa rindu nya kini semakin menambah. 4 Hari lagi 35 lembar itu akan cepat terungkap dan hingga 4 hari mendatang ponsel asing itu tidak akan terbalas. Setiap hari terus begitu dengan seragam putih merah dipagi hari dan ruangan kelas lalu menunggu di bawah pohon dan bergegas lari dan berbaring hingga malam tiba. Malem minggu, iya. Ini malem minggu aku berhenti berharap ada hari esok untuk bersandar, semua sedang sibuk dengan tugas nya masing-masing. Bang zaki dengan kesibukannya dan teh satri dengan tugas kuliah nya, angin nya semakin berhembus kencang. Ibu lagi apa ya ?, apakah ibu sudah makan ?, dan tidak kedinginan disana bersama ayah. Ibu aku bosan suasana ruma tanpa kalian, aku benci harus terus menunggu dan menghitung hari untuk bersorak menyambut ibu dan ayah datang 4 hari lagi. Aku kedinginan bu, aku pingin ibu meluk aku dan mencium kening aku sama hal nya dengan ayah. “ Happy Birthday. “ ujar bang zaki dan teh satri dengan membawakan kue bolu dan 5 lilin menyala diatasnya. Dengan aneh aku langsung menanyakan ulang tahun siapa yang teh satri dan bang zaki rayakan, mereka menjawab bahwa hari ini umurku menjadi 7 tahun bertambah satu tahun, tanpa sadar aku menangis dan lupa akan segalanya, mereka adalah pengganti ayah dan ibu untuk selalu memberikan aku kasih sayang yang tulus. Tiup lilin dengan doaku di satu tingkat naik umurku adalah semoga allah mempercepat mengubah bintang menjadi pelangi agar ibu dan ayah cepat datang, teh satri dan bang zaki hanya tertawa memelukku sambil berkata bahwa pelangi tetaplah pelangi dan bulan tidak bisa berubah menjadi pelangi. Aku hanya menangis sambil berkata itu yang ayah ajarkan padaku, mereka mencium keningku sambil mendoakanku agar aku menjadi gadis kecil yang selalu dibanggakan ayah dan ibu. Terimakasih allah kau berikan angin yang dingin di malem ini mengubah semua suasana menjadi hangat, gadis cantikmu ini bertambah umur ayah, aku bukan lagi gadis 6 tahun yang akan terlihat cengeng. Ibu aku berjanji aku tidak akan mengeluarkan air mata aku akan tegar menunggu ibu dan ayah datang, kado terbaik sepanjang umurku adalah kedatangan kalian.
@Ayu sri
Aku tumbuh besar, pasti nanti ibu dan ayah akan kaget melihat aku bukan gadis berkepang dua lagi. Hari ini aku ulang tahun ibu, pasti ibu tidak lupa dengan pertambahan umurku. Aku yakin ibu sedang mengemaskan hadiah untukku bersama dengan ayah. Aku tunggu ya bu, 3 Hari lagi...
Hari ini minggu, akhirnya wajah berlesung pipit satu akan kembali datang membacakan 35 lembar dongeng lagi untukku setiap malam. Aku sudah enggak sabar menanti kehadiran kedua surga yang berada dinia, kalau ibu datang aku akan memeluk nya bersama dengan ayah, ayah... pasti kau akan kaget melihat aku semangkin secantik ibu...
