-->

Kita Pasti Tahu! Puisi Kehidupan - Besi Tuangku Tinta

ilustrasi menyindir

Besi Tuangku Tinta

Padangnya melemparkan orang-orang
dengan rumput-rumputnya yang mirip akar bahar
wanita-wanita berbondong-bondong
sempat juga mereka bertandang
Hus...
Kecepatan gerak bibir mereka saat bergunjing
membicarakan suami-suami mereka
membicarakan selingkuhan suami-suami mereka
membicarakan keluarga selingkuhan suami-suami mereka
membicarakan “itu”  suami-suami mereka
itunya tak membuat puas
saking seringnya mereka “begitu”
dengan cara begini dan begitu
Hus...
Klara tengah berlara
terlalu keseringan
acap kali namanya ditulis “Clara”
tak risih dan tak menggoda
joger pants-nya bergunduk-gunduk
di atasnya bongsor dan di bawahnya kecut
kecutnya membuat enggak nahan
membentuk pola bergaris-garis
seperti dipotong oleh pisau dapur
Eh,
Ibu kehilangan piasu dapurnya
dimana, ya?
Adek tengah menonton televisi
karena radio membuatnya tak nampak puas
tak nampak kulit dan mata orang-orang
orang-orang berbadan dua
perutnya buncit, pria dan wanita, atau mereka yang benar-benar berdua
Tunggu,
Sumpah serapah ibu menjadi-jadi
kembang kol tak jadi terpotong-potong
selamat untuk kembang kol, wortel, kangkung, dan minyak goreng
ampas-ampas biji sawit
tak membuat mereka kenyang
Tunggu,
Adek terdiam mendengar ocehan Ibu
wajahnya jernih seperti langit subuh
sudah terbiasa dengan onak dan serapah ibu
Barangkali,
Cacing-cacing di belakang rumah
sudah mati dan tak menumbuhkan pohon palem
palem bambu, palem botol, palem ekor ikan, palem jepang, palem kipas, palem kol, palem kuning, palem manila, palem merah, palem metalik, palem natal, palem paris, palem raja, palem rotan, dan palem wregu
membuat Siti kelaparan
memikirkan Uda Am
Da Am...
“Alah panek awak karajo,
indak ado urang yang mambali do,
alah ma, Da Am,
sampai di siko se la awak lai
sasak dado siti, Da Am.”
Na na na na na
Sopir becak sudah bangkot
masih saja bernyanyi muda
jenggot putih tergantung tua dan kusut
membuat takut para penumpangnya
apalagi bocah laki-laki yang tengah digendong
digendong dan kemudian diletakkan di atas pangguan ibu
bukan ibu yang memotong kol
tapi ibu dengan cadar hitam polos
uangnya minta ditarik
keluar kantong ‘tuk berfoya-foya
dengan rindu dan hatinya
ditinggal suami berkepala dua
Aduhai,
tinta besi tuangku habis


Padang, 23 April 2016, 12.26 WIB

Sumber Gambar:
0 Comments for "Kita Pasti Tahu! Puisi Kehidupan - Besi Tuangku Tinta"

Back To Top