Cahaya Hati Seorang Pemuda Seorang
Pemuda Sebatangkara
Muhammad Ali Azmi
Di zaman
era globalisasi yang semakin berkembang ini. Hiduplah seorang pemuda
sebatangkara yang tinggal disebuah gubuk tua di dekat kolong jembatan, pemuda
itu berumur 25tahun. Pemuda itu bernama Gabirin. Gabirin adalah seorang pemuda
yang jujur dan gigih dalam bekerja. Gabirin bekerja sebagai tukang
sapu jalanan. Orang tua gabirin sudah lama meninggal dan itulah penyebab
Gabirin semangat dalam bekerja, agar ia bisa tetat hidup dizaman perkembangan
globalisasi saat ini.
Pada
suatu pagi, diseberang jalan. Ketika Gabirin hendak akan berangkat bekerja
seorang kakek tua memanggil Gabirin dan kakek itu bertanya kepada gabirin.
“Maaf nak, apakah disini ada tempat untuk membeli makanan ?” tanyak
kakek kepada Gabirin. Lalu Gabirin menjawab “ Ya, di dekat sini ada sebuah
warung yang menjual makanan, jika kakek mau mari saya
antarkan”. Saat sampai disebuah warung tersebut sang kakek lalu
memesan makanan untuk dirinya dan Gabirin. Kemudian sambil menikmati makanan
tersebut si kakek berkata kepada Gabirin. “wahai pemuda, hatimu sangatlah baik.
Kamu mau menolong orang yang tidak kamu kenal, oh iya kalok kakek boleh tau
siapa namamu wahai pemuda ? dan dimanakah kamu tinggal ? “.
Dengan
nada yang lembut dengan sedikit gabirin menjawab pertanyaan kakek tersebut “
hehehe, kakek bukankah kita sebagai seorang manusia harus saling membantu.
Namaku Gabirin, aku tinggal disebuah gubuk tua di dekat kolong jembatan kek”. Dengan
ekspresi wajah yang bingung si kakek berkata “ apakah kamu benar-benar tinggal
disana wahai gabirin ?, bukankah itu kampung yang sangat buruk, nak. Maafkan
kakek nak, kakek bukan bermaksud menyinggung perasaanmu. Lalu dengan siapakah
kamu tinggal wahai gabirin ? “. “tidak apa-apa kek. aku tinggal
sendiri kek. Orangtua ku sudah lama pergi meninggalkan aku
sendiri” jawab si Gabirin dengan wajah tenang. Dengan nada yang
sedih sikakek berkata kepada gabirin “ wahai gabirin aku turut berduka cita
atas kepergian orangtuamu, sekarang kakek ingin meminta satu pertolongan lagi
kepadamu nak, apakah kamu mau menolong kakek ?”.
Dengan
nada suara yang rendah gabirin menjawab “ dengan senang hati kek, aku akan
menolongmu. Apa yang bisa kubantu untuk mu kakek ? ” Lalu
dengan ekspresi wajah penuh keraguan kakek berkata “kakek dirumah
tinggal sendiri nak, kakek tidak mempunyai keluarga lagi. Kini kakek ingin
meminta tolong padamu Gabirin. Maukah kamu tinggal bersama kakek ?
”. dengan ekspresi wajah yang kebingungan Gabirin menjawab “ tapi
kek bagaimana bisa, orang yang kakek baru kenal seperti aku, kakek
ajak tinggal dirumah kakek” . Dengan nada yang sedih si kakek berkata “ wahai
Gabirin kau tidak perlu khawatir. Dengan sikap baikmu ini kakek percaya bahwa
kaulah yang pantas menemani kakek di hari tua ini. Walaupun kita tak ada ikatan
darah tapi kakek percaya bahwa kamu adalah seorang pemuda yang berhati mulia”.