“ Cahaya cepat kemari, dan segera sarapan. “ teriak teh satri, “ iya teh sebentar lagi. “ jawab aku dengan teriak, “ jangan lama berdandan nanti kecantikan mu segera hilang. “ jawab teh satri sambil tertawa. Aku segera berlari dan duduk disebelah bang zaki, dengan wajah meledek bang zaki mengatakan bahwa hari ini wajahku terlihat sangat kusam, akupun cemberut dan mereka tertawa terbahak-bahak sambil menyindir karna kecantikanku telah tersorot sepanjang masa di depan kaca. Akupun tertawa dan berkata wajah cantik seperti ibu mana bisa pudar dengan semudah itu, sontak suasana kembali sunyi. Bang zaki dan teh satri langsung terdiam, semua nampak aneh dan menyedihkan, apakah nama ibu selalu terdengar salah setiapkali aku ucapkan di depan mereka. Tanpa berfikir panjang aku segera berangkat sekolah diantar dengan teh satri mengenakan motor. “ teteh pulang sekolah aku jemput ya. “ ujar aku, “ iyaiya, sanah gih nanti kesiangan loh. “ jawab teh satri. Aku segera berlari melewati lorong panjang dan semua menatap ku dengan asing bahwa seperti ada yang aneh denganku, aku segera membenarkan rambutku sambil terus berjalan menuju kelas. Tepat didepan pintu kelas, terlihat tidak ada siapapun di dalam nya, aku duduk sambil melihat kedingding belakang bahwa disana terdapat poster dengan tulisan ( INI HADIAH DARI IBU ). Aku langsung menghitung 2 hari kebelakang, bahwa ibu akan datang satu hari lagi, berarti ibu telah datang sebelum satu hari, tapi dimana ibu dan teman-temanku, aku melihat beberapa balon dan poster itu. 15 menit tiba terdengar lagu Happy Birthday tepat di depan pintu. Mereka teman-temanku membawa bolu dan lilin dengan jumlah yang sama yaitu 5 lilin, aku sontak menangis dan mencari ibu. Aku berkata apakah ibu ada disini bersama kalian, mana ibu ?, suasana semua jadi menyedihkan. Mereka malah menertawakanku dengan menyindir kalau disini tidak ada special ibuku datang dan ayahku juga dan aku menjelaskan mengenai poster itu, mereka hanya berkata bahwa yang menempel poster itu adalah surprise dari tetehku bukan sama sekali dari ibu. Aku menangis dan melemparkan bolu jauh dari hadapanku, aku berlari dan pulang lalu berbaring di bawah selimut yang menutupi seluruh tubuhku sambil berteriak bahwa aku benci mereka dan dia yang aku sayang. Teh satri membuka selimutku sambil menangis dan menjelaskan semuanya padaku, aku hanya diam dan tak menghiraukan segala penjelasannya. “ apa maksud dari poster itu teh ?. “ ujarku sambil menangis, “ itu hanya sebatas surprise dari teman-temanmu untuk menyambut beberapa jam lagi ibu dan ayah akan pulang. “ jawab teh satri sambil memelukku, “ besok pagi teh ibu akan pulang ? . “ jawabku, “ besok siang telat nya sayang. “ jawab teh satri. Aku langsung melukis gambar ayah dan ibu diatas karton gede berwarna putih dengan pensil warna kuning, Aku akan menempelkannya tepat didingding kamar ayah dan ibu agar mereka segera melihat kejutan yang paling indah dari aku selama ini, Aku mulai tak sabar memeluk ayah dan ibu dikasur ini. Dan aku tak sabar menunjukan hasil rapotku besok pada ayah dan ibu, walaupun besok mereka tak bisa menyaksikan pembagian rapot itu.
@Ayu sri
Ibu besok telat nya siang, ayah dan ibu akan segera pulang ya ?, aku tau mengapa ayah dan ibu tidak pernah berbicara langsung lewat tefon denganku, karna ayah dan ibu pasti sama rindu nya seperti rinduku pada kalian. Aku sudah menyiapkan segala kejutan untuk ayah dan ibu, aku yakin pasti ayah dan ibu sangat senang dan bangga punya putri secantik diriku. Ayah besok gadis kecilmu ini dibagi rapot, ayah jangan marah ya kalau nilaiku kecil dibawah rata-rata dan aku pasti yakin setelah gelap akan terang seperti pelangi, seperti yang ayah katakan padaku. Ibu aku besok dibagi rapot, ibu akan selalu bangga kan walaupun aku tidak masuk kederetan rangking seperti yang lainnya, ibu berjanji ya tidak akan ada lagi gadis manis selain diriku. Dan aku berjanji tidak ada wanita sempurna selain  ibu.

