-->

Karena Ayahku Sosok yang Special - ASMAWATIH - Lomba Menulis Cerpen

Karena Ayahku Sosok yang Special
ASMAWATIH

Aku Rani, aku anak pertama dari 6 bersudara, dari aku kecil, aku anak yang paling dimanja, paling dituruti oleh kedua orang tuaku, kami hidup dengan kasih sayang kedua orang tua yang lengkap, rumah yang membuat kami nyaman dan membuat kami ingin selalu pulang. Namun, semua berubah setelah kepergian ibu kami, suasana rumah yang berbanding terbalik dari sebelumnya. Tata krama yang tidak lagi dijunjung tinggi, suasana rumah yang selalu ribut setiap hari, dengan permasalahan-permasalahan kecil yang selalu saja dibesar-besarkan, ayah yang belajar berbohong, entahlah apa yang terjadi, kami juga tidak tahu harus melakukan apa.
Sebenarnya aku merasa semua ini berawal ketika seseorang berusaha masuk ke keluarga kami.. No way… itulah hal yang paling kami benci. Seseorang yang sudah memiliki suami dan anak itulah yang membuat kami strees, membuat kami bersedih every day, berbagai cara kami lakukan, mulai dari sms tersangka, memberi tahu ayah kami, bercerita kepada keluarga kami yang bisa dipercaya, walaupun pada akhirnya semua orang tahu, pada akhirnya kami sangat malu untuk pulang ke rumah kami. Kami bahkan sempat membenci ayah kami sendiri. Hal lain yang membuat kami sangat sedih dan sangat marah adalah ketika adik kami yang kelas 4 SD dipukuli oleh ayah yang disebabkan kesalahpahaman oleh someone tersebut dan menelpon ayah kami, dan kemuadian ayah marah.
“Kamu kalau ga sopan sama gurumu lagi, awas kamu”, kata ayah.
Sontak adikku menjelaskan, “Bukan salahku pak orang pintunya  tedorong sama angin, terus ku bilang sama iwan, wan… buka pintunya ada orang di luar, bapak tanya sama iwan kalau ga percaya”.
Inilah hal tidak pernah kami tau dan dengar dalam keluarga kami saat ini, adikku yang masih kecil dengan lantang berteriak dengan tidak sopan terhadap ayah kami, perasaan kami antara sedih, kecewa, kaget, entahlah. Tapi ayah tetap tidak percaya. Keaadaan ini sangat membuat kami resah, terlebih ketika salah satu dari kami ada yang pulang ke rumah dan memberi tahu setiap kejadian-kejadian terbaru di rumah kami ke saudaranya yang lain.

Sampai suatu waktu aku sangat tidak merasa nyaman dengan keadaan rumah ketika aku pulang, aku memberi tahu ayahku, “aku malu pak sama tetangga”.
“Malu kenapa” jawab ayahku.
“siapa yang ga malu kayak gini, semua orang tau pak siapa orang itu, siapa yang ga tau tau kalau setiap hari oraang itu ke sini” jawabku.
Namun Ayahku menyangkal, ”siapa yang bilang?”.
“Banyak yang bilang, semua orang sudah tau kok pak” kataku sambil meneteskan air mata.
“ga usah di dengar kata orang lain” jawab Ayah dengan lantang.
Kemudian Ayah berusaha menenangkanku dengan ingin memelukku namun, aku merasa sangat marah, kecewa, sedih dan aku melanjutkan perkataanku, “Aku ga suka kalau orang itu ke rumahku”.
“kamu ga boleh kayak gitu nak, ingat juga coba ga ada dia yang bantu pas bapak kecelakaan siapa lagi kalau bukan orang” ayah mengatakan dengan suara pelan.
“Sebaik apapun orang pak, ga juga balasan kebaikannya kayak gini”. Jawabku dengan berusaha tetap berbicara dengan nada rendah.
“Bapak tau sendiri kan orang itu… bla….bla…bla….” aku menjelaskan apa yang kutahu tentang orang itu dan kemudian aku pergi.
Setelah beberapa menit aku merasa bersalah ketika melihat Ayahku, namun semuanya kembali normal seperti biasa.
Pada akhirnya liburanku berakhir, Aku kembali ke Malang.
Suatu ketika adikku memberi kabar bahwa ayahku jarang di rumah dan sekarang ia sering sekali ke Balikpapan, pada akhirnya aku mengirim pesan melalui sms kepada salah satu adikku.
“Seburuk-buruknya bapak beliau tetap bapak kita, terkadang aku jengkel.. sekali.. terkadang aku kasihan… tapi apalah daya.
Walaupun sejauh mana amarah kita, sejauh mana kita membenci, bapak tetap ayah kita, coba bayangkan…, jika kita tidak memiliki waktu lagi atau bapak yang tidak memiliki umur yang panjang untuk minta maaf sama bapak, ketika kita ga punya waktu lagi untuk memperbaiki kesalahan kita sama bapak.
ingat…. Orang tua kita cuma bapak aja lagi… tinggal satu aja lagi… kita juga membutuhkan doa orang tua kita seperti apapun itu.
Bukan berarti bapak kayak gitu kita anggap benar, tapi kita hanya berusaha menjadi anak yang berbakti aku juga sedih bapak kayak gitu, tapi.. coba kita tunjukan kalau kita orang yang berpendidikan dengan tetap bijaksana menghadapi sikap bapak, seburuk apapun bapak, beliau tetap bapak kita kan..

kurang lebih itulah pesan yang kukirim sekian kali dengan ponselku.

Ternyata setelah aku mengirim pesan ini adikku yang paling keras kepala menydarinya, dan pada akhirnya suasana rumah kami membaik, karena kami menghadapi setiap masalah dengan tenang, lemah lembut dan penuh kekeluargaan, kami berusaha untuk selalu menghormati ayah seburuk apapun itu, aku sangat bersyukur dengan ini, kini kami tetap merindukan rumah seperti yang dulu.
0 Comments for "Karena Ayahku Sosok yang Special - ASMAWATIH - Lomba Menulis Cerpen"

Back To Top