Setelah
lama berpikir Gabirin pun bersedia tinggal bersama si kakek. Saat Gabirin
sampai dirumah kakek. Gabirin terkejut ketika melihat kemewahan rumah kakek
yang begitu indah. Setelah beberapa waktu Gabirin duduk menikmati secangkir teh
bersama kakek. Lalu si kakek menunjukkan sebuah kamar yang begitu indah untuk
ditempati Gabirin. Waktu terus berjalan. Sifat Gabirin tak pernah berubah
dari biasanya sehingga itulah yang membuat kehidupan kakek bersama
Gabirin terus berjalan dengan rukun.
Pada
suatu malam, dengan cuaca hujan yang begitu lebat. Saat kakek sedang mengambil air
wudhu. Penyakit kakek tiba-tiba kambuh sehingga kakek jatuh pingsan. Saat
Gabirin pulang dari kantor, gabirin memanggil nama kakek tetapi kakek tidak
menjawab. Gabirin mencari kakek keseluruh sudut rumah. Tetapi tak ditemukan
juga. Kemudian Gabirin mendengar suara air keran yang mengalir dari dalam kamar
mandi kakek. Saat melihat pintu kamar mandi tak dikunci Gabirin terkejut
melihat kakek sudah tak sadarkan diri. Lalu Gabirin membawa kakek menuju rumah
sakit. Sesampainya dirumah sakit kakek sempat sadarkan diri lalu ia menitipkan
sebuah pesan kepada Gabirin “ wahai Gabirin, mungkin ini adalah
akhir hidup kakek, kakek hanya berpesan padamu kamu jangan pernah merubah sikap
mulia yang ada pada dirimu ini”. Selang beberapapa menit nafas kakek
mulai melemah. Gabirin terus menitikan air mata mengingat kejadian yang sama
seperti kepergian orangtuanya.
Sesaat
sebelum nafa kakek mulai hilang kakek meminta kepada Gabirin untuk
membacakannya 2kalimat Syahadat. Setelah kalimat Syahadat selsai dibaca Gabirin.
Kakek pun pergi untuk selamanya. Gabirin tak bisa menahan kesedihannya. Ia
terus memeluki mayat kakek dengan terus mengeluarkan air mata kesedihan.
Setelah beberapa minggu kematian kakek, ketika Gabirin hendak akan meninggalkan
rumah tersebut. Seorang pengacara datang kerumah yang ditinggali oleh
Gabirin. Pengacara tersebut memberikan selembar kertas kepada
Gabirin yang berisi catatan hati kakek ketika masih
hidup. Dengan rasa sedih gabirin membaca surat tersebut. “Assalamualaikum,
disaat aku sudah mulai tua seperti ini aku berpikir bahwa tidak ada
lahi yang ingin menemani hidupku. Tapi tak pernah kusangka dan kuduga ternyata
pemikiranku itu slah besar, ternyata tuhan telah mengirimkan kepadaku seorang
hambanya yang berhati mulia. Aku sangat bahagia bertemu dengan pemuda yang
dikirimkan tuhan untuk menemani hari
tuaku” isi dari surat tersebut.
Gabirin
terus menitikan air matanya. Ia terus mengingat wajah seorang kakek yang baik
hati yang membantunya untuk mendapatkan sebuah kehidupan yang lebih baiik. Lalu
sang pengacara memabaca selembar kertas yang berisi wasiat yang dibuat oleh
kakek ketika masih hidup. Surat wasiat tersebut menyebutkan bahwa seluruh harta
yang dimiliki oleh kakek diwariskan kepada Gabirin. Gabirin terkejut awalnya ia
tidak ingin menerima harta tersebut. Tetatpi pengacara tersebut memberikan
sebuah nasihat kepada Gabirin untuk memanfaatkan harta tu untuk
kebaikan. Lalu gabirin mempunyai pemikiran untuk mendirikan panti
asuhan untuk anak-anak yatim piatu. Gabirin mendirikan panti asuhan tersebut
agar banyak doa dari anak yatim yang sangat makbul bisa dikirimkan kepada
kakek. Agar kakek selalu diberikan tempat yang layak di sisi tuhan.
Tag :
Lomba Menulis Cerpen
0 Comments for "Cahaya Hati Seorang Pemuda Seorang Pemuda Sebatangkara - Muhammad Ali Azmi - Lomba Menulis Cerpen"