Besi
Tuangku Tinta
Padangnya melemparkan
orang-orang
dengan rumput-rumputnya
yang mirip akar bahar
wanita-wanita
berbondong-bondong
sempat juga mereka
bertandang
Hus...
Kecepatan gerak bibir
mereka saat bergunjing
membicarakan
suami-suami mereka
membicarakan
selingkuhan suami-suami mereka
membicarakan keluarga
selingkuhan suami-suami mereka
membicarakan “itu” suami-suami mereka
itunya tak membuat puas
saking seringnya mereka
“begitu”
dengan cara begini dan
begitu
Hus...
Klara tengah berlara
terlalu keseringan
acap kali namanya
ditulis “Clara”
tak risih dan tak
menggoda
joger
pants-nya bergunduk-gunduk
di atasnya bongsor dan
di bawahnya kecut
kecutnya membuat enggak nahan
membentuk pola
bergaris-garis
seperti dipotong oleh
pisau dapur
Eh,
Ibu kehilangan piasu
dapurnya
dimana, ya?
Adek tengah menonton
televisi
karena radio membuatnya
tak nampak puas
tak nampak kulit dan
mata orang-orang
orang-orang berbadan
dua
perutnya buncit, pria
dan wanita, atau mereka yang benar-benar berdua
Tunggu,
Sumpah serapah ibu
menjadi-jadi
kembang kol tak jadi
terpotong-potong
selamat untuk kembang
kol, wortel, kangkung, dan minyak goreng
ampas-ampas biji sawit
tak membuat mereka
kenyang
Tunggu,
Adek terdiam mendengar
ocehan Ibu
wajahnya jernih seperti
langit subuh
sudah terbiasa dengan
onak dan serapah ibu
Barangkali,
Cacing-cacing di
belakang rumah
sudah mati dan tak
menumbuhkan pohon palem
palem bambu, palem
botol, palem ekor ikan, palem jepang, palem kipas, palem kol, palem kuning,
palem manila, palem merah, palem metalik, palem natal, palem paris, palem raja,
palem rotan, dan palem wregu
membuat Siti kelaparan
memikirkan Uda Am
Da Am...
“Alah panek awak
karajo,
indak ado urang yang
mambali do,
alah ma, Da Am,
sampai di siko se la
awak lai
sasak dado siti, Da Am.”
Na na na na na
Sopir becak sudah
bangkot
masih saja bernyanyi
muda
jenggot putih
tergantung tua dan kusut
membuat takut para
penumpangnya
apalagi bocah laki-laki
yang tengah digendong
digendong dan kemudian
diletakkan di atas pangguan ibu
bukan ibu yang memotong
kol
tapi ibu dengan cadar
hitam polos
uangnya minta ditarik
keluar kantong ‘tuk
berfoya-foya
dengan rindu dan
hatinya
ditinggal suami
berkepala dua
Aduhai,
tinta besi tuangku
habis
Padang,
23 April 2016, 12.26 WIB
Sumber Gambar:
0 Comments for "Kita Pasti Tahu! Puisi Kehidupan - Besi Tuangku Tinta"