Kringggg...Kringggg, Suara alarm berdering menandakan pukul 06:00 pagi dan segera bersiap sekolah Hari ini rabu, hari yang sangat menyejukkan. Jendela kubukakan lebar terlihat burung-burung bertebangan dan langit sangat bercahaya menyambut hati mewakili perasaan, aku sedang bergembira dan beberapa jam lagi cuaca pagi seperti ini tidak akan kulihat sendirian dan aku akan lebih sering melihat pelangi ketimbang matahari yang terbit dibarat sana. Aku melamun sambil bersiul dan berbicara pada burung-burung, kukatakan padanya. Bahwa bukan hanya mereka yang sedang merasa bahagia dipagi ini, tetapi akupun sama dan bahkan lebih bahagia. Aku segera bersiap-siap berangkat kesekolah, dan dengan rasa gembira aku lebih awal telah duduk dimeja makan sebelum teh satri berteriak memanggil. “ Tumben udah lebih rajin. “ ujar teh satri sambil menyindir, “ kan aku mau cepet-pecet menerima hasil rapot ku teh. “ jawabku dengan semangat, “ pantesan wajah nya cerah gitu haha. “ jawab teh satri. Dengan lahap aku langsung menghabiskan sarapan pagi SDN BINTANG 03. Aku langsung memasuki gerbang awal dan menyambut semua teman-temanku dengan gembira, hari ini aku lebih menyambut sekolah dan teman-temanku, aku segera memasuki kelas dan terlihat sari temanku sedang merenung dipojok belakang. Aku menghampiri nya dan menanyakan apa yang membuatnya bersedih seperti itu, ia menjawab bahwa ibu nya tidak menemani sari mengambil rapot. Aku mengatakan bahwa aku pun begitu, aku menunggu 4 jam lagi kalau ibuku akan datang dan melihat hasil rapotku, dia langsung tersenyum senang dan bersemangat lagi. Semua duduk dengan ibu dan ayah nya berpasangan, disamping kanan aku melihat seorang ibu bercakap dengan putri nya, disamping kiri aku melihat sosok ayah yang sedang melindungi anak nya dan sekeliling aku melihat semua nampak utuh dan senang, aku yakin pasti ibu akan bangga melihatku dewasa dibanding yang lain, aku tidak menyusahkan ibu. Wali Kelas langsung menyebutkan deretan rangking mulai dari peringkat 10 hingga 5 dan namaku tidak terpanggil, aku hanya berdoa bahwa ayah dan ibu tidak kecewa, hingga 3 dan 2 namaku pun tidak terpanggil. Sampai pada bagian 1, wali kelas menyebutkan ( Cahaya demin ). Aku... iya, aku rangking diurutan pertama. Ini pertamakali aku mendengar tepukan tangan dari semua teman dan orang tua siswa untukku, aku hanya menangis dan mengatakan di depan semua bahwa ini bukan hasil doa dari orang ayah dan ibuku, ini titipan allah buat hadiah ibu dan ayah yang akan datang 4 jam lagi. Ibu wina langsung memelukku dan menangis, semua berseru mengucapkan selamat kepadaku. Aku segera pulang dan berlari menemui teh satri dan bang zaki tepat pada pukul 10:00, mereka mencium keningku dengan tanda bangga nya. Aku langsung mengajak teh satri ke kamar ibu untuk membantu menempelkan lukisan karton itu didingding kamar ayah dan ibu, teh satri membantuku sambil bertanya ada apa seperti ini, aku menjawab dengan jengkel bahwa sejam lagi ibu akan sampai kan teh. Teh satri memandangku dengan cemas dan tersenyum tipis, hingga tepat pukul 10:30 aku berbaring dikasur ibu dengan harapan bahwa setengah jam lagi wajah cantik itu akan tampak, dan aku memandangi terus lukisan itu sambil tersenyum dan membuka rapotku, aku yakin pasti ayah dan ibu sangat bangga memiliki gadis cantik sepinter diriku. tiba-tiba bang zaki masuk kedalam kamarku dan mengajakku untuk makan siang dimeja makan bersama dengan teh satri, aku menolak nya dan lebih memilih berbaring menunggu ibu disini. Wangi nya semakin dekat dan aku mulai merasakan kedekatan wujud nya telah sampai disini, aku terus memeluk selimut ayah dan ibu sambil memandang lukisan itu hingga aku tertidur pulas dan ada seseorang yang memelukku dan menyentuh pipiku, tapi pipi ku semakin basah, siapa ini. Ibu apakah ibu telah datang, ayah apakah ayah telah datang. Aku segera membuka mata dan memeluk, tetapi ternyata teh satri yang memekukku sambil menangis, aku melihat jam menunjukkan pukul 11:15, aku segera membuka pintu. Ayah dan ibu berada disurga yang beratap lebih indah dari rumah ini....
0 Comments for "Surga Beratap - Vinta Nurjannah - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top